Modul 3Â
Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh
Ada dua materi yang dipelajari antara lain:
A. Â Kodrat murid
1. Â Kodrat keadaan
Keadaan yang selalu berubah-ubah tidak dapat kita hindari. Penanaman budaya kearifan lokal yang logis dapat membantu murid menjadi bijak dalam kehidupannya. Kita akan mampu merespon pengaruh-pengaruh luar dengan bijak. Konten pengetahuan akan sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia.
2. Kodrat alam
Kodrat alam merupakan bagian dari dasar pendidikan murid yang berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana murid berada. Setiap murid dilahirkan dengan kodrat alam yang berbeda-beda. Ada yang tinggal di perkotaan, pedesaan, pantai, gunung, dll. Sebagai guru perlu untuk memahami kodrat alam masing-masing murid dan bagaimana memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dimana murid tinggal. Guru dapat memanfaatkan alam di sekitar murid atau sekolah sebagai sumber belajar. Melalui pembelajaran kontekstual dan peran guru sebagai penghubung sangat membantu murid menguatkan kodrat-kodratnya.
3. Â Kodrat zaman
Kemajuan pesat teknologi membuat cara belajar dan berinteraksi murid juga berubah. Dengan adanya perubahan kodrat zaman seperti abad ke-21 secara global, jika tidak kita siapkan dan beradaptasi dengan baik, maka murid-murid mungkin tidak akan mampu hidup berdampinan dengan perubahan zaman. Keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis dan solutif, kreatif, dan inovatif, serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi perlu ditekankan. Seleksi terhadap pengaruh global perlu disaring agar tetap sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia.
B. Â Trikon
Prinsip-prinsip dalam melakukan perubahan menurut Ki Hadjar Dewantara dikenal dengan Asas Trikon yaitu kontinyu, konvergen, dan konsentris.
- Kontinyu, kemajuan kebudayaan merupakan keharusan lanjutan langung dari kebudayaan itu sendiri. Pendidik menuntun murid dengan perencanaan dan pengembangan secara berkesinambungan menyatu dengan alam, masyarakat Indonesia untuk mewariskan peradaban.
- Konvergen, kebudayaan menuju arah kesatuan kebudayaan dunia atau kemanusiaan. Pendidik menuntun murid dengan pemkiran terbuka terhadap segala sumber belajar, mengambil praktik-praktik baik dari kebudayaan lain, dan menjadikan kebudayaan kita bagian dari alam universal.
- Konsentris, kebudayaan harus mempunyai karakteristik dan sifat kepribadian sendiri sebagai pusatnya dalam lingkungan kebudayaan dunia atau kemanusiaan. Pendidik menuntun murid berdasarkan kepribadian karakter dan budaya kita sendiri sebagai pusatnya.
Modul 4Â
Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti
Ada dua materi yang dipelajari antara lain:
A. Â Budi pekerti
Keluarga merupakan tempat utama dan yang paling baik dalam melatih karakter anak atau murid. Seseorang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan, merasakan, dan mempertimbangkan setiap perilaku yang ditampilkannya. Â Sebagai pendidik, tentu kita menemukan berbagai macam watak murid setiap harinya di kelas. Menemani proses belajarnya, mendampingi tumbuhnya, kecerdasan pikirna, dan membantu murid menemukan budi pekerti atau watak baiknya, serta membantu murid mengendalikan atau memperbaiki watak atau budi pekerti yang kurang baik.
B. Teori konvergensi dan pengaruh pendidikan
Teori konvergensi didasarkan atas dua teori utama. Yang pertama teori tabularasa yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas kosong yang dapat diisi dan ditulis oleh pendidik dengan pengetahuan dan wawasan yang diiinginkan pendidik. Yang kedua teori negatif yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas yang sudah terisi penuh dengan berbagai macam coretan atau tulisan. Teori konvergensi merupakan pendekatan yang digunakan Ki Hadjar Dewantara dalam menjelaskan tentang kertas bertuliskan tulisan samar dengan membagi budi pekerti atau watak manusia menjadi 2 bagian yaitu bagian biologis (watak dan perasaan yang tidak dapat berubah) dan bagian intelligible (kecakapan dan keterampilan pendidikan yang dapat berubah).
Â