Mohon tunggu...
Yuni Rumiyanti
Yuni Rumiyanti Mohon Tunggu... Perawat - Mahasiswa S1 Manajemen ITB Ahmad Dahlan

Pecinta seni, penggemar literasi digital, dan pendukung gaya hidup sehat. Suka eksplorasi alam, kopi lokal, dan diskusi tentang isu sosial.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Di Antara Geliat Kreativitas dan Jerat Psikologis di Dunia Maya

1 Januari 2025   09:57 Diperbarui: 1 Januari 2025   09:57 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by cottonbro studio: https://www.pexels.com/photo/person-holding-black-android-smartphone-5081930/

Jakarta, 31 Desember 2024 - Tik Tok, aplikasi video pendek yang telah menjadi fenomena global, terus menghasilkan tren dan tantangan baru yang menarik perhatian masyarakat di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Di penghujung tahun 2024 ini, TikTok diramaikan oleh berbagai tren mulai dari filter AI yang mampu mengubah penampilan pengguna secara drastis, challenge ekstrem yang menguji batas kemampuan fisik, hingga tren "sad fishing" di mana pengguna mengunggah konten bertema kesedihan untuk mendapatkan perhatian. Namun, di balik gemerlap tren dan tantangan tersebut, terdapat sejumlah dampak psikologis yang patut diperhatikan, terutama bagi generasi muda yang masih dalam tahap perkembangan

 Tren TikTok yang semakin beragam dan menuntut kreativitas , Hal ini  memberikan tekanan tersendiri bagi penggunanya. Mengutip dari "Jurnal Penelitian Perawat Profesional" (Mardiana DM*, Nova Mardiana, Maryana) berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti terhadap remaja pada tanggal 26 januari 2023 dengan cara wawancara dengan siswa-siswi SMK Sore, didapatkan hasil 5 orang remaja pengguna tiktok mengatakan menonton tiktok sampai larut malam, 2 orang mengatakan sering stress dan cemas karena sering merasa tidak percaya diri, iri, dan tidak puas dengan kehidupan sendiri itu muncul ketika individu melihat berbagai postingan yang di unggah oleh pengguna sosial lainnya dan terkadang terlalu sibuk membandingkan kehidupan diri sendiri dengan kehidupan orang lain yang membuat para individu merasa lebih rendah dari pada individu lain yang dianggap lebih baik dari dirinya, dan 1 orang mengatakan media sosial juga menyebabkan remaja sering merasa insecure, suasana hati  yang terkadang  ditandai dengan rasa sedih ataupun tertekan, hal tersebut yang menciptakan situasi yang lebih buruk

pada penelitian lanjutan, peneliti menemukan bahwa 60-70% remaja yang menggunakan TikTok dalam durasi tinggi cenderung mengalami peningkatan tingkat stres dan gangguan kecemasan.

Foto : Yunikhael
Foto : Yunikhael
Filter AI: Antara Kesenangan dan Distorsi Citra Diri

Filter AI yang mampu mengubah wajah dan bentuk tubuh secara instan menjadi salah satu tren yang paling populer di TikTok saat ini. Melalui filter ini, pengguna dapat memiliki kulit yang sempurna, hidung yang mancung, mata yang besar, dan bentuk tubuh yang ideal. Meskipun menawarkan kesenangan dan hiburan, filter ini juga berpotensi menimbulkan dampak negatif pada citra diri dan kepercayaan diri remaja. Penggunaan filter AI yang berlebihan dapat menciptakan standar kecantikan yang tidak realistis. Remaja dapat merasa tidak puas dengan penampilan mereka sendiri dan mengalami body image issue karena membandingkan diri dengan citra yang dihasilkan oleh filter.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Miftahul Jannah (2022), menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara self esteem (kepercayaan diri) dan body image pada remaja perempuan yang menggunakan filter Instagram. Semakin tinggi tingkat kepercayaan diri remaja perempuan, semakin tinggi pula tingkat body image yang mereka miliki.

"Challenge" Ekstrem: Menguji Batas Demi Popularitas

Selain filter AI, berbagai challenge ekstrem yang beredar di TikTok juga menimbulkan keprihatinan. Beberapa challenge menuntut remaja untuk melakukan aksi berbahaya yang dapat membahayakan keselamatan diri mereka sendiri maupun orang lain, seperti melompat dari ketinggian, meminum cairan berbahaya, atau melakukan aksi kekerasan. Remaja sering kali mengabaikan risiko dan konsekuensi dari aksi mereka demi mendapatkan pengakuan di media sosial, Hal ini dapat mengakibatkan cedera fisik, trauma psikologis, bahkan kematian.

Fenomena challenge ekstrem ini menunjukkan adanya pergeseran nilai di kalangan remaja, di mana popularitas dan pengakuan di media sosial dianggap lebih penting daripada keselamatan dan kesehatan. Remaja yang terobsesi untuk menjadi viral di TikTok cenderung melakukan apa saja tanpa memikirkan dampaknya, Hal ini sangat memprihatinkan karena dapat membahayakan masa depan mereka.

Salah satu challenge ytang pernah terjadi adalah Benadryl Challenge, TikTok challenge ini mendorong orang untuk mengkonsumsi antihistamin yang dijual bebas dalam dosis besar agar dapat mengalami halusinasi. Risikonya, mereka dapat mengalami overdosis parah, yang dapat menyebabkan kejang, detak jantung cepat, halusinasi, dan bahkan kematian. Salah satu kejadian tragis akibat tantangan ini terjadi pada tahun 2020, ketika seorang gadis remaja di Oklahoma, Amerika Serikat (AS), meninggal setelah mencobanya. Petugas tanggap darurat melaporkan bahwa dia mengonsumsi banyak pil dalam jangka waktu yang singkat, yang menyebabkan serangan jantung yang fatal. Keluarganya pun berharap bahwa ada kesadaran dari pengguna media sosial tentang bahaya tren itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun