Setelah pertemuan pertama, banyak pertemuan terjadi berulangkali di kania florist. Lelaki itu selalu datang memesan bouqet bunga untuk berbagai acara. Hari inipun dia datang untuk memesan karangan bunga dari kantornya.
Pertemuan demi pertemuan tanpa banyak cerita. Yang dia tahu tempat kerja pria itu dekat dengan kania florist.
Tak Kenalpun Bisa Jadi Sayang
Peribahasa tak kenal maka tak sayang saat ini sedang tidak berlaku bagi Kania. Justru yang dia harapkan mendapat suami tanpa proses pacaran saja. Pacaran hanya menghabiskan waktu, kadang memberi ketidakpastian dan hanya memupuk dosa saja.
Sekarang begitu prinsip Kania, ternyata tetap ada hikmah yang bisa diambil dari perpisahannya dengan Hardi. Berharap menjadi perempuan yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.
Jam 2 sore itu Kania mendapat telefon dari Bapak yang mengabarkan jika nanti dia harus pulang lebih cepat dari biasanya karena setelah magrib akan ada tamu yang berkunjung ke rumah. Jam  tiga sore Kania pulang dan menitipkan toko ke Mba Sundari.
Sedari Bapak menelefon tadi, Kania terus bertanya-tanya siapakah tamu yang akan datang berkunjung. Tak biasanya Bapak menyuruh Kania pulang lebih cepat. Apakah Bu de Rima? Tetapi biasanya Bu de Rima kakak dari Bapak ataupun Rere saudara sepupunya, anak dari Bu de Rima berkabar pada Kania kalau mau berkunjung.
Kania menyiapkan segala sesuatu, minuman, makanan yang dia beli sepulang dari toko, merapikan rumah dan halaman. Bapak juga berpesan agar Kania menyiapkan oleh-oleh untuk dibawa pulang tamunya nanti.  Saat Kania menanyakan kepada Bapak siapa yang akan berkunjung, Bapak  hanya menjawab sahabat lamanya beserta keluarga.Â
Persis sebelum magrib, Bu de Rima, Pak de Joko dan Rere datang. Rere menarik tangan Kania menjauh dari ruang tamu.
"Cie..cie yang mau di khitbah."
Belum sempat menanyakan maksud ucapan Rere, adzan magrib berkumandang. Kania menjalankan ibadah berjamaah bersama Bapak dan Pak de sekeluarga.
Jam di ruang tengah menunjukkan setengah tujuh malam saat tamu yang ditunggu Bapak datang. Bapak, Pak de Joko dan Bu de Rima menemui keluarga sahabat Bapak. Kania dan Rere menyiapkan minum sambil berbincang. Kania menanyakan ucapan Rere tadi saat dia baru datang tetapi dia tidak mendapatkan jawaban apapun hanya senyum yang penuh arti.
Selesai Kania menyajikan minuman dan makanan untuk tamu, bapak meminta Kania duduk. Kemudian Bapak memperkenalkan Kania kepada keluarga sahabatnya. Kania tidak menyangka jika anak dari sahabat Bapak adalah lelaki yang sudah tak asing lagi baginya.