Mohon tunggu...
Yunita DwiLestari
Yunita DwiLestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Gemini Girl

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bagaimana Psikologi membantu Pasangan yang Mengalami Infertilitas?

16 Mei 2023   16:16 Diperbarui: 16 Mei 2023   16:24 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Memiliki buah hati setelah menikah menjadi dambaan setiap pasangan. Namun tak jarang pasangan yang sudah lama mempersiapkan kehamilan tidak kunjung dikaruniai keturunan. Infertilitas adalah gangguan kesuburan di mana istri tidak kunjung hamil setelah intens melakukan hubungan intim selama 1 tahun tanpa alat kontrasepsi. Infertilitas dapat terjadi pada salah satu atau kedua pasangan. Infertilitas dapat dialami oleh pria maupun wanita. Sehingga, jika suatu pasangan mengalami kesulitan dalam memiliki keturunan, baik istri dan suami perlu melakukan pemeriksaan.

            Secara psikologis, infertilitas dapat menjadi kondisi yang sangat menekan dan mempengaruhi kesejahteraan psikologis pasangan yang mengalaminya. Kondisi ini dapat menimbulkan perasaan sedih, kecewa, dan marah pada pasangan yang tidak dapat memperoleh kehamilan. Rasa tidak subur juga dapat memicu stres dan kecemasan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesehatan mental pasangan dan mengganggu hubungan mereka.

            Pasangan yang mengalami infertilitas juga dapat merasa bersalah atau merasa bahwa mereka gagal dalam memenuhi harapan keluarga atau masyarakat. Selain itu, masalah infertilitas dapat menjadi sumber konflik dan ketegangan dalam hubungan pasangan, terutama jika salah satu pasangan merasa bahwa yang lain bertanggung jawab atas ketidaksuburan. Oleh karena itu, penting bagi pasangan yang mengalami infertilitas untuk memperhatikan aspek psikologis dan mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini.

            Konseling psikologis dan dukungan sosial dari keluarga dan teman dapat membantu pasangan dalam menghadapi stres dan tekanan yang dihadapi akibat infertilitas. Ada beberapa cara dalam psikologi yang dapat membantu pasangan yang mengalami infertilitas, seperti:

1. Konseling:

            Konseling dapat membantu pasangan untuk memahami perasaan mereka terkait dengan masalah infertilitas dan membantu mereka menemukan cara untuk mengatasi perasaan negatif seperti stres, kecemasan, depresi, dan kesedihan. Banyak hal yang dapat menyebabkan mereka menjadi stres hingga depresi, antara lain:

  • Tekanan sosial dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitar. "Gaapa masih bisa kok, coba aja tiap hari, belum rekeki aja sekarang", itu beberapa kalimat yang sering diucapkan oleh orang sekitar pada pasangan yang mengalami infertilitas. Banyak dari keluarga atau teman-teman dari pasangan yang mengalami infertilitas ini bermaksud memberikan semangat untuk mendukung mereka, namun terkadang tidak dibarengi dengan rasa pengertian.
  • Tekanan finansial terhadap mahalnya biaya perawatan untuk mengatasi Infertilitas. "Minum jamu ini, coba datang ke tempat orang itu biar dibantu", nyatanya menangani infertilitas tidak semurah membeli jamu. Keikhlasan dan kesabaran dalam menjalani setiap proses dan tahapan serta segala metode yang akan mereka jalani untuk infertilitas ini jauh lebih mahal daripada biaya inseminasi buatan, namun banyak dari mereka yang tidak mampu membayar semua metode dan tidak memiliki kesabaran cukup besar akhirnya mengalami depresi karena tekanan itu.
  • Tekanan Emosional, Pasangan yang mengalami infertilitas seringkali merasa tertekan secara emosional karena mereka merasa gagal dalam memenuhi harapan untuk memiliki anak. Hal ini dapat menimbulkan perasaan sedih, marah, atau kecewa, dan dapat memicu stres yang berat.
  • Kecemasan dan ketidakpastian, Pasangan yang mengalami infertilitas seringkali mengalami kecemasan dan ketidakpastian terkait dengan masa depan mereka, baik dalam hal kehidupan pribadi maupun hubungan sosial. Hal ini dapat menimbulkan stres yang berat dan mempengaruhi kualitas hidup mereka.

            Konseling dapat membantu pasangan untuk memahami dan mengatasi masalah emosional yang mungkin muncul, meningkatkan keterampilan komunikasi dan dukungan, serta memberikan informasi tentang opsi perawatan medis dan alternatif lainnya. Konseling dapat membantu pasangan untuk memperoleh informasi dan dukungan yang dibutuhkan untuk mengatasi stres akibat infertilitas, meningkatkan kesehatan mental dan emosional mereka, serta membantu pasangan untuk mengeksplorasi alternatif lain dalam mencapai kehamilan.

2. Terapi Kelompok:

            Terapi kelompok dapat menjadi opsi yang berguna untuk pasangan yang mengalami infertilitas, karena dapat membantu pasangan untuk terhubung dengan orang-orang yang mengalami masalah serupa dan membangun komunitas dukungan. Terapi kelompok juga dapat membantu pasangan untuk memperoleh informasi dan dukungan yang dibutuhkan untuk mengatasi stres akibat infertilitas. Terapi ini juga dapat membantu mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan dukungan sosial kepada mereka.

3. Terapi Pasangan:

            Terapi pasangan dapat membantu pasangan untuk mengatasi konflik atau ketegangan dalam hubungan mereka yang mungkin timbul akibat masalah infertilitas. Terapi pasangan dapat membantu pasangan yang mengalami infertilitas untuk meningkatkan kualitas hubungan mereka, meningkatkan komunikasi dan keintiman, serta membantu mereka mengatasi stres dan perasaan negatif yang dapat mempengaruhi hubungan mereka. Terapi pasangan dapat membantu pasangan mengembangkan keterampilan dan strategi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan infertilitas dan memperkuat hubungan mereka.

4. Mindfulness:

            Mindfulness adalah praktik meditasi yang dapat membantu orang untuk fokus pada momen saat ini dengan cara yang sadar dan terbuka. Hal ini dapat membantu orang mengatasi stres, kecemasan, dan depresi yang dapat terkait dengan infertilitas. Dalam konteks infertilitas, mindfulness dapat membantu pasangan untuk mengembangkan keterampilan untuk mengatasi stres, kecemasan, dan depresi yang terkait dengan pengobatan infertilitas dan kesulitan untuk hamil.

            Praktik mindfulness dapat membantu pasangan untuk mengurangi stres dan kecemasan yang terkait dengan infertilitas, serta meningkatkan kesejahteraan emosional mereka. Meskipun mindfulness tidak dapat secara langsung mengatasi masalah infertilitas, tetapi dapat membantu pasangan untuk mengembangkan keterampilan pengelolaan stres dan meningkatkan kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan yang terkait dengan infertilitas.

5. Edukasi:

            Edukasi mengenai infertilitas dan kemungkinan solusi medis dapat membantu pasangan untuk memahami situasi mereka dengan lebih baik dan merasa lebih berdaya untuk mengatasi masalah ini. Edukasi dapat diberikan oleh dokter kandungan, ahli psikologi, atau konselor infertilitas. Pasangan juga dapat memperoleh informasi dari sumber-sumber terpercaya seperti situs web medis atau grup dukungan infertilitas. Edukasi dapat membantu pasangan yang mengalami infertilitas merasa lebih siap dan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan tentang perawatan mereka.

6. Dukungan dari keluarga dan teman-teman:

            Dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman dapat memberikan manfaat signifikan bagi pasangan yang mengalami infertilitas. Pasangan yang mengalami infertilitas sering mengalami stres dan tekanan emosional yang tinggi, dan dukungan sosial dapat membantu mereka meredakan stres dan meningkatkan kesejahteraan mental dan fisik. Dukungan sosial dapat membantu pasangan yang mengalami infertilitas untuk mengatasi kesulitan dan stres yang terkait dengan kondisi mereka. Pasangan yang mendapatkan dukungan sosial yang memadai cenderung lebih mampu mengatasi tekanan emosional dan lebih mudah untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam perawatan infertilitas.

7. Self-care:

            Infertilitas bisa menjadi kondisi yang menuntut secara emosional dan fisik bagi pasangan yang mengalami hal ini. Oleh karena itu, menjaga kesehatan fisik dan emosional melalui self-care sangat penting untuk membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan dalam menghadapi permasalahan infertilitas.

Berikut beberapa self-care yang dapat dilakukan oleh pasangan yang mengalami infertilitas:

  • Tetap aktif secara fisik: Olahraga secara teratur dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
  • Makan makanan yang sehat: Pilihlah makanan yang sehat dan seimbang untuk membantu menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
  • Istirahat yang cukup: Istirahat yang cukup sangat penting untuk mengurangi stres dan menjaga kesehatan. Cobalah untuk tidur yang cukup setiap malam dan ambil istirahat yang cukup dari aktivitas yang memicu stres.
  • Menjaga hubungan sosial yang sehat: Berbicaralah dengan orang-orang terdekat dan teman-teman Anda dan jangan ragu untuk meminta dukungan dari mereka.
  • Membuat waktu untuk diri sendiri: Luangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi diri sendiri seperti membaca buku, menonton film favorit, atau pergi berlibur.
  • Menjaga komunikasi yang sehat dengan pasangan: Komunikasi yang sehat dengan pasangan dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional, saling berbicara jujur dan terbuka.
  • Mencari dukungan profesional: Konseling atau terapi dapat membantu pasangan mengatasi stres dan kesulitan terkait dengan infertilitas.

            Infertilitas bisa menjadi permasalahan yang menuntut secara emosional dan fisik bagi pasangan yang mengalaminya. Psikologi dapat membantu pasangan dalam mengatasi stres dan kesulitan terkait dengan infertilitas melalui berbagai cara seperti konseling, terapi kelompok, terapi pasangan, mindfulness, edukasi, dan dukungan sosial. Selain itu, menjaga kesehatan fisik dan emosional melalui self-care juga sangat penting untuk membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan dalam menghadapi permasalahan infertilitas.

            Ketika pasangan yang mengalami infertilitas mendapatkan dukungan yang memadai, baik dari profesional maupun dari keluarga dan teman-teman, mereka dapat merasa lebih optimis dan siap menghadapi perjalanan yang panjang menuju kehamilan. Dukungan emosional dan pengetahuan tentang perawatan reproduksi juga sangat penting untuk membantu pasangan memahami pilihan mereka dan memilih perawatan yang sesuai.

            Akhirnya, penting untuk diingat bahwa setiap pasangan memiliki pengalaman dan perasaan yang berbeda terkait dengan infertilitas. Oleh karena itu, menghormati perasaan dan pengalaman mereka serta mendukung pilihan mereka adalah hal yang sangat penting dalam membantu pasangan mengatasi infertilitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun