Mohon tunggu...
Yuni Nurafiah
Yuni Nurafiah Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh Keluarga Ahli Pertama - Badan Keluarga Berencana Nasional

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anggotanya untuk tumbuh dan berkembang menjadi SDM unggul berkarakter

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibarat Sebuah Pohon, Keluarga Juga Bertumbuh dan Berkembang

22 Oktober 2021   11:36 Diperbarui: 29 Oktober 2021   11:32 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebetulnya bahasan menjadi orang tua begitu panjang, bahkan 8 semester berkuliah pun rasanya masih banyak yang terlewatkan. Oleh karena itu, perjuangan menjadi orang tua harus diiringi dengan do'a. Walau bagaimana pun, orang tua hanyalah perantara, Tuhan lah pemilik yang sebenarnya. Orang tua tidak akan selamanya bisa membersamai anak, suatu saat dia akan pergi meninggalkan rumah entah untuk berkuliah, bekerja atau pun menikah, masa ini disebut dengan tahapan Launching Family dalam perkembangan sebuah keluarga. Selalu iringi dengan do'a, titipkan anak kepada-Nya agar selalu dibimbing, diberi petunjuk dan dijaga oleh-Nya dimana pun berada.

Mari kita mulai membayangkan bagaimana menjadi orang tua. Karena waktu kita hanya sedikit, kali ini Ibu hanya akan mengupas kulit terluar dari bawang. Di luar pertemuan ini kalian harus mengupas kulitnya hingga beberapa lapisan untuk mengatahui bekal menjadi orang tua yang sebenarnya.

Ibu akan membagi tiga masa pengasuhan, yakni 7 tahun pertama, 7 tahun kedua, dan 7 tahun ketiga. Beberapa kondisi yang akan dijelaskan merupakan hal-hal yang masih bersifat umum dari berbagai aspek tumbuh kembang anak dan pengasuhan. Namun setidaknya menjadi gambaran yang mudah diingat dan dipahami untuk tahap awal ini.

Masa 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anak sebagaimana raja. Bukan artinya menuruti semua keinginan anak, melainkan orang tua perlu memberikan perhatian penuh dan tulus kepada anak. Di usia ini anak sangat membutuhkan bantuan orang lain, apalagi saat mereka masih bayi. Orang tua perlu detail merawat anak dengan benar dan penuh cinta mulai dari memandikan, membersihkan bagian-bagian tubuhnya, memenuhi kebutuhan nutrisinya, memberikan kasih sayang berupa pelukan, apresiasi, dan menstimulasi perkembangannya.

Selanjutnya masa 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun), perlakukan anak sebagaimana tawanan. Bukan berarti anak diperlakukan seperti tawanan perang, Anak usia ini masih memiliki emosi yang belum stabil dan kemampuan kognitif yang belum terlalu sempurna, sehingga harus didampingi dan diberikan aturan. Anak se usia ini harus sudah bisa mandiri mengerjakan tugas pribadinya dan bisa belajar membantu tugas orang tua dalam rangka proses pembelajaran. Seperti halnya tawanan, jika mereka dapat melakukan tugas dengan baik, mendapatkan apresiasi dan hadiah dari majikannya maka mereka akan senang. Sementara jika mereka melakukan kesalahan, maka sang majikan boleh memberikan peringatan/hukuman sesuai kesepakatan sebelumnya. Dalam hal ini orangtua harus tetap memberikan hak anak, peneladanan dan pembiasaaan yang baik.

Terakhir, masa 7 tahun Ketiga  (14 tahun ke atas), perlakukan anak sebagai Menteri & Sahabat. Anak usia 14 tahun ke atas sudah memiliki akal yang sempurna, mereka sudah mampu berfikir abstrak sebagaimana orang dewasa.  Sebaiknya mereka tidak kita anggap sebagai anak kecil yang bisa di suruh dan dimarahi, namun jadikan mereka sahabat, ajak mereka berdiskusi beberapa urusan keluarga, menanyakan bagaimana kabarnya di sekolah, kabar teman-temanya, dan hal lainnya yang mereka sukai.

Sebagai orang dewasa yang akan menghadapi tugas sebagai orang tua di masa depan, maka orang tua harus mempersiapkan mereka dengan memberikan mereka tanggungjawab terhadap sesuatu hal. Seperti tugas menteri membantu tugas presiden. Misalnya anak laki-laki dipercaya untuk membantu tugas ayah sebagai kepala keluarga, sementara anak perempuan dipercaya membantu tugas ibu sebagai manajer rumah tangga. Dengan demikian anak akan memiliki bekal untuk membangun keluarganya kelak.

Setelah anak-anaknya tumbuh besar, kemudian satu per-satu anaknya menikah dan disitulah perjalanan keluarga kembali dimulai oleh pasangan baru. Sampai semua anaknya menikah, jika kedua orang tuanya masih hidup, maka masa ini dinamakan masa empty nest atau sarang yang kosong, kembali hanya berdua seperti awal mula membangun keluarga. Mereka berdua akan menjalani masa lansia, saalah satu dari mereka mungkin wafat terlebih dahulu dan keduanya tiada. Disitulah do'a anak yang shalih shalihah akan terus membersamai keduanya.

Meski mereka sudah tiada, generasi mereka tetap ada. Mari membangun keluarga yang berkualitas, agar kelak generasi yang kita lahirkan bisa berbobot, bermutu, dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa, negara, agama dan yang paling utama untuk para orang tuanya di dunia dan di akhirat.

Pertemuan hari itu pun selesai, Ibu Widyaiswara menutup dengan do'a, senyum dan juga salam.

Selamat, Anda sudah selesai memaknai bab ini. Bukan sebuah kebetulan, anda akan membaca beberapa lembar tulisan di bab ini, semoga ada hikmah  yang bisa kita petik bersama setelah membacanya.

Salam BKKBN, Berencana Itu Keren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun