Mohon tunggu...
SatyaMeva Jaya
SatyaMeva Jaya Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, Berbagi, dan Lepas

I Never mess with my dreams "m a Sapiosexual"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Akal Manusia pada Logika, Matematika, Fisika dan Metafisikalah keterbatasan Akal manusia

21 November 2020   02:05 Diperbarui: 21 November 2020   14:56 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bagi penulis sendiri, beranggapan bawa secara filosofis bahwa alam semesta ini tercipta dikarenakan sebab dari wujud materi pertama, seperti pada teori Big Bang yang berarti terdapat ledakan bintang besar sehingga terpecah dan memanas sampai mendingin pada milyaran tahun sehingga terjadilah bumi ini. Berlanjut pada keteraturan penyusunan unsur air, tanah, udara, dan api yang dijelaskan dari besar kecilnya atom, sehingga atom yang terkcil akan berwujud angin, lalu keselarasan antara jauh dekatnya entitas dunia seperti matahari berjarak dengan bumi, manusia memiliki mata dikepala, tumbuhan dapat berfotosintesis, dan hewan-hewan besar punah (dinosaurus) ketika manusia muncul di bumi.

Coba kita tarik lebih dalam lagi, semua ini terdapat kausalitas yang penulis anggap wujud pertama dari teori big bang ialah "bintang besar pertama" sering dikenal super atom panas yang meledak. Saat itu kita menyebutnya bintang besar pertama. Namun menjadi pertanyaan, bintang pertama tersebut pasti ada bahan utamanya dan ada prosesnya bukan? Jika kita tarik dalam lagi, bahan dari materi bintang tersebut memiliki keterciptaan dan penggerak sehingga berproses menjadi bintang besar tersebut. 

Maka, disitu lah Tuhan yaitu Allah swt yang menggerakan dan memproses, menciptakan bahan awal tersebut. Karena mustahil, tidak ada sebab awal yang tunggal dan yang wajibul wujud jika kita semua adalah mumkinul wujud. Ketika, logika seperti thales beserta murifnya masih diragukan mengenai alam semesta ini, maka demokritus masuk pada ranah laboratorim (matematika), ketika matematika belum bisa menjawab utuh alam semseta beserta isinya ini maka masuklah pada fisika seperti Newton, Leibniz dan Hawking. Lalu, ketiga logika, matematika dan fisika masih belum bisa menjawab maka terakhir metafisika lah yang di padukan (kehendak tuhan) / Allahualam. Seperti penulis, yang mencoba mengutarakan melalui logika namun kembali kepada metafisika yang transedental yaitu Allah Swt. Bukan hanya penulis, namun Newton pun melibatkan kehendak tuhan ketika berseteru dengan Leibniz mengenai kalkulusnya dalam buku optic 3 si Newton.


ketika dering telphone yang dimulai pukul 20.34 mengisyaratkan orang tua kita memanggil untuk pulang, maka ketika itu selesai dialektika kita.
Masih banyak hal yang perlu dikoreksi dan belum kita ketahui secara utuh ketika itu. Kebenaran hanya milik Allah Swt, Kesalahan milik Setan, dan kita adalah korban kesalahan setan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun