1. Faktor Internal
Persepsi masyarakat terhadap  korupsi berbeda-beda, dan salah satu penyebab masih bertahannya sikap primitif terhadap korupsi adalah masih belum jelasnya batasan konsep korupsi sehingga menimbulkan banyak perbedaan pandangan mengenai  korupsi. Kualitas moral dan integritas individu. Keserakahan masyarakat dan keterbatasan finansial serta rendahnya harga diri  juga dapat menyebabkan seseorang melakukan korupsi.
Selain itu, faktor internal lainnya harus diperhatikan:Â
- Aspek perilaku individu
Unsur penyebab terjadinya perbuatan korupsi berasal dari manusia itu sendiri yaitu sifat keserakahan, oleh karena itu perlu ditanamkan keikhlasan pada masing-masing individu agar mampu bersyukur dengan yang dimilikinya. lalu seseorang yang tidak memiliki moral yang kuat juga akan sangat mudah tertarik pada tindakan korupsi. Godaan bisa datang dari berbagai pengaruh sekitar, seperti atasan, rekan kerja, bawahan atau pihak lain yang menawarkan peluang. Dan gaya hidup pula mampu mendorong masyarakat menjadi konsumeris. Perilaku belanja yang tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai menimbulkan peluang terjadinya korupsi.
- Aspek sosial
Keluarga dapat membuat seseorang berperilaku korup. Menurut Bahviours, lingkungan keluarga sebenarnya bisa menjadi pendorong seseorang berperilaku korupsi dan mengesampingkan sikap terpuji yang sebenarnya merupakan karakter pribadinya. Lingkungan justru mendorong, bukan menghukum, perilaku koruptif seseorang.
2. Faktor Eksternal
Sistem hukum Indonesia untuk memberantas korupsi masih sangat lemah. Hukum tidak ditegakkan dengan prosedur yang benar, pejabat mudah disuap, sehingga pelanggaran sangat mudah dilakukan oleh masyarakat. Kebijakan monopoli yang kuat menjadi sumber korupsi karena tidak adanya pengawasan terhadap lembaga- lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat. Â Faktor yang sangat erat kaitannya dengan munculnya korupsi adalah budaya penyalahgunaan kekuasaan yang berlebihan, dalam hal ini hadirnya KKN.Â
Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang masih sangat tinggi dan belum adanya sistem pengawasan yang baik membuat masyarakat menganggap korupsi adalah hal yang sehari- hari. Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi korupsi sampai batas tertentu. Dalam suatu organisasi, kesalahan individu sering kali disembunyikan demi menjaga citra baik organisasi. Demikian pula tindakan korupsi dalam suatu organisasi sering kali disembunyikan. Akibat sikap tertutup tersebut, tindakan korupsi terkesan dibenarkan bahkan berkembang dalam bentuk yang berbeda. Sikap masyarakat yang dapat memberikan peluang terjadinya perilaku korupsi antara lain :
- Nilai dan budaya masyarakat yang mendukung korupsi. Misalnya, masyarakat menghormati seseorang karena kekayaannya, sehingga masyarakat menjadi kritis terhadap keadaan, misalnya dari mana kekayaan itu berasal.Â
- Masyarakat beranggapan bahwa yang menjadi korban kerugian akibat tindakan korupsi adalah negara. Padahal, kerugian terbesar pada akhirnya ditanggung oleh masyarakat sendiri, misalnya anggaran pembangunan berkurang karena korupsi, pembangunan angkutan umum terbatas misalnya.Â
- Kurangnya kesadaran masyarakat akan keterlibatannya dalam kegiatan korupsi. Korupsi apapun tentu berdampak pada masyarakat, namun masyarakat sudah terbiasa terlibat secara terbuka namun tanpa disadari dalam tindakan korupsi sehari- hari.
- Kurangnya kesadaran masyarakat bahwa korupsi dapat dicegah dan diberantas jika masyarakat berpartisipasi aktif dalam rencana aksi pencegahan dan penegakan korupsi. Secara umum masyarakat berpandangan bahwa pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah tanggung jawab pemerintah.
Bagaimana Visi dan Misi Gaya Kepemimpinan Semar dipadukan dengan anti korupsi hingga mampu berperan penting?
Sebelum itu kita perlu mengetahui 3 doktrin ajaran semar yaitu:
- Tadah (hanya Tuhan), altruisme terhadap siapapun yang ditolong, menitipkan diri kepada Tuhan.
- Prada (pendamping manusia), suka menolong dan memberi, tulus dan rela.
- Ora wegah (tidak malas), siap melakukan apa saja tanpa pilihan.
Visi dan Misi Semar dalam memimpin yang mengupayakan Pencegahan Korupsi di Indonesia
- Nilai kepemimpinan yang pertama kali terdapat pada tubuh Semar adalah kuncung putih yang mempunyai makna simbolik kebijaksanaan, seorang pemimpin harus mempunyai pandangan yang luas dan luas, bijaksana dalam menyampaikan pandangannya dan bijaksana dalam menghadapi golongan manapun, baik muda maupun tua. Sikap ini sangat penting untuk diterapkan dan dianut agar para pemimpin menjadi individu yang bijaksana baik dalam berbicara maupun mengambil keputusan.
- Nilai kepemimpinan lainnya yang terdapat pada tubuh Semar adalah muka tengadah mempunyai makna simbolis yaitu optimisme, pemimpin harus mempunyai visi masa depan, harus optimis terhadap keberhasilan yang dicapai dan sadar akan kekuatan kepemimpinan. Tuhanlah yang menentukan keberhasilannya. Sikap ini harus diterapkan pada bangsa ini, khususnya oleh mereka yang ingin menjadi pemimpin.
- Nilai kepemimpinan yang ketiga yang terdapat pada tubuh Semar yaitu mata dan bibir, mata tangis Semar mempunyai makna simbolik bahwa seorang pemimpin harus mempunyai rasa kepedulian terhadap rakyatnya dan mudah terharu atas penderitaan rakyatnya. Bibir yang tersenyum mempunyai makna simbolis bahwa seorang pemimpin harus mampu menyejukkan dan menceriakan hati rakyatnya. Tentunya kedua sikap ini sangat perlu dikuasai dan diterapkan agar Anda sebagai seorang pemimpin dapat ikut serta dalam solusi yang diterapkan bagi pihak yang membutuhkan, sehingga perlu ditanamkan sikap empati dan sikap peduli. Sehingga pemimpin dapat mendalami permasalahan yang dihadapinya dan merasakan berbagai emosi yang muncul dalam situasi tersebut.Â