Faktor selanjutnya yang membuat Liga Inggris banyak disukai adalah karena jadwal mereka yang padat. Apalagi jika sudah memasuki penghujung tahun, meriah sekali pokoknya itu liga macam pasar malem abis lebaran. Hadirnya boxing day atau pertandingan yang diadakan sehari setelah perayaan natal juga menjadi pembeda dari liga Eropa lainnya. Di saat liga lain sudah memasuki hari libur, Liga Inggris justru sedang seru-serunya karena adanya boxing day ini.
Nah, di fase akhir paruh musim mulai terlihat makin serunya perjalanan Liga Inggris, karena pasti banyak tim besar yang mulai oleng. Ditambah tim kuda hitam yang tiba-tiba superior memberikan perlawanan sengit.
Tim papan bawah inilah yang sebenarnya menjadikan Liga Inggris semakin semarak, karena berkat mereka jalannya Liga Inggris jadi menarik dengan hasil skor yang tak terduga. Klub underdog di Liga Inggris tidak pasrah begitu saja ketika bertemu big six, mereka ini malah semakin menggila ketika berhadapan dengan klub besar. Hal yang jarang ditemui di liga lain.
Menurut pengamatan saya sebagai football analyst super amatiran, hasil skor kejutan dari laga yang mempertemukan klub besar dan klub kecil bukan hanya karena itu tim kecil macam West Bromwich Albion yang emang keren, tapi juga karena konsistensi tim besar yang suka ambyar.
Selanjutnya adalah deretan pelatih dan pemain bintang yang mencari nafkah di Liga Inggris. Dari dulu Liga Inggris memang selalu memanjakan penontonnya dengan hadirnya pemain bintang. Baik yang berasal dari Inggris sendiri maupun dari luar Inggris. Apalagi sebelum adanya regulasi homegrown.
Era '90an sebut saja ada Class of '92 yang diisi David Beckham, Paul Scholes, Ryan Giggs, dkk. Terus ada lagi Eric Cantona, Alan Shearer, dan Teddy Sheringham. Beranjak ke periode awal abad ke-21, nama-nama seperti Steven Gerrard, Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney, Frank Lampard, Thiery Henry, sampai Carlos Tevez turut menghiasi papan starting line up.
Sekarang juga malah makin parah, tidak hanya berlabel bintang, tapi juga berharga fantastis. Virgil Van Dijk, Mohamed Salah, Alisson Becker, Paul Pogba, Bruno Fernandes, Sergio Aguero, Pierre-Emerick Aubameyang, Christian Pulisic, sampai Harry Kane.
Persaingan antara pemain bintang di Liga Inggris tidak menyoroti performa satu dua pemain, melainkan merata, dimana semuanya mampu memberikan persaingan yang nyata. Tidak hanya menjadi tim hore-hore yang cuma numpang lewat.
Dari sektor pelatih, sebenarnya di Inggris ini istilahnya bukan pelatih, tapi manager. Iya, karena mereka tidak hanya bertanggung jawab atas taktik yang akan diterapkan di lapangan, melainkan juga manager ini memiliki privilege, bisa menentukan daftar nama pemain yang mereka inginkan untuk didatangkan. Sampai selanjutnya tim manajemen yang berusaha semaksimal mungkin memenuhi daftar yang diajukan sang manager.
Liga Inggris dari dulu juga selalu memberikan rivalitas antar managernya, ada sikut menyikut antara Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger, kemudian datanglah Jose Mourinho yang semakin menambah panas persaingan.
Puncaknya adalah pada tahun 2016 lalu, dimana deretan nama Arsene Wenger, Jose Mourinho, Pep Guardiola, Jurgen Klopp, Mauriccio Pochettino, dan Antonio Conte sama-sama bersaing untuk unjuk kebolehan siapa yang terhebat dalam membawa timnya di Liga Inggris.