Di tengah meningkatnya perkembangan informasi dan kesadaran kesehatan, penyakit hemofilia masih kurang mendapat pehatian, khususnya para remaja. Membangun kesadaran tentang penyakit hemofilia sangat penting, terutama pada remaja. Supaya mereka mengetahui dan mnegerti tentang penyakit hemofilia serta dapat memberikan dukungan dan empati kepada orang-orang yang mengidap penyakit ini.
Apa itu Hemofilia?
Hemofilia adalah penyakit kelainan darah langka yang diturunkan atau genetik. Penyakit hemofilia terjadi saat darah sulit membeku, yang mengakibatkan meningkatnya risiko perdarahan. Penyakit ini terjadi karena tubuh tidak cukup dalam memproduksi protein (faktor pembekuan) yang membantu proses pembekuan darah ketika terjadi luka. Faktor pembekuan darah bekerja sama dengan trombosit untuk mengendalikan perdarahan dengan membentuk gumpalan darah.
Ada Tiga Jenis Penyakit Hemofilia
1. Hemofilia A
Hemofilia A adalah jenis penyakit hemofilia yang paling umum. Hemofilia A terjadi karena kurangnya faktor pembekuan 8 (faktor  VIII). Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan penderita hemifila A sekitar 10 dari 100.000 orang.
2. Hemofilia B
Hemofilia B terjadi karena seseorang tidak cukup memiliki faktor pembekuan 9 (fakto IX). Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan penderita hemifila B di Amerika Serikat sekitar 3 dari 100.000 orang.
3. Hemofilia C
Hemofilia C adalah jenis penyakit hemofilia yang paling langka diantar jenis lainnya. Hemofilia C terjadi karena kurangnya faktor 11 (faktor XI) dalam tubuh seseorang yang mengidap penyakit ini. Hemofilia C dikenal juga sebagai defisiensi faktor XI, hemofilia C hanya menyerang 1 dari 100.000 orang.
Kenali Gejala Hemofilia
- Muncul memar besar atau hematoma setelah mengalami cedera ringan. Memar yang muncul merupakan tanda terjadinya perdarahan di bawah kulit.
- Perdarahan dengan jangka waktu yang lama, misalnya perdarahan setelah operasi, perawatan gigi, atau perdarahan karena jari yang terluka.
- Terjadi perdarahan tanpa adanya cedera misalnya terjadi mimisan secara tiba-tiba.
- Nyeri sendi di pergelangan kaki, lutut, pinggul dan bahu akibat terjadinya perdarahan dalam. Pada sendi-sendi tersebut akan terasa nyeri, bengkak, atau panas saat disentuh.
- Perdarahan yang terjadi di otak, orang yang mengalaminya akan merasa sakit kepala terus-menerus, penglihatan kabur, dan terasa sangat mengantuk.
Kategori Penderita Hemofilia
- Hemofilia ringan, orang yang menderita hemofilia ringan memiliki kadar faktor pembekuan 5% sampai 30 % dari jumlah normal faktor pembekuan.
- Hemofilia sedang, orang yang masuk dalam kategori hemofilia sedang memiliki kadar faktor pembekuan 1% sampai 5% dari jumlah faktor pembekuan normal.
- Hemofilia berat, orang dengan kategori hemofilia berat memiliki kadar faktor pembekuan kurang dari 1% jumlah normal.
Pemeriksaan Penyakit Hemofilia
1. Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap atau Complete Blood Count (CBC) adalah tes untuk mengukur kadar hemoglobin, jumlah dan ukuran sel darah merah, juga mengukur jumlah sel darah putih dan trombosit. Hasil CBC pada penderita hemofilia akan normal kecuali penderita mengalami perdarahan hebat yang bisa menurukan jumlah sel darah merah dan hemoglobin.
2. Tes waktu protombin (PT)
Tes ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat darah akan membeku.
3. Tes waktu tromboplastin parsial teraktivasi
Tes waktu tromboplastin parsial teraktivasi adalah tes darah untuk menentukan waktu terjadinya pembentukan bekuan darah.
4. Tes faktor pembekuan spesifik
Tes darah ini digunakan untuk menghitung kadar faktor pembekuan spesfik seperti kadar faktor VIII dan kadar faktor IX.
Pentingnya Meningkatkan Kesadaran tentang Hemofilia pada Remaja
1. Mencegah stigma dan diskriminasi sosial
Salah satu yang menjadi masalah dan ketakutan yang dihadapi pengidap penyakit hemofilia adalah stigma dan diskriminasi yang terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit hemofilia. Remaja yang kurang mengetahui penyakit hemofilia akan beranggapan keliru, seperti ketakutan yang berlebihan pada pengidap hemofilia bahkan menjauhi pengidap hemofilia karena takut akan tertular. Dengan memberikan pengenalan tentang penaykit hemofilia dikalangan remaja dapat membantu mengurangi stigma dan diskriminasi sosial serta mendorong toleransi dan empati.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang pertolongan pertama bagi pengidap hemofilia
Pengetahuan dasar tentang pertolongan pertama bagi penderita hemofilia dapat sangat membantu. Ketika pengidap hemofilia mengalami perdarahan, dengan memiliki pengetahuan pertolongan pertama bagi pengidap hemofilia remaja dapat memahami bahwa harus segera menghentikan perdarahan dengan memberikan tekanan pada luka. Bekal pengetahuan yang dimiliki sangat penting agar remaja siap dalam memberikan pertolongan yang tepat dan tidak panik.
3. Mendukung gaya hidup aktif yang sehat bagi pengidap hemofilia
Bagi orang yang mengidap hemofilia bukan berarti mereka tidak dapat hidup aktif dan sehat karena takut terluka. Remaja yang paham mengenai penyakit hemofilia bisa memberikan dukungan bagi teman yang mengidap penyakit ini seperti melakukan olahraga yang sesuai yaitu berenang atau yoga. Dengan dukungan yang diberikan dapat membantu pengidap merasa percaya diri dan aktif dalam kegiatan mereka tanpa takut terjadi cedera atau pun takut menghadapi Batasan sosial.
Cara Membangun Kesadaran Pengetahuan Hemofilia pada Remaja
1. Memberikan edukasi menggunakan media sosial
Media sosial merupakan platform yang sangat populer dikalangan remaja, hampir semua remaja menggunakan media sosial sehingga dapat dijadikan saranan edukasi yang efektif untuk remaja. Dengan mengunggah video atau konten yang menarik, inspiratif dan edukatif di Instagram atau tiktok dapat menjangkau semua kalangan remaja.
2. Mengintegrasi edukasi hemofilia dalam program sekolah
Sekolah dapat menjadi salah satu tempat untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran kesehatan. Mengadakan seminar atau penyuluhan terkait penyakit hemofilia dapat membuka wawasan para remaja tentang pentingnya empati dan toleransi antar sesame, sehingga dapat mengurangi stigma dan diskriminasi bagi pengidap hemofilia.
3. Mengajak pengidap hemofilia untuk membagikan pengalaman
Pengalaman langsung dari pengidap hemofilia lebih menyentuh bagi pendengar untuk meningkatkan rasa empati. Mengajak pengidap hemofilia untuk berbicara di depan umum dapat membantu pendengar memahami langsung tantangan yang dialami para pengidap. Hal ini dapat menunjukan bahwa pengidap hemofilia juga mampu hidup aktif, produktif dan seperti orang pada umumnya.
Membangun kasadaran tentang hemofilia bukan hanya memberikan pengetahuan tentang kondisi medisnya saja tetapi juga membangun lingkungan yang suportif dan inklusif bagi para penderita hemofilia. Dengan pengetahuan yang memadai, remaja dapat menjadi teman baik dan agen perubahan untuk mendorong masyarakat lebih peka terhadap kesehatan fisik dan mental orang disekitar mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H