Mohon tunggu...
Yuyun Suminah
Yuyun Suminah Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru, penulis, pendongeng dan reporter

Seseorang yang memiliki hobi menulis dan membaca, aktivitasnya selain sebagai seorang guru, pendongeng, reporter di Komunitas Remaja Smart with Islam

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kencleng Kaleng

19 November 2024   09:39 Diperbarui: 19 November 2024   10:55 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi 

Selama masa hidupnya Nenek sering menyampaikan do'a itu sampai Aku beranjak dewasa Kuliah dan 2012 menikah. Aku menyampaikan do'a dari sang Kakek kepada suamiku bahkan Aku memintanya membaca semua isi proposal hidupku. Berharap Allah mengabulkan semua do'a-do'a yang kutuliskan lewat perantaranya.

Aku punya kebiasaan menuliskan semua mimpi dan cita-cita dalam bentuk proposal yang nanti akan diajukan kepada Allah SWT. Bukan tampa alasan kebiasaan menulis proposal hidup disetiap akhir tahun karena termotivasi dari sebuah buku yang berjudul " Tuhan inilah proposal hidupku".

Buku yang menyadarkanku seberapa penting membuat proposal hidup, acara yang satu hari atau paling lama satu pekan saja ada proposalnya, masa hidup kita yang lama tidak ada proposalnya? Dari sanalah motivasi dan langkah apa saja yang bisa dilakukan semua tertarget.

Menabung menjadi jalan ikhtiarku atas izin suami meminta menyisihkan uang gajinya untuk menabung walaupun saat itu rumah tangga Kami masih merintis, keuangan belum stabil masih tarik-tarikan kesana kemari karena kebutuhan hidup Kami. Rumah pun masih ngontrak yang ketika habis kontrak harus mencari lagi.

Bersamaan dengan statusku sebagai mahasiswi akhir yang memperlukan biaya tak sedikit namun tidak menyurutkanku menabung untuk biaya Haji/Umroh. Yang bisa Aku lakukan saat itu diusia pertama pernikahan Kami menabung hanya di kaleng bekas kue kering yang kusulap jadi celengan atau kencleng. 

Kaleng tersebut sedikit kukreasikan dengan dilapisi kertas HVS putih dan tertulis 'kencleng Haji/Umroh', dari sana menjadi saksi bahwa do'a itu akan kuperjuangkan.

 Namun do'a saja belum cukup karena Allah memerintahkan untuk berusaha, sejauh apa ikhtiar yang bisa dilakukan. Tak semulus jalan tol tak semudah membalikkan telapak tangan ujian, rintangan, hambatan bahkan putus asa menjadi bumbu dalam perjuanganku.

Aku hanya seorang istri yang tak bekerja hanya bergantung rizkinya lewat perantara suami, maka yang bisa kulakukan hanya lewat jalur langit. Berdo'a.

 Berusaha taat menjalankan amalan yang disyariatkan memantaskan diri agar bisa mendapkan undanganNYA. Ada ranah yang perlu diikhtiari sesuai dengan kapasitasku sebagai seorang istri, ikhtiar itulah yang membuktikan keseriusan.

Selama proses ikhtiar menabung tersebut sedikit demi sedikit mulai terkumpul namun sering mengalami bentroknya dengan kebutuhan mendesak ini itu. Akhirnya uang itu terpakai sehingga harus memulai menabung lagi. 

Mungkin Allah memang belum mengizinkan, putus asa manusiawi "apa Aku tidak akan pernah mengalami menjadi tamuNYA", apa Aku belum pantas mendapatkan undanganNYA?" . Pertanyaan-pertanyaan yang melunturkan keyakinan akan do'a yang selalu diminta. "Bisakah Aku Ya Allah".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun