Mohon tunggu...
Yunika Putri Annisah
Yunika Putri Annisah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Suka mayones hokben

Berkuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung untuk mempelajari Public Relations.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mari Berkenalan dengan Whalien 52, Paus yang Bernyanyi Sendirian

19 Juni 2022   22:08 Diperbarui: 19 Juni 2022   23:28 2089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jika dibandingkan dengan planet luar angkasa, saya pribadi lebih penasaran dengan misteri lautan yang ada di bumi. Hanya 5 persen dari lautan yang telah dieksplorasi oleh manusia, 95 persen lainnya tetap menjadi misteri hingga saat ini. Kita tidak pernah tahu ada apa di dalam sana? 

Ada tempat apa disana? Makhluk seperti apa yang tinggal disana? Kita sangat buta akan hal itu. Tetapi, semakin saya bertanya-tanya mengenai sang lautan, saya semakin yakin bahwa lautan adalah misteri terbesar yang ada di bumi ini.

Di dalam lautan, ada satu hewan yang menarik perhatian saya. Hewan itu adalah Paus, salah satu makhluk hidup yang paling menakjubkan di lautan. Paus adalah mamalia terbesar yang ada di muka bumi. Bahkan ukuran paus biru berkisar dari 80-100 kaki (24-30 meter) dan mungkin ada yang lebih besar. Kemudian seperti yang kita ketahui, 

paus berkomunikasi dengan kawanannya lewat suara atau yang sering kita sebut "nyanyian" dan mereka hidup secara berkelompok. Di dunia ini ada berbagai jenis paus, diantaranya Paus Biru, Paus Sperma, Paus Bungkuk, Paus Beluga, Paus Kepala Busur, Narwhal, Paus Omura, dan masih banyak lagi.

Tapi, pernahkah kalian mendengar Whale 52?

Semua berawal saat Dr. William Watkins dan timnya dari Oceanographic Institution Woods Hole, yang pada tahun 1989 tengah melakukan penelitian mengenai frekuensi nyanyian khas paus jantan selama musim kawin di Samudra Pasifik. Ia menemukan kejanggalan, Radio sonar yang ia gunakan untuk penelitian menangkap frekuensi paus jantan yang berbeda dengan paus lainnya. 

Karena itulah, Dr. Watkins dan timnya pun melakukan penelitian mengenai Whale 52 ini yang kemudian pada tahun 2004 diterbitkan di Jurnal Deep Sea Research. Menurut Andrew Revkin, seorang jurnalis dari New York Times, Whale 52 juga pernah ditemukan lagi pada tahun 1992 oleh Angkatan Laut Amerika Serikat di tempat yang sama, yaitu Samudra Pasifik.

Whale 52 adalah seekor paus misterius yang tidak diketahui jenis, bentuk, dan keberadaannya. Whale 52 memiliki nama lain, yaitu Whalien 52. Whalien 52 diambil dari dua kata, yaitu Whale (paus) dan Alien (makhluk asing). Lalu angka 52 diakhiran merupakan frekuensi dari nyanyiannya, yaitu 52 Hertz. Berbeda dengan paus biasanya yang hanya memiliki 12 sampai 25 Hertz.

Dampak dari perbedaan tersebut menyebabkan nyanyian Whalien 52 tidak dapat didengarkan oleh paus-paus lainnya. Sehingga ia tidak bisa mencari kawanannya. Dan pada musim kawin, tak peduli seberapa keras Whalien 52 bernyanyi, ia tidak akan pernah bisa bertemu dengan pasangannya. Yaaa, denger aja gabisa, gimana mau respon? Makadari itu, Whalien 52 dijuluki sebagai "The Loneliest Whale 52".

Diketahui rentang hidup seekor paus bisa mencapai 40-50 tahun, apalagi paus biru, mereka bisa hidup 80-90 tahun lamanya. Coba bayangkan, Whalien 52 harus hidup sendirian di samudra yang luas dan dingin selama itu. Hal inilah yang menyebabkan orang-orang bersimpati pada Whalien 52. 

Orang-orang mulai mendesak para peneliti untuk segera menemukan paus malang ini. Saking ramainya dibicarakan, menurut Mary Ann Daher (seorang Ilmuwan Biota Laut), Whalien 52 ini memiliki popularitas setara dengan artis Hollywood.

Kemudian pada tahun 2015, para peneliti membentuk tim bioakustika untuk mencari Whalien 52 di Samudra Pasifik. Mereka menenggelamkan sebuah mesin yang akan memberi dan menerima frekuensi sebesar 52 Hertz dari Whalien 52. Tetapi hingga sekarang, belum ada respon sama sekali dari Whalien 52.

Makadari itu, saat ini pertanyaan terbesarnya adalah apakah Whalien 52 masih hidup? Jika iya, dimana dia sekarang? Lalu mengapa frekuensi nyanyiannya berbeda dengan paus-paus yang lain?

Fyi, cerita kesendirian Whalien 52 ini menginspirasi para seniman, penulis, ataupun musisi untuk berkarya. Mereka menggunakan nama Whalien 52 sebagai simbol kesepian. Sebagai salah satu contoh, boyband kesukaan saya, tak lain dan tak bukan; BTS.

BTS mengeluarkan sebuah lagu dengan judul "Whalien 52" pada album bertajuk The Most Beautiful Moment in Life, Pt.2. Pada lirik lagunya, BTS menggambarkan diri mereka saat debut sebagai Whalien 52, mereka tidak didengar dan tidak dianggap/diasingkan. Berikut adalah sedikit terjemahan lirik lagu "Whalien 52" dari BTS.

"Dunia takkan pernah tahu betapa sedihnya aku. Rasa sakitku seperti air dan minyak yang tak bisa bersatu. Jadi kau hanya melihat permukaan air dimana aku biasa bernapas. Lalu saat ketertarikanmu terhadapku berhenti, aku hanya seorang anak yang kesepian di samudra."

Dan..

"Ibuku berkata bahwa laut itu biru. Dia menyuruhku untuk berteriak sekeras yang aku bisa. Tapi, apa yang harus kulakukan? Disini terlalu gelap dan hanya ada paus-paus yang berbeda, berbicara dengan kata-kata yang berbeda. Aku tak bisa menahannya, aku ingin mengatakan aku cinta kamu, aku ingin melacak buku musikku, bagaikan putaran lagu yang selalu kunyanyikan. Lautan ini terlalu dalam. Tapi tetap saja aku beruntung, bahkan jika aku menangis, takkan ada yang mengetahuinya. Aku adalah Whalien."

Selain BTS, ada juga musisi lain yang mengangkat cerita Whalien 52, salah satunya adalah band rock asal Inggris yaitu Dalmatian Rex & The Eigentones yang membuat lagu dengan judul "The Loneliest Whale In The World".

Bagaimana? Apakah sekarang kalian sudah mengenali Whalien 52? Jika masih penasaran, kalian bisa menonton film dokumenter mengenai Whalien 52 yang berjudul: "The Loneliest Whale: Search for 52" yang rilis tahun 2021 lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun