Mohon tunggu...
Yunita Devika Damayanti
Yunita Devika Damayanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Football, Music, Books, Foods.

Pelajar paruh waktu yang mencintai sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Spanyol dan Sebuah Deja Vu

7 Juli 2021   06:48 Diperbarui: 7 Juli 2021   07:15 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @sefutbol

Pernah saya mengatakan jika sepak bola adalah perputaran waktu, apa yang pernah terjadi saat ini merupakan putaran ulang dari laga-laga yang terjadi sebelumnya, dengan sedikit pembeda tentunya. Istilah familiarnya untuk menyebut hal itu adalah sebuah 'deja vu.' Macem lagunya Olivia Rodrigo yang viral di TikTok itu kalo klean mau tau. Dilansir dari Wikipedia, deja vu sendiri memiliki arti harfiah "pernah dilihat," yaitu sebuah fenomena merasakan sensasi kuat bahwa suatu peristiwa atau pengalaman yang saat ini sedang dialami sudah pernah dialami di masa lalu. Nah, ngomong-ngomong deja vu, di dunia sepak bola sudah bukan hal asing lagi, nyaris setiap momennya selalu ada peristiwa yang bernama deja vu. Terbaru adalah yang dialami Spanyol di gelaran kompetisi UEFA Euro 2020 yang baru saja kelar subuh tadi.

1. Kroasia vs Spanyol

Deja vu pembuka ada di laga yang mempertemukan tim kuda hitam Kroasia dengan tim unggulan Spanyol. Mari kita ber-time traveler ke Euro 2016, Spanyol dan Kroasia dipersatukan dalam satu grup yang sama, yaitu grup D. Tidak banyak yang mengunggulkan bahwa Kroasia akan mengandaskan sang juara bertahan saat itu, bahkan target mereka di laga terakhir fase grup adalah cukup imbang saja melawan Spanyol untuk lolos ke 16 besar. Lewat aksi comeback memukau dari Ivan Perisic, Kroasia lolos ke babak 16 besar sebagai juara grup. Jalannya laga saat itu juga terbilang kompetitif dengan Kroasia yang ternyata masih ada ambisi untuk memenangkan laga, tidak seperti tujuan awal yang hanya mencari imbang.

Lima tahun berselang sejak kick off itu spanyol kembali bertemu dengan Kroasia di Euro tahun ini, bukan lagi sebagai penghuni satu grup yang sama, melainkan mereka langsung saling menyingkirkan di fase knock out. Parken Stadium, Copenhagen, menjadi saksi heroiknya skuad asuhan Luis Enrique dalam melesatkan comeback 5 gol, membalas dendam dengan tuntas atas kekalahan mereka kala masih diasuh Vicente Del Bosque. Ivan Perisic, si pemain yang dahulu menjadi pahlawan aksi comeback Kroasia di Euro 2016 harus menepi dan tidak bisa mengawal rekan-rekannya. Pertandingan berakhir dengan skor 5-3 untuk kemenangan Spanyol dengan melalui drama extra time.

2. Adu Pinalti vs Spanyol

Tidak hanya drama extra time yang pernah mengiringi perjalanan Spanyol di kompetisi internasional yang mereka ikuti, drama adu pinalti juga kerap menemani mereka. Kali ini bukan di ajang Euro, melainkan di Piala Dunia Russia 2018. Berhadapan dengan tuan rumah, Spanyol gagal mengakhiri waktu 90 menit mereka dengan sebuah kemenangan. Usai unggul satu gol berkat gol bunuh diri tim lawan, mereka malah teledor dengan membiarkan Russia menyeimbangkan keadaan. Saat diberikan extra time pun tidak bisa juga mereka manfaatkan untuk menambah gol. Tuan rumah, yaitu Russia di sepanjang laga memang terlihat sudah mengincar dilakukannya babak adu pinalti. Karena seperti yang kita ketahui, saat titik putih sudah menjadi pilihan terakhir untuk menentukan siapa pemenangnya, kemungkinan untuk lolos itu 50:50, tergantung pada mental dan keberuntungan. Dari sini saja sudah terlihat, Russia sedikit lebih berpikir maju, salah satunya dengan memanfaatkan kelemahan kiper Spanyol, David De Gea dalam urusan adu pinalti. Meski keberuntungan juga kembali menaungi tim tuan rumah dengan gagalnya Koke dan Aspas dalam mengeksekusi tendangan. Langkah Spanyol terhenti di 16 besar Piala Dunia karena adu pinalti.

Seakan tidak mau mengulang kesalahan di kompetisi sebelumnya, di Euro tahun ini mereka bertekad akan memecahkan permasalahan-permasalahan adu pinalti ini, meskipun endingnya tersingkir juga karena pinalti. Usai menang dramatis di 16 besar, Spanyol bertemu dengan Swiss pada perempat final. Spanyol membuka keunggulan dengan mudah berkat gol bunuh diri Denis Zakaria. Sayangnya keunggulan itu harus berakhir saat di babak kedua Swiss juga menyeimbangkan skor setelah winger Liverpool, Xherdan Shaqiri menaklukkan Unai Simon. Sampai peluit panjang tambahan waktu dibunyikan tidak ada gol tambahan yang tercipta dari kedua tim, menjadikan pilihan terakhir yaitu adu pinalti harus ditempuh. Bagaimana hasilnya? Yap, Spanyol lolos dari drama yang pernah menggagalkan mereka di tempo dulu dengan skor adu pinalti 3-1. Dimana Unai Simon menepis tiga tendangan pinalti pemain Swiss.

Ada yang menarik setelah laga itu terjadi, Spanyol dianggap menang adu pinalti karena hoki saja. Namun, anggapan itu langsung ditepis oleh Luis Enrique yang dilansir dari situs resmi UEFA Euro. Dirinya mengaku sejak awal memang sudah mempersiapkan jaga-jaga apabila Spanyol kembali dipertemukan dengan adu pinalti.

"Sebenernya nggak ada daftar siapa aja yang bakal nendang tuh pinalti, ya intinya kita cuma milih mereka yang siap. Kita ada masukin Thiago sama Rodri, kali aja yekan salah satu dari mereka mau ngambil tuh pinalti. Terus emang ada tuh enam atau tujuh lah pemain yang bilang kalo mereka siap jadi eksekutor, kita udah ada pengalaman sama yang beginian dan anak-anak semuanya berani."

3. Italia vs Spanyol

Ini yang paling gokil, pertemuan dua musuh abadi yang selalu menyajikan laga yang seru. Italia dan Spanyol. Kali ini kita akan memulainya dari gelaran Euro 2012, dimana dua musuh bebuyutan itu bertemu pada partai puncak. Italia memang sudah menjadi unggulan jawara sejak mereka di fase grup menampilkan pertandingan yang meyakinkan. Sedangkan Spanyol juga tak kalah diunggulkan karena label mereka yang menjadi juara bertahan Euro 2008 dan Piala Dunia 2010. 63.000 manusia beruntung yang mengisi bangku penonton Olympic Stadium, Kiev menjadi saksi langsung pertarungan dua tim ini. Dan benar saja, laga final dinobatkan menjadi pertandingan terbaik sepanjang gelaran Euro tahun itu. Total empat gol tanpa balas disarangkan oleh Spanyol ke gawang Italia. Seolah ingin menunjukkan pada dunia bahwa mereka adalah the one and only, satu-satunya tim yang bisa mempertahankan gelar juara Euro bahkan sampai tulisan ini diterbitkan. Mimpi indah untuk para punggawa dan pendukung kesebelasan dari Negeri Matador.

Pembalasan dendam akhirnya bisa dilakukan oleh Italia di gelaran Euro selanjutnya, tepatnya pada tahun 2016. Berakhir menjadi runner-up grup, Spanyol mengalami nasib bertemu dengan Italia di babak 16 besar, dimana mereka merupakan juara grup. Meskipun datang sebagai juara bertahan, Spanyol bukanlah kesebelasan yang dulu begitu diunggulkan, jangankan untuk memenangkan kompetisi, memenangkan laga saja sudah terlihat menyulitkan bagi mereka. Benar saja, gol pembuka dari Giorgino Chiellini secara tidak langsung meruntuhkan mental skuad Spanyol, kecuali kipernya. Karena De Gea, yang pada awalnya menuai perdebatan setelah menggeser posisi Iker Casillas, berhasil menyelamatkan muka timnasnya dengan melakukan lima kali penyelamatan krusial sepanjang laga. Walaupun berakhir tetap kalah juga, ya paling tidak nggak malu-malu amat lah jadinya Italia cuma bisa menang 2-0, bukan tujuh gol.

Deja vu pamungkas adalah pada laga tadi, dimana Spanyol kembali mengalami hal yang sama, deja vu sebuah mimpi buruk di gelaran Euro 2020. Satu gol dari tim Azzuri baru bisa disamakan oleh Spanyol berkat gol Alvaro Morata. Drama kembali tersaji di laga ini dengan dilanjutkan pada extra time dan juga adu pinalti. Alvaro Morata, lagi-lagi abang ganteng kita yang satu ini dengan sukarela menjadikan namanya masuk headline berbagai media, termasuk di tulisan saya ini. Usai menjadi pahlawan penyeimbang skor bagi Spanyol, Morata kembali membanting ekspektasi pendukung Spanyol karena aksi gagalnya dalam mengeksekusi tendangan pinalti, kegagalan yang justru menjadi kunci kemenangan Italia melaju ke laga final nanti di Wembley Stadium.

Coba kalian pikirkan kalo emang beneran mau mikir, tiga langkah Spanyol di tiga gelaran Euro secara berturut-turut ditentukan langsung oleh laga melawan Italia. Satu laga berakhir manis, dua laga berakhir sadis. Jadi, mau ngarbit kemana kalian wahai pendukung timnas Spanyol?

Muchas gracias, La Furia Roja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun