Aku suka berakal namun akalku dibatasi akal
Awalnya tulisan ini ku tuliskan dirangsang ketika adik tingkatku menanyakan dua soal mengenai siapa Tuhan dan bagaimana alam semesta dan manusia bisa ada, sore itu kita (saya, teman seangkatan, dan adik tingkat) berdialektika bersama. Dengan refrensi buku, dengan judul buku Tuhan yang berpikir, Menalar Tuhan, Kausalitas Al-Gazhali, Sapiens Yuval Noah Harari dan buku sejarah filsafat Islam. Maaf, aku lupa penulisnya, kecuali Dedy ibmar pada Tuhan yang berpikir dan Franz Magnis S. Pada buku Menalar Tuhan.
Kami masuk pada ranah siapa tuhan? namun pembahasan kami auto bergeser pada penyebab Tuhan. Tenyata kami akal kami terbatas. Hanya bisa menjawab, Siapa Tuhan? Yaitu ALLAH SWT.Â
Disini kita masuk, Tuhan adalah entitas yang terbebas dari materi, tidak digerakkan dan ialah penyebab gerak secara terus menerus. Tuhanlah realitas pertama terhadap kausalitas/penyebab tercipanya alam semesta. Penggerak yang menggerakkan( the unmoved mover) menurut aristoteles. Artinya, tuhan lah yang menggerakkan seluruh entitas yg di ciptakan, ialah penyebab pertama alam semesta beserta isinya dalam wujud bermateri (eksistensi) maupun wujud tidak  terikat pada materi (esensi).
Tuhan masuk ke dalam ranah transedental maka tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, tidak ada manusia sampai saat ini yang mampu menjelaskan bagaimana bisa adanya tuhan. suatu ketidakmungkinan untuk kita manusia yang diciptakan Tuhan mampu menjelaskan penyebab adanya Tuhan, karena ia kekal, tidak terbatas oleh ruang, gerak dan waktu. Sedangkan kita yang terbatas oleh ruang, gerak dan waktu, yang artinya kita diciptakan (ada sebab) dan tidak abadi. Kemustahilan menjelaskan, suatu Entitas yang diciptakan tidak abadi (manusia), dan terbatas oleh materi yang tidak kekal (wahuwa awal-wahuwa akhir/terlahir-kematian) dapat menjelaskan penyebab suatu entitas yang kekal (tidak berawal-berakhir), tidak diciptakan dan tidak terbatas pada ruang, gerak dan waktu. Â
Singkatnya, Tuhan karena tidak berubah, maka tidak berkaitan dengan materi dan waktu, maka dari itu dialah satu-satunya entitas tidak bermula (kekal) dan abadi.
Contoh : Mobil akan bergerak ketika, ada penggerak (manusia), ia bergerak maka berubah sehingga timbullah awal waktu dari mobil sesuai waktu reatif pada kecepatannya.
Dari penjabaran secara filosofis diatas  maka Tuhan adalah penggerak yang menggerakan, ia kekal, tidak terikat pada materi, tidak bergerak sehingga ia tak berubah, maka ia tidak terikat pula pada waktu. Tuhan lah pencipta semua alam semesta (materi,wujud,jiwa,ruang,waktu), makhluk hidup, beserta isinya.
Jika secara teologis yang berarti berdadarkan iman dari wahyu serta agama penulis yaitu islam. Maka, Tuhan itu Esa. Ialah jika di tanya "Siapa" Tuhan? Maka Allah Swt adalah Tuhan. Tidak ada 2/lebih tuhan. Karena menurut ibn sina, Tuhan adalah wajibul wujud yang tidak ada mungkin ada wujud lainnya.
Timbul pertanyaan : jika tuhan ada dua, timbul pertanyaan siapakah yang pertama? Maka, tidak ada dua Tuhan namun hanya satu tanpa ada sebab ia ada. Sehingga, Jika ada dua Tuhan suatu kemungkinannya adalag saling klaim antar apa yang diciptakan mereka.Â
Perihal  diskursus mengenai alam dan manusia terdapat kesamaan yaitu sama-sama  manusia dan alam semesta di ciptakan Tuhan sesuai dengan penjabaran pada pertanyaan pertama sore itu.
kita masuk pada filsuf Yunani dan Filsuf Islam. Pada mulanya para filsuf mencoba mengaitkan semua asal muasal kejadian di alam semesta ini sesuai dari apa yang mereka lihat (inderawi) yang di olah dalam rasio mereka sehingga pada awalnya kajian mereka lebih kosmosentris. Jika di ambil beberapa contoh, seperti Thales yang mengutarakan bahwa air adalah asal dari segala sesuatu termasuk alam semesta, bumi ini terletak di atas air, dan makhluk hidup ini terdiri atas susunan air, dikarenakan Thales disini menggunakan rasionalitas yang di tangkap melalui panca indra yang mana ia tinggal di pesisir pantai dan seorang saudagar yang sering berlayar, artinya ia menyebutkan alam dan isi nya berasal dari air dikarenakan kehidupan Thales yang kerap bersentuhan dengan air.Â
Lalu, ada muridnya Thales yaitu Anaximandros yang mengkritik pandangan gurunya mengenai air sebagai kausalitas atas sesuatu. Anaximandros mengungkapkan bahwa alam semesta, bumi, dan mahluk hidup berasal yang panas (api), bahwa air berlawanan dengan api yang membalut sesuatu yang dingin (cair ) maka sesuatu menjadi membeku. karena ada panas disekitar bumi, ada laut yang mengering dan menjadi daratan, demikian juga makhluk hidup. Ia menggunakan rasionalitas akal yang ditangkap indrawi mengenai suatu fenomena alam semesta ini yang bermula dari panas (api) yang berlawanan dengan dingin (air), ia bisa berpendapat demikian dikareanakan kehidupannya di kaki gunung berapi. Begitu pula demokritos yang mengutarakan dunia ini dari atom, tidak banyak yang dapat menjelaskan dimana ia bertempat tinggal. Namun, beberapa tulisan mengungkaokan ia kerap bersentuhan dengan laboratorium kimia saat di mesir, yang disitu ia bersentuhan dengan penelitian atom.
Bisa disimpulkan dari tiga contoh filsuf diatas yang menangkap suatu fenomena alam dan makhluk hidup (manusia) menggunakan akal/rasio indrawi yang mana berkesusaian terhadap tempat tinggal/kehidupan maupun kajian mengenai suatu material baru ketika itu (atom menurut demokritua) mereka pada saat itu.
Menurut penulis, tidak hanya rasio indrawi yang membuat para filsuf barat/Yunani menjelaskan bagaimana bisa alam semesta  dan makhluk hidup (manusia) dapat tercipta. Namun, jika kita bergeser pada pemikiran para filsuf islam yang mengadopsi beberapa teori penciptaan yunani salah satunnya Aristoteles maupun  turunan Neo platonis seperti plotinus ataupun Andronikus (mengenai metafisikanya). Para filsuf islam pun mempunyai beberapa perdebatan tentang alam semesta ketika itu, Al-Kindi misalnya. Ketika itu Al-kindi hadir dengan teori Creatio Ex Nihilo (penciptaan dari ketiadaan) yang mana alam semesta ini tercipta dari ketiadaan sebelumnya, ia mengadopsi beberapa konsep mengenai gerak,ruang dan waktu dari arisoteles namun mendapat titik perbedaan mengenai ketiga unsur tersebut adalah terbatas (tidak kekal) dan tericpta, namun berbeda perihal ketidak terbatasan waktu dan gerak menurut aristoteles yang bearti itu kekal. Artinya, tegas disini bahwa menurut al-kindi tuhan adalah pencipta, realitas utama penyebab dari "tiada suatu apapun"  (al - Ibda). Penulis mencoba menjabarkan lima dasar alam menurut al kindi, terdapat 4 kajian sebab akibat kosmoligis berdasarkan dalil-dalil keharusan dan yang 1 berdasarkan dalil teologis.
1. Al-kindi menyebut adanya keharusan entitas pencipta melalui proses "prinsip penentuan". Artinya, sebelum alam semesta ini berada pada eksistensinya (berbentuk materi) maka kemungkinan alam semesta ini untuk ada atau tidak ada. Dalam penentuan keberadaan dunia dalam bentuk material ini maka suatu prinsip penentuan diperlukan, dan tuhan memiliki hak atas penentuan ini.
2. Al kindi menyebut bahwa istilah satu mempunyai dua arti. Artinya, semua wujud tunggal adalah majemuk dalam dirinya, yaitu dapat terbagi-bagu dalam ketersusunan.
3. Al-Kindi menyatakan tentang keharusan penyebab pertama. Artinya menurut penulis,tidak mungkin segala sesuatu menjadi sebab bagi dirinya sendiri. Seperti dunia ini yang dari air misalnya, tidak mungkin air tersebut tidak mempunyai sebab, seperti juga api, atom, dll. Jika di kerucutkan lagi maka akan ada wujud tunggal penyebab dari segala sesuatu, Yaitu yang transedental yaitu Tuhan.
4. Al -kindi memberi analogi antara makrokosmos dan mikrokosmos. Artinya menurut penulis, di ibaratkan manusia (mikrokosmos) yang terdapat jiwa (makrokosmos) dimana jiwa memiliki pengarur dan penggerak yang cerdas dan demikian alam semesta. Keteraturan semua ini tak ada entitas lain yang layak memiliki kekuatan sebagai penggerak dan pengarur melainkan Tuhan.
5. Al kindi didasarkan argumen teologis menurutnya, susunan yang mengangumkan dari alam semesta ini, perihal keteraturannya, interaksi antara entitas-entitas atau pengaruh antar bagian-bagiannya. Artinya dalam hal ini ada yang baik sempurna akan tetap ada dan yang buruk akan terbinasakan, semua mengarah pada keteraturan berarti terdapat sang pengatur paling cerdas.
Disimpulkan bahwa, dari kelima point diatas al kindi berbicara tentang alam semesta dan kesempurnaannya. Ia memandang bahwa eksistensi dari keteraturan, keselarasan, Â ketertiban semua ini merupakan akibat dari pengaturan-Nya yang bijaksana. Mengapa penulis menganggap perlu memasukkan Al-Kindi pada soal ini? Sebab, beliaulah filsuf pertama islam yang menyistematiskan wacana filsafat, terutama filsafat Yunani kedalam filsafat Oslam, sehingga dapat di terima di tanah arab walau mengadopsi sebagian pemikiran Aristoteles. Pandangan Al Kindi juga mengenai creatio ex nihilo nya di dukung beberapa filsuf islam setelahnya seperti Al-Ghazali. Yang mana pada teori creatio ex nihilo ini terdapat rivalitas teori yang di kemukakan Al-Razi dan Al-Farabi.
Menarik pada pembahasan ini bahwa Al-Razi menentang teori Al-Kindi, ia menentang melalui muridnya Al-Kindi yang menyatakan bahwa dunia dan alam semesta ini tercipta atas pancaran, sublimisasi Tuhan. Teori Emanasi yang dikenal sebagai penyebutannya, ia beranggapan bahwa alam semesta dan makhluknya ini tercipta atas pancaran dari Tuhan. Yaitu, Mempunyai unsur fudamental pada Akal, Akil, dan Ma'qul. Menurutnya, Pikiran (akal) Tuhan, Tuhan yang berfikir (Akil) dan Tuhan yang memikirkan dirinya sendiri (Ma'Qul). Sehingga, dengan apa yang di akal, akil, Ma'qul- kan Tuhan berkontemplasi maka terjadi lah seluru alam semesta ini. Al-Razi mengibaratkan matahari yang mempunyai keniscayaan yaitu wujud bereksistensi mejadi cahaya. Al-Razi mempunyai teori lima kekal dan al-farabi mempunyai teori 11 kekal. Namun, hal ini kembali pada kajian teologis sesuai pada keimanan dan kepercayaan masing-masing dari filsuf tersebut.
Penulis berkesimpulan pada filsuf islam, mereka tetap berfilsafat menggunakan akal aktual (akal ini menangkap makna-makna dan konsep belaka) perihal penciptaan manusia dan alam semesta ini namun untuk filsuf yunani ia lebih menggunakan akal potensial-material-fisik (akal yang menangkap bentuk-bentuk dari barang-barang yang dapat ditangkap oleh panca indra).
Bagi penulis sendiri, beranggapan bawa secara filosofis bahwa alam semesta ini tercipta dikarenakan sebab dari wujud materi pertama, seperti pada teori Big Bang yang berarti terdapat ledakan bintang besar sehingga terpecah dan memanas sampai mendingin pada milyaran tahun sehingga terjadilah bumi ini. Berlanjut pada keteraturan penyusunan unsur air, tanah, udara, dan api yang dijelaskan dari besar kecilnya atom, sehingga atom yang terkcil akan berwujud angin, lalu keselarasan antara jauh dekatnya entitas dunia seperti matahari berjarak dengan bumi, manusia memiliki mata dikepala, tumbuhan dapat berfotosintesis, dan hewan-hewan besar punah (dinosaurus) ketika manusia muncul di bumi.
Coba kita tarik lebih dalam lagi, semua ini terdapat kausalitas yang penulis anggap wujud pertama dari teori big bang ialah "bintang besar pertama" sering dikenal super atom panas yang meledak. Saat itu kita menyebutnya bintang besar pertama. Namun menjadi pertanyaan, bintang pertama tersebut pasti ada bahan utamanya dan ada prosesnya bukan? Jika kita tarik dalam lagi, bahan dari materi bintang tersebut memiliki keterciptaan dan penggerak sehingga berproses menjadi bintang besar tersebut.Â
Maka, disitu lah Tuhan yaitu Allah swt yang menggerakan dan memproses, menciptakan bahan awal tersebut. Karena mustahil, tidak ada sebab awal yang tunggal dan yang wajibul wujud jika kita semua adalah mumkinul wujud. Ketika, logika seperti thales beserta murifnya masih diragukan mengenai alam semesta ini, maka demokritus masuk pada ranah laboratorim (matematika), ketika matematika belum bisa menjawab utuh alam semseta beserta isinya ini maka masuklah pada fisika seperti Newton, Leibniz dan Hawking. Lalu, ketiga logika, matematika dan fisika masih belum bisa menjawab maka terakhir metafisika lah yang di padukan (kehendak tuhan) / Allahualam. Seperti penulis, yang mencoba mengutarakan melalui logika namun kembali kepada metafisika yang transedental yaitu Allah Swt. Bukan hanya penulis, namun Newton pun melibatkan kehendak tuhan ketika berseteru dengan Leibniz mengenai kalkulusnya dalam buku optic 3 si Newton.
ketika dering telphone yang dimulai pukul 20.34 mengisyaratkan orang tua kita memanggil untuk pulang, maka ketika itu selesai dialektika kita.
Masih banyak hal yang perlu dikoreksi dan belum kita ketahui secara utuh ketika itu. Kebenaran hanya milik Allah Swt, Kesalahan milik Setan, dan kita adalah korban kesalahan setan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI