Mohon tunggu...
Yunita Devika Damayanti
Yunita Devika Damayanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Football, Music, Books, Foods.

Pelajar paruh waktu yang mencintai sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Spanyol dan Sebuah Deja Vu

7 Juli 2021   06:48 Diperbarui: 7 Juli 2021   07:15 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @sefutbol

Ini yang paling gokil, pertemuan dua musuh abadi yang selalu menyajikan laga yang seru. Italia dan Spanyol. Kali ini kita akan memulainya dari gelaran Euro 2012, dimana dua musuh bebuyutan itu bertemu pada partai puncak. Italia memang sudah menjadi unggulan jawara sejak mereka di fase grup menampilkan pertandingan yang meyakinkan. Sedangkan Spanyol juga tak kalah diunggulkan karena label mereka yang menjadi juara bertahan Euro 2008 dan Piala Dunia 2010. 63.000 manusia beruntung yang mengisi bangku penonton Olympic Stadium, Kiev menjadi saksi langsung pertarungan dua tim ini. Dan benar saja, laga final dinobatkan menjadi pertandingan terbaik sepanjang gelaran Euro tahun itu. Total empat gol tanpa balas disarangkan oleh Spanyol ke gawang Italia. Seolah ingin menunjukkan pada dunia bahwa mereka adalah the one and only, satu-satunya tim yang bisa mempertahankan gelar juara Euro bahkan sampai tulisan ini diterbitkan. Mimpi indah untuk para punggawa dan pendukung kesebelasan dari Negeri Matador.

Pembalasan dendam akhirnya bisa dilakukan oleh Italia di gelaran Euro selanjutnya, tepatnya pada tahun 2016. Berakhir menjadi runner-up grup, Spanyol mengalami nasib bertemu dengan Italia di babak 16 besar, dimana mereka merupakan juara grup. Meskipun datang sebagai juara bertahan, Spanyol bukanlah kesebelasan yang dulu begitu diunggulkan, jangankan untuk memenangkan kompetisi, memenangkan laga saja sudah terlihat menyulitkan bagi mereka. Benar saja, gol pembuka dari Giorgino Chiellini secara tidak langsung meruntuhkan mental skuad Spanyol, kecuali kipernya. Karena De Gea, yang pada awalnya menuai perdebatan setelah menggeser posisi Iker Casillas, berhasil menyelamatkan muka timnasnya dengan melakukan lima kali penyelamatan krusial sepanjang laga. Walaupun berakhir tetap kalah juga, ya paling tidak nggak malu-malu amat lah jadinya Italia cuma bisa menang 2-0, bukan tujuh gol.

Deja vu pamungkas adalah pada laga tadi, dimana Spanyol kembali mengalami hal yang sama, deja vu sebuah mimpi buruk di gelaran Euro 2020. Satu gol dari tim Azzuri baru bisa disamakan oleh Spanyol berkat gol Alvaro Morata. Drama kembali tersaji di laga ini dengan dilanjutkan pada extra time dan juga adu pinalti. Alvaro Morata, lagi-lagi abang ganteng kita yang satu ini dengan sukarela menjadikan namanya masuk headline berbagai media, termasuk di tulisan saya ini. Usai menjadi pahlawan penyeimbang skor bagi Spanyol, Morata kembali membanting ekspektasi pendukung Spanyol karena aksi gagalnya dalam mengeksekusi tendangan pinalti, kegagalan yang justru menjadi kunci kemenangan Italia melaju ke laga final nanti di Wembley Stadium.

Coba kalian pikirkan kalo emang beneran mau mikir, tiga langkah Spanyol di tiga gelaran Euro secara berturut-turut ditentukan langsung oleh laga melawan Italia. Satu laga berakhir manis, dua laga berakhir sadis. Jadi, mau ngarbit kemana kalian wahai pendukung timnas Spanyol?

Muchas gracias, La Furia Roja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun