Ada tiga materi yang dipelajari antara lain:
A. Â Materi mengenali diri dan perannya sebagai pendidik
Sebagai pendidik sudah seharusnya mengenali karakteristik dan kebutuhan murid. Akan tetapi, hal yang paling mendasar juga harus dimulai dari diri sendiri yaitu mengenali kekuatan dan kelemahan diri. Dahulu, saat memutuskan menjadi guru, apa yang ada dalam pikiran ibu dan bapak guru? Mengapa memutuskan ingin menjadi pendidik? Bagaimana perjalanan perjuangan sehingga akhirnya sampai pada profesi hebat ini?
Murid-murid kini memiliki cara belajar yang sungguh berbeda dengan kita dahulu. Mereka sangat fasih dengan teknologi, menjadikan internet sebagai salah satu sumber belajar utama. Mereka bisa dengan cepat mencari dan mengkonfirmasi pengetahuan dengan teknologi dalam genggaman. Namun, mereka tetap butuh kehadiran sosok pendidik.
Dengan menjadi guru, hadir setiap hari untuk murid-murid, hadir untuk terus menambah kapasitas diri, menyadari kebutuhan untuk terus belajar secara mandiri agar bisa menghantarkan murid-murid untuk berdaya dan menjadi manusia merdeka. Dengan kesadaran untuk terus belajar secara mandiri, berarti telah mengatur diri sendiri sebagai bagian dari perjalanan menjadi manusia merdeka.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin, tidak tergantung pada orang lain. Jika kita mengharapkan murid-murid kita kelak menjadi pribadi yang mandiri dan merdeka, tentunya penting untuk mengenal diri, berdaya untuk menentukan tujuan dan kebutuhan belajarnya yang relevan dan kontekstual terhadap diri dan lingkungannnya.
B. Â Apa peran saya sebagai guru
Murid-murid sekarang adalah generasi digital native, fasih berselancar di internet, bisa mendapat pengetahuan, bahkan mempelajari keterampilan sesuai kebutuhan belajar mereka. Â Sebagai guru, kita pasti ingin membekali murid-murid dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk terus belajar, mendampingi mereka memahami dan mencapai tujuan belajar. Guru perlu menyelaraskan sebagai pendidik yang relevan dengan dengan konteks murid dan perubahan zaman.Â
Mengutip pernyataan Ki Hadjar Dewantara, "Memberi ilmu demi kecakapan hidup anak dalam usaha mempersiapkannya untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat, maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya". Ki Hadjar Dewantara juga mengatakan, "Menyamakan mendidik anak dengan mendidik rakyat", selain itu beliau juga mengatakan "Kehidupan kita saat ini adalah buah dari pendidikan yang kita terima saat kita masih anak-anak".
Peranan seorang guru sebagai pendidik sangatlah besar. Hal apapun yang kita lakukan di kelas dari segi memfasilitasi proses belajar akan meninggalkan makna bagi murid-murid yang kelak akan menjadi bagian dari masyarakat. Guru membentuk masyarakat dan budaya masa depan lewat murid-murid. Maka guru hendaknya terus belajar demi meraih tujuan pendidikan menjadi manusia merdeka yang kelak akan menuntun murid-murid manusia merdeka.
C. Â Ingin menjadi guru seperti apa saya
Murid seringkali terinspirasi dari ibu dan bapak gurunya. Sebagai guru, tentu ingin menularkan energi positif kepada murid yang membuat murid terus tertarik untuk belajar dan membekalinya dengan kemampuan untuk terus belajar untuk dapat mengisi kehidupan di masa depan.Â
Guru sebagai sosok pendidik adalah guru yang selalu diharapkan murid-murid, dikagumi murid-murid, selalu bertutur kata lembut, selalu menyimak pendapat murid, dan selalu menyemangati murid murid.Â
Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, selamat dan bahagia. Guru yang adaptif dengan perubahan zaman yang dinamis, selalu menciptakan pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid dan tentunya masih sejalan dengan tujuan pendidikan.Â
Guru tidak hanya mengajarkan materi tetapi juga menanamkan karakter yang baik. Semua tingkah laku, tutur kata, dan cara guru mengajar sebagai bekal melanjutkan kehidupannya di masa depan yang tentunya akan berbeda dengan masa sekarang.
Modul 2Â
Mendidik dan Mengajar
Ada tiga materi yang dipelajari antara lain:
A. Â Mendidik menyeluruh
Menurut Ki Hadjar Dewantara, "Pendidikan sebagai tuntunan, yaitu tuntunan dalam hidup tumbuhnya murid". Pendidik tidak dapat menentukan dan berkehendak akan hidup tumbuhnya murid, melainkan menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu dengan mengerahkan segala daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran dan jasmani murid agar dapat memperbaiki perilakunya bukan dasar hidup dan tumbuhnya itu. Ki Hadjar Dewantara juga mengatakan, "Anak-anak tumbuh berdasarkan kodratnya yang unik, tidak mungkin pendidik mengubah padi menjadi jagung atau sebaliknya".Â
Peran pendidik adalah bisa menuntun murid agar bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Pendidik menuntun potensi murid-murid agar semakin baik adabnya dan mendapatkan kecerdasan yang luas sehingga murid-murid terlindungi dari pengaruh-pengaruh yang dapat menghambat bahkan melemahkan tumbuhnya potensi atau kekuatan dirinya.Â
Guru dapat memberikan praktik pembelajaran yang mengembangkan kerja sama, empati menghargai sesama, dan berkontribusi sosial kepada sesama. Contohnya kebudayaan gotong royong membersihkan kelas. Sehingga murid dapat menemukan dan terbekali dengan kebudayaan bangsa yang jika terus menerus ditumbuhkan, kebudayaan bangsa Indonesia akan tetap ada menjadi pilar utama dalam memajukan Pendidikan nasional.
B. Pendidikan selama satu abad
Ki Hadjar Dewantara menggagas perlunya sistem pendidikan yang humanis dan transformatif yang dapat memelihara kedamaian dunia dengan memperkenalkan sistem among yaitu:
- Ing ngarso sung tuladha artinya seorang guru haruslah berkomitmen menjadi seorang teladan. Guru harus memberikan contoh yang baik.
- Ing madyo mangun karso artinya seorang guru haruslah membangkitkan atau menguatkan semangat murid-muridnya bukan orang yang melemahkan semangat.
- Tut wuri handayani artinya seorang guru haruslah memberikan dorongan atau menjadikan murid-muridnya orang-orang yang mandiri atau orang-orang yang merdeka yang tumbuh kembang secara maksimal.
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tersebut adalah gagasan yang melampaui zamannya, di mana beliau hidup dan masih relevan hingga masa sekarang ini dan akan mampu mengantarkan murid siap mengisi zamannya kelak.Â
Oleh karena itu, guru tidak hanya mengandalkan naluri mendidik, tetapi juga perlu melengkapi dengan ilmu pendidikan yang selaras dengan zamannya, sehingga murid memperoleh kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan sesuai keinginan dan bakatnya.Â
Sehingga, sangat perlu adanya keterampilan berpikir dan pendidikan kecerdasan, perlu juga pendidikan sosial emosional yang disertai dengan adanya olah rasa. Pendidikan kultural yang berdasarkan garis bangsa dan budaya akan melengkapi, mempertajam, dan memperkaya pendidikan kecerdasan murid.
C. Â Menjadi manusia (secara) utuh
Pengembangan budi pekerti berupa pikiran (olah cipta), budi pekerti (olah rasa, karakter), kemauan (olah karsa), dan jasmani (olah raga) adalah bentuk pendidikan yang holistik yang akan menuntun murid dapat tumbuh kembang dengan baik. Sekaligus menjadikannya sebagai manusia yang merdeka yaitu manusia yang dapat bersandar atas kekuatan lahir dan batinnya sendiri dan tidak bergantung dengan orang lain.Â
Pendidikan seyogyanya mampu memberikan didikan lahir dan didikan batin kepada murid agar terpenuhi kebutuhan kehidupan dan penghidupannya. Memandang murid sebagai manusia secara utuh harus menjadi dasar guru sebagi pendidik dalam mendampingi murid-murid, menentukan tujuan belajar, merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid baik lahir maupun batin.Â
Guru sebagai pendidik tidak hanya membantu memberikan pengajaran yang berorientasi pada penguatan, keterampilan berpikir atau kognitif saja, tetapi juga mendampingi murid-murid untuk mengembangkan kekuatan batinnya yaitu sosial, emosi, empati menghargai sesama, refleksi diri untuk mengembangkan diri dan berkontribusi di lingkungan sosial. Sehingga pembelajaran yang direncanakan, sesuai dengan kebutuhan murid dan ditujukan untuk memajukan perkembangan budi pekerti akan membantunya menjadi manusia-manusia yang merdeka. Manusia merdeka dengan modal keterampilan berpikir atau bernalar yang baik yang diperoleh melalui proses sepanjang hayat.Â
Sedangkan tujuan pendidikan untuk mengasah nalar murid dapat terwujud sebagai bekal pengembangan pendidikan budi pekerti murid. Guru sudah seharusnya membantu memberikan asupan kebutuhan lahir maupun batin murid. Guru selalu berupaya untuk mendampingi murid dalam mengasah keterampilan bernalar murid dengan sebaik-baiknya. Â
Â