Musim panas nanti menandai tepat sepuluh tahun kiper berkebangsaan Spanyol mencari nafkah di Inggris. Awal kedatangannya ke Old Trafford sebenarnya sudah sangat istimewa karena untuk mendatangkan dirinya, Sir Alex Ferguson sampai melewatkan satu laga tidak menemani anak asuhnya bertanding, tau kenapa? Ya, untuk melihat dan memantau penampilan kiper bernama lengkap David De Gea Quintana.
Ekspektasi besar langsung dibebankan ke pundak bocah kurus kering berusia 20 tahun itu, di usia yang masih sangat muda De Gea harus menggantikan peran Edwin Van Der Sar sebagai kiper utama di MU. Jika saja saat itu mental De Gea kurang kuat, mungkin dirinya tidak akan sampai satu dekade bertahan di kota Manchester.
Sebelum resmi berseragam MU, perjalanan karir De Gea cukup cemerlang dengan mengantarkan timnas Spanyol juara Piala Eropa dan Runner-up Piala dunia untuk level U-17.
Kurang dari satu tahun merasakan laga debut bersama tim utama Atletico Madrid, De Gea langsung diproyeksikan menjadi kiper utama bagi tim ibukota Negeri Matador. Dimana pada akhir musim tersebut De Gea juga mampu mengantarkan Atletico menjuarai Europa League mengalahkan mantan klub Edwin Van Der Sar, Fulham. Lagi dan lagi, sepak bola adalah lingkaran waktu.
Setahun berselang di usianya yang menyentuh angka 20 tahun, De Gea kembali dipanggil timnas Spanyol U-21 untuk mengawal laga pada gelaran Piala Eropa, yang saat itu dilatih Luis Milla.
Pelatih yang sama dengan timnas kita tempo hari. De Gea menjuarai kompetisi tersebut bersama Juan Mata dan Ander Herrera, dua orang yang kelak akan kembali menjadi rekan satu tim sang kiper di Old Trafford nanti.
Awal karirnya di MU sempat tersendat, alias tidak berjalan sementereng prestasinya terdahulu. Kendala rabun jauh yang dia miliki juga menjadi pengaruh, meskipun potensinya untuk menjadi kiper yang dapat diandalkan masih tetap terlihat. Sampai datanglah titik balik seorang De Gea kala dirinya mampu menepis tendangan bebas dari Juan Mata, bahkan sampai saat ini Juan Mata masih jengkel jika mengingat kegagalannya berkat ulah De Gea itu.
"Lu tau nggak sih, si Juan tuh masih suka marah sama gue tiap gue ingetin dia gagal ngegolin gara-gara tendangannya gue tepis, tapi ya gimana, itu momen yang bagi gue sangat menentukan terkait karir gue di United. Bisa diliat lah ya, sejak saat itu performa gue jadi agak mendingan dan lebih meningkat lagi," kata De Gea.
Memang benar, setelah laga itu dan rabun jauh di mata De Gea berhasil di operasi, perlahan-lahan performa De Gea semakin menggila. Banyak sekali peluang yang seharusnya menjadi gol, tapi dia tepis dengan santuy. Hal itu berlanjut sampai bertahun-tahun lamanya, mengcover dengan amat sabar bagaimana kedodolan lini belakang United.
Sebelum pensiun, Sir Alex Ferguson sempat memberikan pujian kepada De Gea dengan mengatakan di konferensi pers bahwa "Bocah itu sudah bisa berjalan sekarang." Betul, De Gea seringkali berjalan sendirian menjadi tulang punggung MU di lini belakang, tak bisa dibayangkan bagaimana ambyarnya MU saat itu jika saja tidak ada De Gea.
Namun segala sesuatunya tentu tidak ada yang abadi, seiring bertambahnya usia, kemampuan seorang pemain juga akan ikut menurun, meskipun seharusnya posisi kiper bisa menjadi pengecualian.
Tapi di MU, klub yang selalu mendewakan bakat muda, bukan tidak mungkin mereka dengan berat hati akan mengorbankan De Gea demi tempat utama kiper muda lulusan akademi sendiri, Dean Henderson.
Dean Henderson ditarik kembali oleh MU setelah menjalani masa peminjaman yang amat memuaskan di Sheffield United, tidak mau kehilangan berlian istimewanya, MU memulangkan Henderson dengan menjanjikan menit main pada dirinya. Dan beruntungnya Henderson mampu memanfaatkan setiap kesempatan yang diberikan padanya, meski ada sekali dua kali gagal, overall performanya cukup meyakinkan untuk kiper seusianya.
Latar belakang Henderson juga tak bisa dianggap remeh, pernah ikut dalam tim juara Piala Dunia U-20 bersama Timnas Inggris, mengantarkan Sheffield United promosi ke Premier League, dan sempat membawa The Blades merasakan klasemen 4 besar di musim perdananya setelah promosi.
Dilansir dari Mirror, United juga sudah mulai membuka kesempatan bagi klub lain yang berminat meminang De Gea. Wajar memang, melihat sudah ada pemain muda yang dinilai bisa menggantikan posisinya ditambah gaji De Gea yang terbilang sangat tinggi menjadikan MU mulai mendengarkan penawaran untuk kiper utamanya tersebut.
Makin pelik keadaannya ketika De Gea gagal membawa MU juara Europa League, memang itu sepenuhnya bukan salah seorang kiper, namun sudah menjadi hal yang sering dijumpai saat tim mengalami kekalahan selain pelatih maka sosok penjaga gawang adalah orang kedua yang paling disorot.
Setidaknya jika memang De Gea sudah memantapkan langkahnya keluar dari Old Trafford, ada beberapa klub yang mungkin bisa menjadi destinasi selanjutnya. Tak hanya soal finansial si klub baru yang bisa menjamin gaji besar De Gea, tapi juga menit main yang pasti jika dirinya sudah resmi berganti seragam.
1. Juventus
Meskipun dikenal dengan klub super pelit pada saat bursa transfer, karena hobinya yang suka mungutin pemain gratisan, tapi Juventus adalah klub yang bisa dibilang paling tajir jika dibandingkan klub Italia lainnya.
Kekuatan finansial Si Nyonya Tua juga cukup meyakinkan kalau kita melihat dari beberapa pemain mahal yang berhasil mereka datangkan, meskipun sering nyicil juga macem emak-emak kredit panci.
Kendati dinilai pelit, ternyata Juve adalah salah satu klub Eropa yang berani menggaji tinggi pemain bintangnya. Jadi untuk urusan gaji besar De Gea seharusnya masih bisa dijangkau oleh klub Newcastle cabang Italia ini, kurang-kurangin mungutin pemain gratisan tak berguna bisalah jadi solusinya nanti.
Tak hanya urusan duit, performa kiper mereka juga dinilai kurang memuaskan. Wojciech Szczesny, buset susah amat namanya, kerap kali mengalami inkontinensi tiap kali diturunkan bermain. Gianluigi Buffon? Ini juga harusnya udah pensiun dari kemaren kemaren woy.
Sorry to say nih, bukannya nggak respek apa gimana, tapi ya realistis aja sih, yakali pengen bersaing di juara Liga Champions masih pake kiper yang satu angin-anginan dan satunya lagi udah waktunya momong cucu. Makes no sense lah cuy. Depan udah kinclong ada Ronaldo, masa belakangnya lawak sih, kan nggak lucu.
2. Paris Saint-Germain
Klub sultan asal Perancis ini juga sudah beberapa musim terakhir digosipkan ingin merekrut De Gea, tapi karena dulu MU belum menemukan pengganti yang dirasa sepadan, Ed Woodward masih kenceng aja tuh nggak mau lepasin De Gea, dan si kipernya sendiri juga tetap profesional nggak ngambek maksa pindah.
Tapi situasinya saat ini jelas berbeda, MU yang mulai sering memasang Henderson menjadi sinyal untuk mengikhlaskan apabila dalam waktu dekat De Gea akan pergi. Mumpung harganya masih mahal hyung.
Urusan finansial, sudah ya nggak perlu saya jelasin panjang lebar kali tinggi disini, seluruh dunia juga paham yang namanya klub sultan pasti tajir melintir duitnya tumpeh tumpeh.
Kalo cuma ngebeli De Gea yang harganya 50 juta poundsterling, dengan gaji 600 ribu per pekan tentu menjadi hal yang terlihat murah bagi mereka. Apalagi aturan financial fair play udah nggak karuan penegakannya.
Cuma disini yang kasian ya jelas Keylor Navas, itu orang jaman masih main di Real Madrid selalu aja jadi bayang bayang De Gea, padahal De Gea aja belum resmi jadi penggantinya. Udah pindah dari Real Madrid pun ternyata PSG juga diberitakan mengincar De Gea juga. Nasib nasib.
3. Atletico Madrid
Sang mantan juga tak kalah realistis untuk menjadi pelabuhan pulang De Gea. Namun permasalahan Atletico berbeda dari dua klub sebelumnya yang merasa kurang puas dengan performa kipernya. Atletico mempunyai kiper hebat bernama Jan Oblak, tapi karena kegacoran Oblak di bawah mistar membuat dirinya diincar oleh banyak klub top Eropa lain. Hal itu tentu menjadi ketakutan tersendiri bagi Atletico akan kehilangan kembali satu pilar pentingnya.
Untuk mengantisipasi hal itu terjadi, pilihan mendatangkan David De Gea dinilai langkah yang cukup bagus, tak hanya untuk klub saja, tapi juga untuk De Gea sendiri.
Di Atletico nanti jaminan main reguler sudah pasti akan dia dapatkan, lagipula hal paling membahagiakan mana lagi sih selain bisa tetap melanjutkan hobi bersepakbola sekaligus bisa tetap dekat dengan keluarga di kampung halaman? Tentu penawaran yang menggiurkan bagi siapa saja.
4. Inter Milan
Meskipun sedang dalam situasi yang sulit secara finansial, tapi keberhasilan Inter Milan memuncaki klasemen dan berpotensi menjuarai Serie-A musim ini bisa menjadi daya tarik bagi De Gea. Progres yang sedang dijalankan Inter juga terlihat cukup menjanjikan untuk kembali bersaing di jalur juara pada musim-musim yang akan datang. Perkara finansial juga bisa diatasi dengan melego deretan nama yang dirasa sudah tak terpakai lagi.
Jika nantinya De Gea ke Inter Milan, jaminan main reguler juga bukan hal sulit untuk dia dapatkan, mengingat kiper utama Nerrazurri saat ini, yaitu Samir Handanovic sudah berusia 36 tahun, perlu ada regenerasi skuad pastinya. Keuntungan lainnya adalah dengan banyaknya mantan pemain MU yang ada di Inter menjadikan adaptasi bisa berjalan dengan lebih mudah. Ibaratnya reuni dengan teman lama gitu deh.
5. Borussia Dortmund
Terakhir ada Borussia Dortmund, klub kuning yang lucu dari Bundesliga. Demi bisa memutus dominasi Bayern Munchen, langkah serius harusnya bisa dilakukan oleh Dortmund, salah satunya dengan mendatangkan kiper kualitas dunia, dan De Gea adalah daftar teratas dari kiper hebat yang siap dilego. Urusan uang juga harusnya hal mudah bagi mereka, mengingat Die Borussen selalu mendapatkan kucuran dana besar dari hasil penjualan pemainnya ke berbagai klub.
Kesempatan yang bagus juga untuk De Gea, meskipun terlihat kemungkinan terwujudnya agak kecil. Tapi tentu akan menjadi hal yang menarik apabila De Gea bermain satu liga dengan Manuel Neuer, dua nama yang satu dekade ini sering dibandingkan siapa yang terhebat diantara keduanya. Mengingatkan pada rivalitas Buffon dan Casillas, yang sayangnya sampai salah satunya pensiun kita tidak berkesempatan melihat mereka bermain satu liga.
Jika kalian bertanya mengapa list diatas tidak ada satupun klub dari Premier League, jawabannya adalah agak sulit rasanya menjual pemain bintang ke sesama klub Liga Inggris, kalaupun itu terjadi tentu akan mengeluarkan dana yang jauh lebih besar, dan yakin deh MU juga akan mematok harga untuk De Gea jauh lebih tinggi dari valuasi penjualan ke klub luar liga.
Logikanya apakah ada yang mau bunuh diri menggelontorkan uang besar untuk posisi kiper di situasi pandemi seperti sekarang? Lagipula satu dekade membela Setan Merah tentu menyisakan sisi emosional tersendiri di dalam hati De Gea, dan opsi terbaiknya memang hengkang keluar liga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H