Mohon tunggu...
Yuyun Suminah
Yuyun Suminah Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru, penulis, pendongeng dan reporter

Seseorang yang memiliki hobi menulis dan membaca, aktivitasnya selain sebagai seorang guru, pendongeng, reporter di Komunitas Remaja Smart with Islam

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

"Aynal Muslimun?", Meminta Bertemu Muslimah Palestina

21 November 2024   12:01 Diperbarui: 22 November 2024   07:43 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di setiap perjalanan safar Umroh seseorang selalu membawa kisah dan pengalaman yang kadang terjadi diluar logika, bagi dirinya sendiri maupun bagi orang yang mendengarnya. Banyak yang bilang "amal kebaikan atau kebiasaan kita selama di tanah kelahiran sendiri akan Allah balas atau tampakan di sini". 

Bahkan do'a yang baru terbesit di dalam hati saja akan dikabulkan tentu atas seizin Allah. Sangking dahyatnya berdo'a di Kota suci umat Islam di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. 

Termasuk kisah yang aku alami tanggal 26 Agustus 2024 ketika di Masjid Nabawi, semoga dengan tulisan ini sebagai bukti bahwa Allah mengizinkan berbagi pengalamanku. Berharap ada kebaikan, hikmah dan pelajaran yang bisa diambil oleh para pembaca. Aamiin

Hari itu selepas ziarah wada (ziarah perpisahan) dengan Rasulullah walaupun tak masuk lagi ke Raudoh. Rombongan kami hanya di pelataran sambil memandang Kubah Hijau yang indah, kubah yang menandakan di sanalah Rasulullah bersemanyam. 

Sumber: Dokumentasi Pribadi (kubah Hijau, Makam Rasulullah, Masjis Nabawi, Madinah, Arab Saudi)
Sumber: Dokumentasi Pribadi (kubah Hijau, Makam Rasulullah, Masjis Nabawi, Madinah, Arab Saudi)

Ah... kenapa secepat ini aku harus meninggalkan tempat ini, merasakan sedekat ini dengan Rasulullah. Yang setiap solat kita sebut namanya, setiap berdo'a dan setiap dzikir.

Rasa syukur terucap tiada henti, lelehan air mata, rasa haru campur aduk. Tempat saksi perjuangan dakwah Rasulullah dan para sahabatnya. Tempat yang dirindukan, dimimpikan dan tempat terindah di dunia yaitu Masjid Nabawi.

Bahkan Rasulullah SAW bersabda, “Sholat di masjidku ini lebih baik seribu sholat di banding dengan sholat di masjid-masjid yang lainnya, kecuali Masjidil Haram (karena sesungguhnya ia lebih utama)”.

Kenapa begitu indah dan menjadi sebuah cita-cita besar bagi umat Islam karena di tempat ini Rasulullah manusia mulia hidup, berjuang dan dakwah.

Banyak orang yang rela berkorban harta dan rela meninggalkan anak, istri, suami, orangtua bahkan rela menunggu bertahun-tahun demi bisa bertamu, mengziarahi Rasulullah. 

Lelehan air mata disaat berdo'a, mengucap syukur tiada henti. Masih tak menyangka bisa solat di Masjid Rasulullah, masih tak menyangka diantara jutaan umat Rasul aku termasuk diantaranya yang bisa solat di sini. 

Terbayar sudah penantian selama 12 tahun bisa menemuimu Ya Rasulullah, bisa mengucapkan salam langsung di depan bersemanyamnya jasadmu. Melihat dan merasakan sampai ke memori paling dalam. Berharap melekat sampai jasad ini lepas dari ragaku.

Ada rasa gemuruh dihati, rasa tak karuan diantara sekian banyak do'a membayangkan bagaimana Jika Allah mempertemukanku dengan muslimah Palestina

Permintaan do'a yang aku minta, mustahil bisa bertemu bukankah Palestina masih belum berakhir  dijajah oleh zionis laknatullah?. Ragu.

Ya Allah... 1 tahun sudah Gaza membara berlumuran darah, tempat tinggal sekolah, rumah sakit, masjid dan lainnya hancur porak poranda. Lebih dari 43.000 saudara kita syahid di sana. Pria,wanita dan  Anak-anak.

Dunia menyaksikan, kami menyaksikan bahkan pemimpim negeri-negeri muslim melihatnya. Tapi mereka diam, mereka bungkam. Dimana umat Islam, umat Rasulullah? Aynal Muslimun?

Bukankah Rasulullah berpesan lewat sabdanya     "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya). ' (HR. Bukhari dan Muslim).

Ya Rasulullah... apa yang aku bisa lakukan selain do'a, bahwa aku tak diam, walaupun hanya lewat tulisan ini aku berisik, aku bersuara.

Ya Allah... Ya Rasulullah di masjid ini aku berdo'a meminta dipertemukan dengan saudariku muslimah Palestina. 

Aku pingin bilang  ya Allah ya Rasulullah " wahai saudari jauhku yang tersekat jarak namun dekat di hati, yang disatukan oleh ikatan akidah, maafkan aku, maafkan kami  saudaramu di Indonesia, kami terhalang oleh pemimpim kami.

Ya Allah... Ya Rasulullah aku pingin memeluknya dengan erat, dan membisikannya dengan kekuatan, bahwa dia dan saudaranya di Pelestina tidak sendirian, mereka punya Allah yang kapan saja bisa menggeraka  hati pemimpin kami untuk mengirimkan tentara-tentaranya ke sana.

Saudariku kau tak sendirian ada Allah yang maha berkuasa atas langit dan bumi, mudah bagi Allah menghancurkan zionis laknatullah tersebut".

Maafkan kami, kami hanya bisa berisik dengan melakukan aksi turun ke jalan-jalan di depan gedung pemimpin kami, gedung para pendukung zionis, memboikot prodak, selain dengan do'a hanya sebatas itu yang bisa kami lakukan.

Sebenarnya zionis laknatullah tersebut bisa tenggelam hanya dengan air ludah umat Islam jika umat Islam bersatu. 

Do'a yang aku minta di Masjidmu ini ya Rasulullah dan membayangkan bertemu dengan muslimah Palestina. Namun sayang ragu di hati mengalahkan keyakinanku kepadaMu.

Padahal tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, jika hati ini yakin dan atas izin Allah bisa saja Allah pertemukanku dengan muslimah Palestina. Namun sayang hati ini terlalu terbawa oleh perasaan 'mustahil'.

Di sana jutaan umat Islam disatukan  dalam satu tempat. Dari berbagai negara, bahasa, ras, suku dan warna kulit.  Hilir mudik wajah yang berbeda-beda dari belahan dunia. Namun tak ada interaksi diantara kami. Hanya sebatas melintas, melihat, kadang saling mengucapkan salam. 

Rasa rindu ingin bertemu dengan saudari muslimah Palestina  Allah menggantinya dengan mempertemukan dan berinteraksi dengan muslimah dari Tunia, yang masih memiliki wajah serupa dengan wajah  muslimah Palestina. Hidung mancung, cantik. Pertemuan itu terjadi di dalam masjid Nabawi.

Setelah aku selesai mengambil air zam-zam, suasana di dalam Masjid di waktu Dhuha memang lengah. Aku saja merasakan nyaman, syahdu, menikmati dengan santai dibandingkan diwaktu jam solat, padat.

Muslimah tersebut cantik, bergamis  dan berkerudung putih, mukanya putih bersih, tinggi badannya, badannya berisi tapi tidak gendut juga. Menurutku sesuai dengan tinggi badannya.  menyapaku dengan bahasa yang tak aku fahami.

Meminta tolong difotokan, sambil menyodorkan ponselnya, bahagianya aku. Dan aku bilang  di dalam hati "ya Allah apa ini pengganti saudariku dari Palestina?".

Kami saling berkenalan, menyebutkan nama masing-masing dan asal negara. Aku yang payah bahasa arabnya. Hanya bisa bilang "ana min Indonesia". Ana Yuyun. 

Dia pun menyebutkan namanya, sayangnya aku lupa. Hehe. Dia dari negara Tunia.  mukanya masih terbayang di pelupuk mata dan hati sampai tulisan ini di buat. 


Bahagianya dia ketika melihat hasil jepretanku bahkan aku melihat dan menyaksikan sendiri jarinya mengalihkan, menggeser dan mencari letak foto itu tersimpan. Kami berdua berdeketan dengan posisi berdiri. Saling bertatapan dan tersenyum sebagai tanda senangnya hati kami.

Saling cipika cipiki, berpelukan & mendoakan semoga bisa dipertemukan lagi  di sini dengan bahasa masing-masing. Aamiin

Sangking bahagianya aku sampe lupa minta foto bareng dia, lagian pinselku di tas tak aku bawa dititipkan ke temen. Mikirnya ngapain dibawa orang cuman mau ngambil air zam-zam saja sebentar.

Ah dasar aku tapi dengan pertemuan ini saja aku bahagia, merasa Allah membayar rasa rinduku tuk bertemu muslimah Palestina.

Tidak ada pertemuan yang terjadi kalau tidak atas kehendak Allah, do'aku kurang yakin padahal jika Allah menghendaki bisa terjadi pertemuan itu.

Bisa buat renungan aku pribadi, berdo'alah dengan yakin bahwa do'a yang kita minta pasti Allah kabulkan.

Semoga ini juga kode dari Allah kalau aku harus belajar lagi, lagi dan lagi bahasa Arab dan bahasa  inggris. 

Ya Allah do'aku satukan umat Islam, kirimkan para tentara umat Islam untuk membebaskan dan mengembalikan saudara kami Palestina agar merdeka.

Hancurkan para zinonis laknatullah dari muka bumi ini. Aamiin

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun