Di suatu siang yang suhunya 36°C anak saya dilarikan ke UGD Puskesmas yang letaknya persis di seberang sekolah. Dia (dan seorang siswa lain) terkena heatstroke sampai suhu badan 40°C, kesemutan sekujur badan, jantung berdebar, tak mampu berdiri, pusing, bahkan bingung dan bicara tak jelas. Tekanan darah drop, dehidrasi parah dan gelisahnya segera ditangani pihak puskesmas. Syok Hipovolemik adalah diagnosanya. Setelah kondisinya lebih stabil, dokternya menyarankan untuk rawat inap.
Saya sedang berpikir mau membawa ke RS yang mana saat perawat menawarkan :
"Ibu bisa rawat inap di sini, tapi tinggal yang kelas 3 yang alhamdulillah sedang kosong bu”
“ Kosong gimana mbak?”
“ Sedang tidak ada pasien lain di kamar kelas 3, jadinya nyaman sendirian. Atau kalau tidak berkenan bisa saya buatkan rujukan ke RS lain. Oh iya, ibu pakai BPJS atau umum?”
" Umum mbak"
" Baik bu.
Saya tadinya bermaksud membawa ke rumah sakit lain karena tidak terpikir bahwa di Puskesmas ada. Tapi demi melihat anak yang masih kepayahan, saya putuskan untuk rawat inap di Puskesmas saja. Pertimbangannya adalah kamar yang akan kami tempati sendirian saja dan kemungkinan hanya perlu rawat inap semalam untuk observasi saja.
Selama ga usah ada yang bezuk, biar kami bermalam di kamar begini saja sudah cukup. Keluarga saja yang agak keberatan tapi bisa diyakinkan bahwa ini sudah cukup baik.
Kamar Kelas 3