Alhamdulillah senangnya kami semua. Karena ruangan kateter lagi dicat dan kami tidak kuat dengan baunya, kamipun menunggu di kamar hingga Mama dibawa ke kamar. Sampai kamar eh si Mama bisa-bisanya ngomel karena kami tadi enggak melihat saat beliau melambaikan tangan di ruang operasi lalu kami tidak menunggu di luar saat dia dibawa ke kamar. Ternyata proses operasi berjalan dalam keadaan sadar, si dokter mengajak mama ngobrol sehingga mama enggak tahu kalau saat itu ring dimasukkan lewat urat di tangan *kalau tidak salah ya*.
Keesokan harinya Mama keluar RS langsung ke bandara dan pulang Jakarta dengan obat segambreng. Bahkan sampai hari ini. Setelah operasi di bulan Februari, mama konsultasi lagi di bulan Mei, Agustus dan Februari tahun ini. Semoga setelah pemeriksaan Februari ini, obatnya dikurangi.
Satu lagi yang cukup terkesan tanpa bermaksud lebay,ehem.. Saat konsultasi sebelum operasi, dalam keadaan shock mendengar tentang kateter, adikku bergumam tentang biaya dan ini sepertinya didengar oleh sang dokter yang galak tapi ternyata berhati mulia. Begitu rincian tagihan keluar, biaya dokter sekitar 25 persen dihapuskan oleh beliau dan diganti dengan biaya obat-obatan.
Jujur saya enggak tahu dengan biaya operasi di Jakarta tapi bagi saya, harga obatnya saja lebih murah disana. Kenapa saya bilang begitu, di beberapa kesempatan, karena salah penghitungan aku dan adik saat membeli tiket dan kehabisan obat Mama, harga obat disini memang lebih mahal untuk merk yang sama dan walaupun generik, masih tetap mahal.
Oke deh, segitu dulu cerita saya, nanti saya cerita lagi gimana-gimananya pra dan pasca operasi serta operasi lainnya yang pernah kami alami disana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H