Mohon tunggu...
yunita salsalinabr
yunita salsalinabr Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Mengolah Limbah Peternakan Menjadi Biogas, Inovasi Energi untuk Masa Depan

1 Januari 2025   02:37 Diperbarui: 2 Januari 2025   14:21 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Mengolah Limbah Peternakan Menjadi Biogas. (Foto: KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY)

Di tengah krisis lingkungan dan kebutuhan energi yang terus meningkat, energi terbarukan menjadi salah satu solusi paling penting bagi keberlanjutan planet kita. Biogas, salah satu sumber energi terbarukan, telah terbukti sebagai solusi yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga ekonomis. 

Proses pengolahannya yang sederhana, terutama dari limbah peternakan, menjadikan biogas sebagai alternatif energi yang menarik bagi masyarakat, khususnya di daerah pedesaan yang memiliki banyak peternakan.

Artikel ini akan mengupas tuntas proses pembuatan biogas dari limbah ternak, faktor-faktor yang menentukan kualitas produksinya, serta kendala yang perlu diatasi agar teknologi ini dapat diterapkan dengan lebih luas dan efektif.

Langkah-Langkah Mengolah Limbah Peternakan untuk Menghasilkan Biogas

1. Pengumpulan dan Persiapan Limbah
Proses pembuatan biogas dimulai dengan mengumpulkan limbah organik, khususnya kotoran ternak seperti sapi, kambing, atau ayam. 

Limbah ini harus dicampur dengan air untuk mencapai konsistensi yang ideal, biasanya dalam perbandingan 1:1. Campuran ini memastikan bahan organik cukup cair untuk diurai oleh mikroorganisme anaerobik di dalam bioreaktor.

2. Persiapan Bioreaktor
Bioreaktor merupakan inti dari sistem produksi biogas. Ini adalah tangki tertutup yang kedap udara di mana fermentasi anaerobik berlangsung.

Bioreaktor dapat dibuat dari berbagai bahan, seperti beton, plastik, atau logam, tergantung pada skala dan kebutuhan. Desainnya harus mencakup:

  • Inlet pipe: Saluran masuk untuk memasukkan bahan organik.
  • Digestion chamber: Ruang fermentasi utama.
  • Gas outlet: Saluran untuk mengumpulkan biogas yang dihasilkan.
  • Outlet pipe: Saluran untuk mengeluarkan residu organik.

3. Proses Fermentasi
Setelah bahan organik dimasukkan, mikroorganisme anaerobik memulai proses penguraian. Proses ini berlangsung dalam tiga tahap utama:

  • Hidrolisis: Mikroorganisme memecah molekul besar, seperti protein, karbohidrat, dan lemak, menjadi molekul yang lebih sederhana.
  • Asidogenesis: Molekul sederhana ini diubah menjadi asam organik, alkohol, dan gas seperti karbon dioksida (CO) dan hidrogen (H).
  • Metanogenesis: Mikroorganisme metanogen mengubah gas H dan CO menjadi metana (CH), yang merupakan komponen utama biogas.

4. Pengumpulan Biogas
Gas yang dihasilkan dikumpulkan di ruang gas dalam bioreaktor dan dialirkan melalui pipa menuju penyimpanan atau langsung digunakan. Biogas biasanya mengandung sekitar 50-70% metana, sisanya terdiri dari karbon dioksida dan jejak gas lainnya.

Gambar: diagram biogas digester sederhana (sumber: https://id.scribd.com/doc/1854)
Gambar: diagram biogas digester sederhana (sumber: https://id.scribd.com/doc/1854)

5. Pemanfaatan Residu Organik
Sisa limbah organik yang sudah diurai tetap memiliki nilai ekonomi. Residu ini dapat digunakan sebagai pupuk organik cair atau padat yang kaya nutrisi, cocok untuk meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman.

Variabel Penentu Kualitas Produksi Biogas

Agar produksi biogas berjalan optimal, beberapa variabel berikut harus diperhatikan:

1. Rasio Karbon dan Nitrogen (C/N)
Rasio ini menentukan seberapa cepat mikroorganisme dapat menguraikan bahan organik. Rasio ideal berkisar antara 25:1 hingga 30:1. 

Jika rasio terlalu tinggi, penguraian menjadi lambat, sedangkan rasio terlalu rendah dapat menyebabkan akumulasi amonia yang beracun bagi mikroorganisme.

2. pH dan Keasaman
Mikroorganisme penghasil metana membutuhkan lingkungan dengan pH netral (6,8--7,2). Perubahan pH, terutama menjadi asam akibat akumulasi asam lemak volatil, dapat memperlambat produksi biogas.

3. Suhu Operasional
Proses fermentasi berlangsung optimal dalam dua rentang suhu:

  • Suhu mesofilik (30--40C): Umum digunakan untuk skala kecil.
  • Suhu termofilik (50--60C): Lebih cepat tetapi memerlukan kontrol suhu yang lebih ketat.

4. Waktu Retensi Hidrolik (Hydraulic Retention Time)
Waktu yang diperlukan bahan organik untuk sepenuhnya terurai di dalam bioreaktor biasanya berkisar antara 15--30 hari, tergantung pada suhu dan jenis limbah.

5. Tingkat Kelembapan
Kelembapan yang memadai (sekitar 85%) sangat penting untuk mendukung aktivitas mikroorganisme. Limbah yang terlalu kering atau terlalu encer dapat mengganggu efisiensi bioreaktor.

6. Desain Bioreaktor
Desain bioreaktor yang baik, termasuk ukuran, bentuk, dan sistem aliran gas, juga memengaruhi produksi biogas.

Faktor-Faktor Penghambat Produksi Biogas

1. Oksigen dalam Bioreaktor
Masuknya oksigen ke dalam sistem akan membunuh mikroorganisme anaerobik yang bertanggung jawab atas produksi metana. Oleh karena itu, bioreaktor harus benar-benar kedap udara.

2. Ketidakseimbangan pH
Agar proses fermentasi berjalan stabil, pH harus dipertahankan dalam kisaran optimal. Penumpukan asam lemak dapat menyebabkan pH turun drastis, menghambat aktivitas mikroorganisme metanogenik.

3. Suhu Tidak Stabil
Perubahan suhu yang drastis, terutama pada bioreaktor di luar ruangan, dapat mengganggu fermentasi. Mikroorganisme membutuhkan suhu yang konsisten untuk bekerja secara efisien.

4. Kehadiran Bahan Beracun
Senyawa seperti amonia, deterjen, atau logam berat dapat meracuni mikroorganisme di dalam bioreaktor. Oleh karena itu, bahan organik harus bebas dari kontaminan tersebut.

5. Waktu Retensi yang Tidak Memadai
Waktu retensi yang terlalu pendek akan mengurangi volume biogas yang dihasilkan, sementara waktu yang terlalu panjang dapat menyebabkan penumpukan residu dalam bioreaktor.

6. Penumpukan Residu dalam Bioreaktor
Jika sisa bahan organik tidak dikeluarkan secara teratur, bioreaktor dapat tersumbat, mengurangi efisiensi fermentasi dan produksi gas.

Keunggulan dan Potensi Biogas

Selain sebagai sumber energi, biogas memiliki sejumlah manfaat tambahan yang menjadikannya solusi ideal untuk kebutuhan masa depan:

  • Mengurangi Polusi: Limbah peternakan yang diolah menjadi biogas tidak mencemari lingkungan, berbeda dengan limbah yang dibuang begitu saja.
  • Menghasilkan Energi Terbarukan: Biogas dapat digunakan untuk memasak, menghasilkan listrik, atau bahkan sebagai bahan bakar kendaraan.
  • Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca: Penggunaan biogas membantu mengurangi emisi metana yang dilepaskan oleh limbah organik yang membusuk secara alami.
  • Memperbaiki Kesuburan Tanah: Residu fermentasi yang dihasilkan adalah pupuk organik yang kaya nutrisi.

Kesimpulan

Teknologi biogas adalah inovasi sederhana namun revolusioner yang mengubah limbah menjadi sumber daya berharga. 

Jadi dengan memanfaatkan limbah peternakan secara optimal, biogas dapat menjadi solusi untuk mengatasi kebutuhan energi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Namun, implementasi teknologi ini memerlukan pengelolaan yang baik, termasuk pengendalian pH, suhu, dan rasio bahan organik yang tepat. 

Mengatasi berbagai kendala yang ada, produksi biogas dapat berkembang lebih luas dan memberikan manfaat yang lebih besar.

Mari jadikan biogas sebagai bagian dari upaya kita menuju masa depan yang lebih hijau, berkelanjutan, dan mandiri energi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun