Mohon tunggu...
Yunita Istiqomah
Yunita Istiqomah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas lambung Mangkurat- Pendidikan Sosiologi 2022

Mahasiswa Universitas lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Penerapan Pendidikan Multikultural dalam Meminimalisir Kasus Bullying di Indonesia

20 Juni 2024   13:39 Diperbarui: 20 Juni 2024   15:39 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Di indonesia banyak sekali terdapat kasus bullying yang terjadi karena perbedaan seperti ras, agama, budaya dan lainya. Seperti pada  kasus yang dilansir oleh Tribunnews, seorang siswa kelas 2 di SDN Jomin Barat II, Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat menjadi korban bullying karena perbedaan agama. Perundungan ini dilakukan oleh murid, guru hingga kepala sekolah. Korban dipaksa memakai hijab oleh pihak sekolah, bahkan dipukuli oleh teman-temannya, karena perbedaan keyakinan ini korban menjadi dibully (Malau, 2023). Selanjutnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), menemukan kasus bullying yang terjadi pada siswa SD di Jakarta Timur, yang menjadi korban perundungan oleh teman-temannya di sekolah karena dianggap bukan berasal dari kalangan pribumi (Putera, 2017). Kasus lainnya terjadi salah satu siswa 1 SMP di Gunungkidul mendapatkan perundungan atau bullying dari temannya karena sebagai menyandang disabilitas, memiliki satu tangan. Korban mengalami patah kelingking akibat perundungan yang dilakukan oleh temannya tersebut (Fardi, 2024).

      Beberapa kasus yang telah disebutkan menunjukan bahwa bullying umumnya terjadi karena temperamen dan harga diri berperan besar dalam perilaku tersebut. Namun, latar belakang keluarga dan lingkungan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying. Selain itu, ada juga anak-anak yang menjadi pelaku bullying karena mereka pernah menjadi korban bullying. Hal ini tentunya sangat disayangkan, karena tindakan bullying ini mengakibatkan dampak negatif pada anak yang dibully, mereka bisa saja mengalami sakit secara fisik tetapi juga secara psikis, atau bahkan menyebabkan kematian. Korban bullying sekaringkali menunjukan gejala psikologis, seprti depresi dan gangguan kecemasan hingga trauma yang mendalam.

      Maka dari itu, permasalahan bullying membutuhkan langkah-langkah strategis untuk menyelesaikan atau setidaknya meminimalisir kasus bullying yang terjadi, khususnya di Indonesia. Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah melalui kebijakan lembaga pendidikan terkait kesadaran pentingnya pendidikan multikultural. Melalui penerapan pendidikan multikultural yang mengajarkan pentingnya memandang keberagaman terhadap perbedaan, sehingga dapat menumbuhkan sikap toleransi terhadap sesama. Banks (1993) mencirikan pendidikan multikultural sebagai gerakan revitalisasi sistem pendidikan, di mana tujuan utamanya adalah mengubah struktur lembaga pendidikan agar siswa laki-laki dan perempuan, siswa berkebutuhan khusus, dan siswa dari latar belakang ras, etnis, dan budaya yang berbeda memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi akademik.

      Menurut (Padli, Ummah, & Mannan, 2023), adapun peran pendidikan multikultural dalam mencegah bullying yaitu:

  • Memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa heterogenitas yang ada bukan alasan untuk melakukan tindakan bullying.
  • Mengajak peserta didik untuk menerapkan sikap toleransi baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
  • Memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa sikap saling menghargai perbedaan yang ada adalah suatu harmonisasi yang indah dalam hidup bermasyarakat.
  • Mengubah perspektif negatif akan perbedaan budaya, ras dan etnik menjadi perspektif positif yang menganggap bahwa heterogenitas sebagai kepemilikan bersama dengan semangat 4 pilar kebangsaan.
  • Mengedukasikan kepada peserta didik tentang sikap etnosentrisme untuk menghindari perasaan superior yang melihat budaya lain dengan kacamata budayanya sendiri.

     Pendidikan multikultural diterapkan sebagai kegiatan belajar mengajar yang dapat membekali peserta didik dengan informasi, pemahaman, sikap, dan perilaku yang diperlukan untuk menghargai persamaan dan perbedaan berdasarkan jenis kelamin, budaya, ras, suku, dan agama. Metode pembelajaran pendidikan multikultural dapat menciptakan lingkungan yang kondusif, yang memungkinkan  keunikan siswa dihargai tanpa memperhatikan karakter latar belakang mereka.

Pendidikan Multikultural dapat diterapkan di dunia pendidikan melalui berbagai cara (Puspita, 2018):

1). Kurikulum yang Multikulturalisme

       Sangat penting bahwa pengenalan ragam kultur atau budaya yang mencangkup ras, etnis, dan agama, dimana pengenalan kultur ini perlu dijadikan sebagai bagian penting dari kurikulum setiap jenjang pendidikan di indonesia. Pengenalan ragam kultur dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran yang memungkinkan pengenalan kultur terjadi. Siswa perlu dikenalkan dengan aneka ragam kelompok sosial yang membentuk masyarakat Indonesia. Kelompok sosial dapat berupa  kelompok berdasarkan agama, suku bangsa, maupun etnis tertentu. Pengenalan identitas kelompok berbeda ini penting agar siswa menyadari keberadaan kelompok mereka dan keberadaan kelompok lain yang memiliki identitas yang berbeda. Dengan mengenalkan keragaman sosial bangsa Indonesia, siswa diajak memahami bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat besar.

2). Penanaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran

      Pentingnya pembentukan dan penerapan sangat penting untuk membangun keyakinan yang positif terhadap keberagaman. Penanaman nilai-nilai multikultural dapat dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas. Nilai-nilai multikultural seperti, identitas diri, kesetaraan, objektivitas, pemahaman akan perbedaan, toleransi, dan empati. Guru dan siswa dapat menanamkan nilai-nilai dalam interaksi mereka. Metode digunakan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip kesetaraan, objektivitas dan toleransi. Prinsip kesetaraan berarti semua siswa memiliki hak dan peluang sama untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Pendidik perlu memastikan keterlibatan setiap individu siswa dalam proses tersebut dan jangan sampai terjadi dominasi oleh seseorang atau sekelompok orang atas yang lainnya.

3). Budaya multikultural di sekolah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun