Mohon tunggu...
Yunita Devika Damayanti
Yunita Devika Damayanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Football, Music, Books, Foods.

Pelajar paruh waktu yang mencintai sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Buat Kalian yang Suka Bola tapi Masih Rasis: So Fun Kah Begitu?

31 Januari 2021   22:09 Diperbarui: 31 Januari 2021   22:24 1633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @axeltuanzebe_38


Sudah memasuki tahun 2021, dan masih ada saja drama rasisme di lingkup lapangan hijau? Sungguh memuakkan. Saya pikir dengan berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini akan membuat moral manusia juga ikut menjadi lebih baik, tapi sepertinya saya salah.

Slogan dari FIFA yang berbunyi 'Say No to Racism' dan 'Respect' seakan cuma quotes yang berfungsi sebagai pajangan di banner stadion dan batch lengan pemain. Atau mungkin kelakuan manusianya yang memang bebal dan tidak mempunyai nurani? Bisa saja.

Saat ini permasalahan rasisme di dunia sepak bola masih saja terasa pelik. Banyak para pelaku olahraga yang dimainkan oleh 22 orang ini melayangkan protes atas tindakan rasisme yang dilontarkan para penggemar.

Memang agak sulit menjadi orang yang terlihat 'berbeda' dari yang lain di Eropa. Apalagi jika mereka terjun menjadi pesepakbola profesional. Dimana gerak-gerik meraka akan menjadi sorotan media dan penggemar, untuk kemudian dikomentari bahkan dihujat di depan umum, di sosial media contohnya.

Saat ini rasisme tidak hanya diteriakkan oleh para penonton yang duduk di tribun stadion, tidak lagi membentangkan poster poster yang menyinggung si pemain, atau lemparan benda-benda ke arah lapangan saat akan dilakukan corner kick dan throw in.

Seluruh penggemar sepak bola di dunia bisa dengan mudah menyuarakan kritik. Tunggu, bukan kritik, lebih tepatnya hujatan. Ya hujatan, karena jika kritik mereka akan memberikan masukan serta saran dengan cara yang cukup baik, tidak menyinggung fisik maupun asal-usul pemain. Apalagi sampai sumpah serapah dan isi kebun binatang keluar semua.

Terlalu banyak kasus rasisme yang menimpa pemain sepak bola, nggak akan cukup kalo dijelasin satu-satu disini. Jadi saya ambil beberapa kasus saja. Salah satunya adalah yang menimpa Wilfried Zaha setengah tahun yang lalu. Setelah mendapatkan teror rasisme, pemain Crystal Palace itu mengaku ada ketakutan tersendiri kala dirinya membuka sosial media. Saat diwawancarai oleh CNN dia bilang begini.

"Bagi pemain sepak bola berkulit hitam, punya akun Instagram tuh nggak lagi menyenangkan. Lu nggak bakalan bisa enjoy main IG. Jujur, gue juga takut tiap mau buka DM di IG. Bahkan gue juga udah nyopot aplikasi Twitter di hp gue, karena ya gue tau pasti banyak aja pesan yang nggak enak yang gue terima, apalagi kalo laga baru kelar."

Yang terbaru adalah rasisme yang menimpa bek tengah Manchester United, Axel Tuanzebe. Kolom komentar di akun instagramnya mendapatkan banyak pesan rasisme setelah laga melawan Sheffield United.

Mirisnya lagi deretan hujatan itu datang dari fans Manchester United sendiri, bahkan tidak sedikit yang berasal dari Indonesia. Iyalah nggak sedikit, kalau sedikit mana mungkin sampe dinotice Rio Ferdinand.

Saat saya melihat sendiri kolom komentar si Axel, wah mantap bro. Kalian sungguh kek jadi manusia yang nggak pernah diajarin tata krama dan sopan santun. Itu nama binatang bisa pada nyasar disitu semua. So fun kah begitu? Biar apasih? Keliatan keren bisa ngomong bahasa Inggris sambil maki-maki rasis? Nggak. Kalian nggak keren sama sekali. 

Jadi begini gengs, okelah kalo lu semua kecewa, atau bahkan kesel sama performa dia pas lawan Sheffield kemaren yang ambyar. Boleh kok, wajar kalo pengen ngeluarin unek-unek atau kritik terkait performa dia, tapi mbok ya tolong sih nggak usah sampe rasis juga, bahasanya juga atuh lah dikondisikan. Buat apa kan lu belasan tahun belajar bahasa Indonesia dan Inggris kalo cuma dipake buat begituan.

Namanya tindakan rasis juga selamanya nggak bisa dibenarkan. Karena semua manusia itu nggak bisa milih dia mau lahir seperti apa, kaya gimana, dan dari mana. Semua sudah kehendak Tuhan kalo urusan fisik tuh. Dan ya harusnya nyadar juga kalo semua manusia setara dan punya hak yang sama.

Yuk ah mulai treat people with kindness dan coba berhenti buat becandain fisik sesama manusia. Karena itu samasekali nggak lucu. Sepak bola itu olahraga yang menyatukan semua, terlalu sayang jika dikotori dengan tindakan rasis serta diskriminasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun