Mohon tunggu...
SatyaMeva Jaya
SatyaMeva Jaya Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, Berbagi, dan Lepas

I Never mess with my dreams "m a Sapiosexual"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Akal Manusia pada Logika, Matematika, Fisika dan Metafisikalah keterbatasan Akal manusia

21 November 2020   02:05 Diperbarui: 21 November 2020   14:56 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu, ada muridnya Thales yaitu Anaximandros yang mengkritik pandangan gurunya mengenai air sebagai kausalitas atas sesuatu. Anaximandros mengungkapkan bahwa alam semesta, bumi, dan mahluk hidup berasal yang panas (api), bahwa air berlawanan dengan api yang membalut sesuatu yang dingin (cair ) maka sesuatu menjadi membeku. karena ada panas disekitar bumi, ada laut yang mengering dan menjadi daratan, demikian juga makhluk hidup. Ia menggunakan rasionalitas akal yang ditangkap indrawi mengenai suatu fenomena alam semesta ini yang bermula dari panas (api) yang berlawanan dengan dingin (air), ia bisa berpendapat demikian dikareanakan kehidupannya di kaki gunung berapi. Begitu pula demokritos yang mengutarakan dunia ini dari atom, tidak banyak yang dapat menjelaskan dimana ia bertempat tinggal. Namun, beberapa tulisan mengungkaokan ia kerap bersentuhan dengan laboratorium kimia saat di mesir, yang disitu ia bersentuhan dengan penelitian atom.

Bisa disimpulkan dari tiga contoh filsuf diatas yang menangkap suatu fenomena alam dan makhluk hidup (manusia) menggunakan akal/rasio indrawi yang mana berkesusaian terhadap tempat tinggal/kehidupan maupun kajian mengenai suatu material baru ketika itu (atom menurut demokritua) mereka pada saat itu.

Menurut penulis, tidak hanya rasio indrawi yang membuat para filsuf barat/Yunani menjelaskan bagaimana bisa alam semesta  dan makhluk hidup (manusia) dapat tercipta. Namun, jika kita bergeser pada pemikiran para filsuf islam yang mengadopsi beberapa teori penciptaan yunani salah satunnya Aristoteles maupun  turunan Neo platonis seperti plotinus ataupun Andronikus (mengenai metafisikanya). Para filsuf islam pun mempunyai beberapa perdebatan tentang alam semesta ketika itu, Al-Kindi misalnya. Ketika itu Al-kindi hadir dengan teori Creatio Ex Nihilo (penciptaan dari ketiadaan) yang mana alam semesta ini tercipta dari ketiadaan sebelumnya, ia mengadopsi beberapa konsep mengenai gerak,ruang dan waktu dari arisoteles namun mendapat titik perbedaan mengenai ketiga unsur tersebut adalah terbatas (tidak kekal) dan tericpta, namun berbeda perihal ketidak terbatasan waktu dan gerak menurut aristoteles yang bearti itu kekal. Artinya, tegas disini bahwa menurut al-kindi tuhan adalah pencipta, realitas utama penyebab dari "tiada suatu apapun"  (al - Ibda). Penulis mencoba menjabarkan lima dasar alam menurut al kindi, terdapat 4 kajian sebab akibat kosmoligis berdasarkan dalil-dalil keharusan dan yang 1 berdasarkan dalil teologis.

1. Al-kindi menyebut adanya keharusan entitas pencipta melalui proses "prinsip penentuan". Artinya, sebelum alam semesta ini berada pada eksistensinya (berbentuk materi) maka kemungkinan alam semesta ini untuk ada atau tidak ada. Dalam penentuan keberadaan dunia dalam bentuk material ini maka suatu prinsip penentuan diperlukan, dan tuhan memiliki hak atas penentuan ini.

2. Al kindi menyebut bahwa istilah satu mempunyai dua arti. Artinya, semua wujud tunggal adalah majemuk dalam dirinya, yaitu dapat terbagi-bagu dalam ketersusunan.

3. Al-Kindi menyatakan tentang keharusan penyebab pertama. Artinya menurut penulis,tidak mungkin segala sesuatu menjadi sebab bagi dirinya sendiri. Seperti dunia ini yang dari air misalnya, tidak mungkin air tersebut tidak mempunyai sebab, seperti juga api, atom, dll. Jika di kerucutkan lagi maka akan ada wujud tunggal penyebab dari segala sesuatu, Yaitu yang transedental yaitu Tuhan.

4. Al -kindi memberi analogi antara makrokosmos dan mikrokosmos. Artinya menurut penulis, di ibaratkan manusia (mikrokosmos) yang terdapat jiwa (makrokosmos) dimana jiwa memiliki pengarur dan penggerak yang cerdas dan demikian alam semesta. Keteraturan semua ini tak ada entitas lain yang layak memiliki kekuatan sebagai penggerak dan pengarur melainkan Tuhan.

5. Al kindi didasarkan argumen teologis menurutnya, susunan yang mengangumkan dari alam semesta ini, perihal keteraturannya, interaksi antara entitas-entitas atau pengaruh antar bagian-bagiannya. Artinya dalam hal ini ada yang baik sempurna akan tetap ada dan yang buruk akan terbinasakan, semua mengarah pada keteraturan berarti terdapat sang pengatur paling cerdas.

Disimpulkan bahwa, dari kelima point diatas al kindi berbicara tentang alam semesta dan kesempurnaannya. Ia memandang bahwa eksistensi dari keteraturan, keselarasan,  ketertiban semua ini merupakan akibat dari pengaturan-Nya yang bijaksana. Mengapa penulis menganggap perlu memasukkan Al-Kindi pada soal ini? Sebab, beliaulah filsuf pertama islam yang menyistematiskan wacana filsafat, terutama filsafat Yunani kedalam filsafat Oslam, sehingga dapat di terima di tanah arab walau mengadopsi sebagian pemikiran Aristoteles. Pandangan Al Kindi juga mengenai creatio ex nihilo nya di dukung beberapa filsuf islam setelahnya seperti Al-Ghazali. Yang mana pada teori creatio ex nihilo ini terdapat rivalitas teori yang di kemukakan Al-Razi dan Al-Farabi.

Menarik pada pembahasan ini bahwa Al-Razi menentang teori Al-Kindi, ia menentang melalui muridnya Al-Kindi yang menyatakan bahwa dunia dan alam semesta ini tercipta atas pancaran, sublimisasi Tuhan. Teori Emanasi yang dikenal sebagai penyebutannya, ia beranggapan bahwa alam semesta dan makhluknya ini tercipta atas pancaran dari Tuhan. Yaitu, Mempunyai unsur fudamental pada Akal, Akil, dan Ma'qul. Menurutnya, Pikiran (akal) Tuhan, Tuhan yang berfikir (Akil) dan Tuhan yang memikirkan dirinya sendiri (Ma'Qul). Sehingga, dengan apa yang di akal, akil, Ma'qul- kan Tuhan berkontemplasi maka terjadi lah seluru alam semesta ini. Al-Razi mengibaratkan matahari yang mempunyai keniscayaan yaitu wujud bereksistensi mejadi cahaya. Al-Razi mempunyai teori lima kekal dan al-farabi mempunyai teori 11 kekal. Namun, hal ini kembali pada kajian teologis sesuai pada keimanan dan kepercayaan masing-masing dari filsuf tersebut.

Penulis berkesimpulan pada filsuf islam, mereka tetap berfilsafat menggunakan akal aktual (akal ini menangkap makna-makna dan konsep belaka) perihal penciptaan manusia dan alam semesta ini namun untuk filsuf yunani ia lebih menggunakan akal potensial-material-fisik (akal yang menangkap bentuk-bentuk dari barang-barang yang dapat ditangkap oleh panca indra).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun