Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memahami Berpikir Amien Rais yang Tidak Terpahami

15 April 2018   12:34 Diperbarui: 15 April 2018   13:00 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.intelijen.co.id

Partai Setan versus Partai Allah

Mbah Amin Rais bikin heboh lagi dengan tausyiahnya usai mengikuti Gerakan Indonesia Salat Subuh berjemaah di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (13/4) pagi, dengan mengelompokkan dua partai yaitu Partai Setan dan Partai Tuhan. 

Walaupun dia mengakui bahwa ini bukan bukan Partai Politik praktis tetapi hanya dalam cara berpikir manusia. Amin Rais mengatakan  "Saya enggak katakan begitu. Jadi ini bukan partai, tapi cara berpikir. Cara berpikir yang untuk Allah dan yang diikuti oleh setan. Yang cara berpikir gelombang manusia yang prosetan itu pasti akan merugi, sementara gelombang besar yang didikte oleh kehendak Allah pasti menang".

Bagaimana cara agar dapat dimengerti apa yang dimaksud oleh Amin Rais ini ?. Sangat sulit mengerti ketika dia menggunakan pembedaan atau dikhotomi PARTAI SETAN dan PARTAI ALLAH.  Ini sangat mereduksi pemahaman "religiusistas". Agama seakan-akan dapat direduksi makna dan kapasitasnya dalam baju yang disebut partai. 

Dimana semua orang juga faham bahwa Agama pada hakekatnya mengajarkan hal-hal yang baik dan arah kehidupan manusia yang lebih baik, lebih rukun, saling menopang, saling membantu dan bukan saling menghancurkan dan membunuh. Agama pada galibnya tidak mengurusin "urusan partai apalagi partai politik". 

Nampaknya, inilah yang sulit difahami apakah maksudnya bukan menyiratkan dukungannya pada permainan politik yang sedang panas mendidih saat ini. Sementara secara factual, beliau berada dalam lingkarang Parpol yang sedang beradu dalam kontestasi politik yang semakin panas membara ?

Bila difahami bagaimana sepak terjang perpolitikan sejak Pilpres 2014 yang lalu, sulit mengerti apakah Amis Rais tidak mewakili kepentin gan Parpol yang sedang berkontestasi!. Tetapi, bila "baju yang dipakai saat memberi tausyiah adalah baju politik maka substansi pesannya juga politik, sehingga harus difahami dalam konteks politik"

Kalaulah ini benar dalam rangka kontestasi politik tahun ini dan utamanya tahun depan, lalu pertanyaannya mengapa ranah agama diseret dalam perpolitikan ini ?. Jawabannya juga tidak sulit ditebak ya !. Mengingat (i) begitu kuatnya candidate yang menjadi musuh dan lawan mereka, dan (ii) Negeri ini memiliki mayoritas keagamaan yang sangat mudah untuk dijadikan alat mempertahankan pengikut, dan (iii) issue tentang agama menjadi sangat mudah untuk mencari simpati dan pendukung dalam proses politik di negeri ini.

Agama dan Politik

Dalam tausiyahnya Amien juga mengkritik pernyataan Presiden Jokowi di Sibolga, Sumatera Utara, soal pemisahan agama dari politik. "Ini presiden yang ilmunya pas-pasan... Sehingga kemudian memang untuk merekonstruksi bangsa kita ini, harus mulai dari rekonstruksi pimpinannya," kata dia.

Bagian ini menjadi lebih sulit lagi mengerti cara dan jalan berpikir Amis Rais. Kerusakan bangsa dan negeri ini ketika politik dan agama dicampuradukkan.

Akibatnya, nilai-nilai luhur keagamaan direduksi habis-habisan dalam praktek politik praktis yang hanya kepentingan sesaat yaitu kepentingan golongan dan individu saja. Ketika nilai-nilai religu diturunkan menjadi kepentingan praktis maka pada saat itulah "tidak adanya lagi control" yang bisa digunakan untuk menilai mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk. Harusnya agama hadir ketika benturan praktis di grass-root terjadi. 

Itu sebabnya, antara politik dan agama tidak boleh dicampur aduk tanpa arah dan ketegasan yang konkrit. Karena bagaimanapun faham bahwa Negeri ini bukan Negara Agama, apalagi hanya agama tertentu saja tetapi NKRI adalah Negara yang berdasarkan Pancasila. Dan ini sudah final.

Bagi saya, hal ini bukan tidak dimengerti dan difahami oleh seorang Prof DR Amien Rais yang mantan Pimpinan DPR/MPR. Tetapi mengapa lalu sepertinya "tidak mengerti" ?. Disinilah cara berpikir Amien Rais yang tidak terfahami.

Negeri ini harus dijaga keutuhannya. Sebab kalua tidak utuh maka habis republic ini. Dan saya yakin, tidak ada satupun yang mengehendaki Negeri ini jatuh berkeping-keping. Kecuali mereka yang "cara berpikirnya sudah salah dan sesat jalan" !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun