Mohon tunggu...
Yuni S
Yuni S Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMK.

Suka baca Wattpad, manhwa, manga, manhua, dongeng, novel China, hingga kisah Mahabharata.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Eksekusi Tapal Kuda

20 Mei 2024   21:46 Diperbarui: 20 Mei 2024   22:31 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bibir Jirim melengkung menjadi senyum dingin. Setelah menghabiskan sebatang rokok, Jirim mencari posisi yang nyaman. Ia memejamkan mata. Masih ada dua sampai tiga jam untuk Jirim tidur.

**

Salju di penghujung Desember rasanya lebih hangat sebab lampu-lampu kota dihias untuk perayaan natal. Jirim memilih melangkahkan kakinya di jalanan bersalju alih-alih menikmati Borscht dengan nyaman di rumah. Di malam yang semakin dingin ini, apa yang sedang ia cari? Mungkinkah secangkir kopi, atau mungkin ia perlu tidur? Sayangnya, gagasan untuk pulang dan berguling-guling di selimut seketika hilang ketika ia melihat cahaya dari rumah di balik gerbang berderit itu.

Tempat ini, Peternakan Mayer, letaknya hampir di ujung Veglove. Di pemukiman kecil yang tanahnya lebih banyak ditanami bunga madat. Mayer dulu, ketika namanya masih Schroeder, adalah peternakan besar.

Jirim melangkah melewati gerbang. Menapaki jalan berumput kering. Sejak tiba di sini, udara terasa semakin dingin. Barangkali karena munculnya perasaan takut di sudut hati Jirim. Tempat ini pernah berlumuran darah. Sesuatu di sekitar Jirim jelas mengandung jejak matinya bayi-bayi itu. Dia mendengar suara lonceng dari arah selatan, dari sebuah bangunan kayu panjang. Suara lonceng disusul dengan ringkikan kuda.

Jirim melihat seseorang keluar dari kandang, menuruni tangga yang berderit selagi para kuda berisik. Laki-laki. Postur tubuhnya agak bungkuk, dan kakinya bengkok. Diseret ketika berjalan.

Ketika sampai di hadapan Jirim, pria itu memanggil, "Jirim? Kau betulan datang tengah malam begini?"

Jirim mengangguk. Pria tua di depannya bernama Alan Mayer. Dia adalah paman jauh sekaligus mantan bawahan ayah Jirim di Kementerian. Pada tahun ketika peristiwa mengerikan itu terjadi, peternakannya mendapat reputasi buruk dan pelan-pelan hancur.

"Jadi kau memang ingin menulis tentang peternakanku, ya?" tanya Pak Mayer setelah Jirim menjelaskan tentang tujuannya.

"Kau tidak keberatan, kan, Paman?" tanya Jirim.

"Tidak, tentu saja tidak," Pak Mayer tertawa. "toh, pelaku pembunuhannya sudah dihukum mati."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun