Terlahir kedunia ini adalah suatu mukjizat dari Allah SWT, dan meraih kebahagiaan adalah cita-cita setiap manusia. Tak satu pun manusia yang ingin bersedih dan merasakan kesengsaraan dalam hidup ini.
Bahkan di dalam Alquran, Allah menyebut kata bahagia dalam dua segmen; pertama, kebahagiaan karena dunia. Dan kedua, kebahagiaan karena keutamaan dan rahmat Allah.
      *****
Zaimar namanya terlahir sebagai tuna wicara/bisu bukan lah kehendak nya. Dia tetangga ku. Aku sudah bersahabat dengan nya sedari kecil. Teman bermain, bersenda gurau, meskipun kebanyakan orang tidak bisa bergaul dengan nya karena dia bisu.
Lain halnya dengan ku, aku menggunakan bahasa isyarat dengan menggunakan kode tangan maupun kode mulut dan terkadang menggunakan gerakan bahasa tubuh lain nya seperti mata.
Karena sudah terbiasa sehari-hari dengan nya maka aku bisa berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa isyarat. Yang pastinya dia tidak bersekolah di sekolah khusus seperti orang kota, karena memang pada dasarnya sekolah untuk yang berkebutuhan khusus tersebut tidak ada di tempat kami.
Atas izin  dan kebesaran hati seorang kepala sekolah ingin berbagi dan juga menyantuni anak yatim maka dia di izinkan bersekolah dan belajar bersama di kelas. Dia tidak pernah mengganggu aktivitas selama pembelajaran. Itu salah satu hal yang menyebabkan orang menyukainya termasuk para guru.
Dengan mengizinkan sekolah di SD tersebut Zaimar sangat senang apalagi ada aku yang selalu ada bersama nya. Meskipun bisu, dia sangat suka berbagi dengan teman-teman yang lain. Saat jam istirahat adalah waktu yang selalu dinantikan nya.
Hampir setiap hari dia selalu membawa karet gelang dan beberapa kelereng, karena dengan bermain karet gelang dan kelereng dia merasa mempunyai banyak teman.
Di zaman tahun sembilan puluhan, kami belum ada mengenal istilah buliying, maka Zaimar termasuk anak yang paling di sukai karena memang dia cepat akrab berteman dengan siapa saja. Mungkin bagi mereka sedikit aneh karena belum terbiasa melihat dan berteman dengan anak yang tuna wicara.
Dia hanya menggunakan bahasa isyarat dengan mereka, apabila ada yang di mengerti, mereka pasti memangil aku, karena hanya aku yang mengerti apa yang maksud nya.
            *****
Tahun berganti, akhirnya Zaimar sampai juga ke kelas enam, namun dia tidak di ikutkan ujian Nasional karena memang dia tidak terdaftar sebenar nya di sekolah tersebut. Yang  kala itu masih EBTA/EBTANAS. Dengan tamat nya teman-teman seangkatan nya dia juga merasa sudah selesai sekolah nya. Ilmu yang di dapat dari sekolah nya hanya sebatas bisa menulis nama sendiri dan nama-nama teman dekat itu saja.
Hubungan ku dengan nya tetap terjalin baik, meskipun aku tidak di kampung lagi, namun sesekali apabila aku pulang kampung aku selalu menyempatkan diri untuk menemui nya. Terlihat kerinduan di mata nya apabila aku lama tidak pulang.
Jika pulang aku sering mengajaknya jalan, walau sekedar makan bakso dia sudah sangat senang. Pernah juga dia meminta ku untuk membuatkan foto dirinya yang dibingkai besar, aku mewujudkan keinginan nya tersebut. Dan juga keinginan nya pergi ke kota, aku membawa ikut serta dirinya.
Aku membawanya jalan ke mall, sangat terlihat mata nya berbinar saking senang nya, menikmati lampu-lampu di jalanan kota yang belum pernah dia lihat kala di kampung. Keinginan nya yang paling tidak bisa aku kabulkan adalah keinginan nya untuk menikah dan berumah tangga.
Kadarullah, jika Allah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bagi NYA. Tepat nya September tahun 2018, Allah mempertemukan seorang lelaki yang senasib dengan nya yakni tuna wicara. Aku sangat terharu sekaligus senang mendengar kabar tersebut.
Bisa jadi ini kebahagiaan yang akan selalu  dia kenang bahkan seumur hidup nya. Mendengar kabar bahwa Zaimar mau menikah saja, bisa dibilang sekampung gempar seolah-olah artis yang akan menikah saking heboh nya. Mungkin hal ini termasuk aneh dan sebagian besar masyarakat termasuk aku yang sangat ingin menyaksikan dan ikut andil dalam acara tersebut.
Jadilah acara pernikahan tuna wicara pertama di kampung tersebut. Dan untung nya keluarga tidak mengeluarkan biaya pesta sedikitpun karena masyarakat yang menanggung dan menyumbang semua perlengkapan acara pesta nya.
Menjadi raja dan ratu sehari, itulah keinginan nya sedari dulu. Kulihat dari sorot matanya yang kelihatan begitu bahagia menjelang hari H. Perlengkapan  baju pengantin, make up dan musik semua gratis. Aku yakin peristiwa bersejarah itu akan selalu dikenang oleh setiap insan yang menyaksikan nya.
Dan itu akan menjadi kenangan terindah yang tak kan pernah dilupakan, aku yakin. Setelah menikah, dia ikut suami nya yang berbeda tempat tinggal dengan ku, beberapa bulan setelah mereka menikah,aku dapat kabar bahwa dia keguguran, Allah maha tahu segalanya. Bulan November kemaren terakhir aku bertemu dengan nya. Katanya dia sangat menginginkan seorang anak. Allahualam ... Â
Doa ku selalu menyertai mu Zaimar dan suami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H