Ditulis oleh Iqbal Muhajir Rul Koto
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir fakultas Ushuluddin dan Studi Islam
Pengertian Qasam
Aqsam merupakan bentuk jamak dari kata qasam yang berarti al-hilf (sumpah). Menurut Manna Al-Qattan, kata qasam memiliki persamaan makna dengan kata al-yamin (tangan kanan), sebab orang Arab jika mereka bersumpah selalu memegang tangan kanan sahabatnya. Qasam didefinisikan sebagai pengikat jiwa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang dipandang agung atau besar, baik secara hakiki maupun i'tiqadi oleh orang yang bersumpah.
Dalam beberapa ayat Al-Qur'an Allah SWT mempertegas kebenaran firman-Nya dengan menggunakan qasam. Alasan mendasar yang menjadi sebab munculnya ayat-ayat qasam dalam Al-Qur'an karena Al-Qur'an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, dan sebagian dari kebiasaan orang Arab itu sendiri adalah menggunakan kalimat qasam (sumpah) ketika mereka hendak memperkuat suatu perkara. Dalam ilmu Balaghah, qasam merupakan taukid dan biasa digunakan untuk mukhatab yang meragukan atau bahkan mengingkari kebenaran suatu berita.
Sighat asli qasam ialah fi'il aqsama yang dita'diahkan (ditransitifkan) dengan huruf kepada muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah). Kemudian setelah itu barulah disebutkan muqsam 'alaih (sesuatu yang karenanya sumpah diucapkan), yang dinamakan juga jawab qasam. Sebagai contoh dapat dilihat dalam firman Allah berikut ini:
"Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (QS. An-Nahl: 38)
Baca juga: Membaca Al Quran tapi Tak Memahami Maknanya
Unsur-unsur qasam terbagi menjadi empat:
1) muqsam (yang bersumpah)
2) fi'il yang muta'addi dengan ba
3) muqsam bih
4) muqsam 'alaih.
Dikarenakan qasam banyak terjadi dalam pembicaraan maka penggunaannya diringkas dengan cara membuang fi'il qasam dan cukup dengan hurup "ba" saja. Kemudian huruf   diganti dengan huruf pada isim yang bermakna dzahir dan dengan huruf pada nama-nama Allah. Aisyah Abdurrahman mengatakan bahwa huruf digunakan untuk hal-hal yang abstrak dan kongkrit. Sedangkan banyak digunakan untuk berbagai ungkapan yang bersifat material, diketahui dengan indra, dan juga realistis. Adapun hanya digunakan untuk lafadz Jalalah.
Muqsam dalam Al-Qur'an
Al-muqsam (yang mengucapkan sumpah) dalam al-Quran, diantaranya adalah :
Allah SWT. Misalnya terdapat pada Q.S. Al-Waqi'ah ayat 75-76:
"Maka Aku bersumpah dengan masa Turunnya bagian-bagian Al-Quran. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu Mengetahui."
Rasulullah SAW. Berupa perintah terhadapnya supaya bersumpah, misalnya terdapat pada Q.S. Yunus ayat 53, yang berbunyi:
"Dan mereka menanyakan kepadamu: "Benarkah (azab yang dijanjikan) itu? Katakanlah: "Ya, demi Tuhanku, Sesungguhnya azab itu adalah benar dan kamu sekali-kali tidak bisa luput (daripadanya)".
Penghuni syurga. Sumpah penghuni surga ditujukan kepada para penghuni neraka yang dulu ketika di dunia mereka saling berteman, misalnya terdapat di dalam Q.S. Ash-Shaffat ayat 56 yaitu:
"Ia berkata: "Demi Allah, Sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku"
Orang-orang ateis. Misalnya terdapat dalam Q.S. An-Nahl ayat 38 yang berbunyi:
"Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
Orang-orang munafik, misalnya terdapat di dalam Q.S. At-Taubah ayat 56:
"Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa Sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu)"
Orang-orang musyrik Mekkah. Contohnya terdapat dalam Q.S. Al-An'am ayat 109:
"Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mu jizat, Pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu hanya berada di sisi Allah". Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman."
Baca juga: Kiat Mudah Belajar Membaca Al Quran dengan Cepat dan Tepat
Orang-orang kafir. Terdapat dalam Q.S. Fatir ayat 42:
"Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; Sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain) tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, Maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran),"
Muqsam Bih Dalam Al-Qur'an
Muqsam bih ialah lafadz yang terletak sesudah ada qasam yang dijadikan sebagai sandaran (objek) dalam bersumpah yang dijadikan sebagai syarat. Di dalam Al-Qur'an terdapat tujuh ayat yang mana Allah SWT menjadikan Dzat-Nya sendiri sebagai sandaran dalam bersumpah. Selebihnya menggunakan makhluk-Nya sebagai sandaran.
 Adapun contoh tujuh ayat itu di antaranya: Adz-Dzariyat : 23, Yunus : 53, At-Taghabun : 7, Maryam : 68, Al-Hijr : 92, An-Nisa : 65, Al-Ma'arij : 40
Ibnu Qayyim Al-Jauzi memberikan analisa bahwa Allah bersumpah dengan Dzat-Nya yang suci dan mempunyai sifat-sifat khusus, atau dengan ayat-ayat-Nya yang mengokohkan eksistensi dan sifat-sifat-Nya dan dengan sebagian makhluk-Nya. Seperti terdapat pada Q.S. Asy-Syams ayat 1 sampai dengan 7:
"Demi matahari dan cahayanya di pagi hari. Dan bulan apabila mengiringinya. Dan siang apabila menampakkannya. Dan malam apabila menutupinya. Dan langit serta pembinaannya. Dan bumi serta penghamparannya. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya).
Ada tiga kemungkinan alasan Allah SWT bersumpah dengan menyebut makhluk-Nya, yaitu:
1. Ada kata (mudhaf) yang dibuang, seperti pada ayat  yakni kalimat sehingga jika dirangkai akan berbunyi
2. Kebiasaan orang-orang Arab dalam menggunakan benda-benda itu sebagai sumpah, maka Al-Qur'an menggunakan ungkapan yang mereka kenal.
3. Sumpah dilakukan dengan menyebut sesuatu yang diagungkan di atas orang yang bersumpah, sedangkan bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang kedudukannya lebih mulia.
Oleh sebab itu, Allah terkadang bersumpah dengan menyebut nama-Nya sendiri atau terkadang menyebut ciptaan-Nya.
Muqsam 'Alaih Dalam Al-Qur'an
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa tujuan dari qasam adalah untuk menguatkan dan menegaskan suatu berita. Berita inilah yang disebut dengan muqsam 'alaih. Muqsam 'alaih disebut juga jawab qasam. Jawab qasam terkadang disebutkan, terkadang pula dibuang. Seperti firman Allah yang terdapat di dalam Q.S. At-Takatsur ayat 5:
"Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,"
Seandainya jawab "lau" dalam ayat di atas tidak dibuang, maka redaksi ayat tersebut diperkirakan seperti berikut: "Sekiranya kamu mengetahui apa yang akan kamu hadapi dengan pengetahuan yang yakin, tentulah kamu akan melakukan kebaikan yang tidak terlukiskan banyaknya."
Baca juga: 3 Kemulian bagi Pembaca Al Quran
Adapun contoh jawab qasam yang dibuang, seperti firman Allah dalam Q.S. Al-Qiyamah ayat 1-2 sebagai berikut:
"Aku bersumpah demi hari kiamat. Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).
Jawab qasam pada ayat tersebut dibuang yakni diperkirakan ada kata-kata "pasti kamu akan dibangkitkan dan dihisab". Alasan dibuang jawab qasam dalam dalam kedua ayat itu karena ditunjuk oleh ayat berikutnya, yakni: "Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?"
Manfaat Sumpah Dalam Al-Qur'an
Manfaat kalimat sumpah merujuk pada disiplin ilmu balaghah. Dalam ilmu ini ada tiga tingkatan psikologi mukhattab atau lawan bicara. Pertama, lawan bicara tidak ada asumsi apa-apa terhadap mutakallimin, disebut ibtida'i. Kedua, kondisi mukhattab tidak percaya terhadap ucapan mutakallimin, maka disebut thalabi. Ketiga, mukhattab tidak percaya terhadap ucapan pengujar, maka dinamai inkari.
Pada kondisi psikologi thalabi dan inkari dibutuhkan suatu penegasan. Keadaan psikologi manusia inilah Al-Qur'an merangkulnya dengan konsep qasam yang mengadaptasi terhadap kebiasaan bahasa arab. Di lain sisi, qasam dalam Al-Qur'an bermanfaat untuk menguatkan dan meyakinkan suatu perkara.Â
Tak hanya itu qasam dalam Al-Qur'an juga digunakan untuk menggenapkan dan menguatkan hujjah. Sehingga kita dapat menarik sebuah kesimpulan, bahwa qasam dalam Al-Qur'an berguna untuk menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman, menegakkan hujjah atau argumentasi, menguatkan khabar, serta menetapkan hukum dengan cara yang sempurna.
Tulisan ini dibuat untuk memenuh tugas KKN DR Universitas Islam Negeri Sumatera  Utara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H