INDONESIA SEBAGAI AKSELERATOR GEOPOLITIK ENERGI DI KAWASAN
      Cita-cita menjadikan Indonesia sebagai kekuatan maritim dunia yang berlandaskan Poros Maritim dunia semakin menguat seiring adanya tren baru bernama konsep Kawasan Lingkar Indo-Pasifik, dimana kawasan yang menjadi atau dinotice oleh negara adidaya. Dalam rangka mewujudkan visi Poros Maritim Dunia setidaknya diperlukan strategi dasar yang terdiri atas menggiatkan pemahaman tentang Konsepsi Wawasan Nusantara dan Deklarasi Juanda 1957.
    Dalam sebuah percaturan geopolitik dan geoekonomi dunia dulu tergabung menjadi satu kesatuan, dewasa ini hal tersebut nampaknya tidak terjadi khususnya oleh Indonesia. Geopolitik Indonesia yang saat ini mungkin masih teradopsi dari Washington serta Geoekonomi-nya terafiliasi oleh China.
      Hal inilah yang seharusnya dimaksimalkan oleh Indonesia sebagai bandul dari negara-negara yang ada di kawasan Indo-Pasifik. Sehingga membangun ruang bersama untuk koeksistensi dan membangun keyakinan negara berkembang lainnya. Dan juga membangun sebuah sistem baru dengan mekanisme yang efektif untuk memelihara perdamaian,stabilitas dan supermasi hukum yang akan berlaku. Dengan memiliki peran dan kemampuan untuk menghimpun membuat Indonesia dilirik sebagai negara yang paling realistis sebagai poros penyeimbang dari negara para negara adidaya sebagai pemeran utamanya.
      Indonesia sebagai epicentrum dari konsep Indo-Pasifik yang terbentuk dari ilustrasi yang berkembang secara dinamis dan organik dari berbagai suduat pandang, salah satunya meninjau dari aspek biografis yang menghubungkan dua lautan besar dunia yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Fakta geopolitik dan geostrategi ini yang seharusnya menjadi barometer Indonesia sebagai mitra stratejik negara-negara major power.
     Dan sudah seharusnya Indonesia memantapkan konsep Trisakti dari Founding Father Ir.Soekarno yang masih belum efektif dalam sebuah relevansi dinamika global yang mana hanya sering kali menjadi hipotesa belaka.
    Sebuah perspektif sosial tentang energi yang merupakan dimensi penting dari kesejahteraan masyarakat. Maka, pengelolaan energi yang tepat perlu disoroti agar terbangun kehidupan yang lebih adil dan setara. Dalam dinamika perkembangan energi khususnya EBT memang membutuhkan fleksibilitas dalam berbagai macam katalog yang tersedia.  Sebab kunci utama dalam transisi energi terbarukan yaitu adanya berbagai bauran sumber Energi Baru dan Terbarukan(EBT) yang sebenarnya dapat diaplikasikan oleh suatu negara untuk pengembangannya. Transformasi energi yang saat ini dimotori dengan adanya perkembangan energi terbarukan yang sangat pesat dapat membawa perubahan dalam ruang lingkup dan dampak dari geopolitik yang sudah terbangun selama ini.
    Selain itu komitmen politik menjadi pondasi penting dalam mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) sebagai pemasok utama sumber energi nasional. Dengan adanya komitmen, regulasi akan mudah dilahirkan sebagai bridging kebutuhan industri dan investor energi terbarukan. Kebijkan luar negeri Indonesia tampaknya mulai nyata dalam sebuah terminologi lainnya, sehingga Indonesia gigih dan terus  melanjutan promosi dan memperjuangan haknya sebagai negara kawasan yang juga berdaulat sebagai indentitas bangsa.
Dengan berazaskan falsafah Pancasila dan haluan yang bebas aktif sudah layaknya merangkul negara-negara major power dalam menjalin kesepahaman antar negara di kawasan diluar dari diskursus politik global yang tersedia. Terutama mewujudkan konsep Indo-pasifik sebagai bingkai kerjasama multilateral pada leading sector geopolitik energi secara massive.
Yuwono Setyo Widagdo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H