Tiba-tiba ustadzah itu rasanya malu, seperti harus lebih soleha, begitulah kira-kira.
Kami duduk merapat, saya melakukan sedikit observasi pada tiap anak untuk mengetahui kesiapan mereka. Ada yang sudah lumayan mengenal warna dan angka dengan penyebutan yang jauh dari benar dan sebagian besar  tidak mengenal sama sekali. Jangankan Bahasa Inggris, untuk selalu berbahasa Indonesia saja tidak semua terbiasa
Saya certified trainer, tentu terbiasa bertemu dan berbicara dengan siapa saja. Tapi saat bertemu anak-anak ini saya agak kaget dan perlu membiasakan diri.Dari tujuh anak, enam di antaranya adalah anak sekitar area sekolah. Mereka berbicara dengan tone keras, riuh, dan dengan bahasa Madura!
Pertemuan pertama tapi sudah harus memisahkan anak yang bertengkar dimana mereka saling mengatai dan membela diri dengan bahasa Madura yang tidak saya pahami.
Ini adalah tonggak perkenalan saya dengan bahasa ketiga di tanah Jember ini. Sejak saat itu saya tak hanya mengenal taiye saja, tapi juga sangat banyak kosakata Madura lain
Hari pertama dilalui dengan lancar dan gembira karena hanya bermain-main saja. Setelah berjanji akan datang minggu depan, saya pulang dengan wajah dan hati yang tersenyum hangat.
Gawat, anak anak ini telah memikat hati...
Jember, Oktober 2023
Yupi - Ustadzahnya anak anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H