Sampah-sampah juga tidak terlihat berserakan, karena setiap tempat duduk disediakan kantong sampah. Bahkan petugas kebersihan juga mondar mandir mengambil sampah penumpang yang penuh dan digantikan dengan kantong sampah baru. Kamar mandi juga demikian, terlihat bersih dan lebih bagus, membuat penumpang makin betah memanfaatkan kereta api untuk bepergian.
Bukan hanya kereta ekonomi commuter line Dhoho - Penataran saja yang bisa membawa penumpang bepergian dari Blitar ke Malang atau sebaliknya. Saya pun memanfaatkan tiket promo dari kereta antar kota seperti Gajayana, Malabar, Majapahit dan sebagainya.Â
Biasanya tarif tiket promo ini berkisar antara Rp. 50.000 - Rp. 80.000. Dan tiket ini tersedia di aplikasi satu jam sebelum jadwal keberangkatan kereta. Tentunya ini makin memanjakan penumpangnya.
Selain ke Malang, saya juga seringkali memanfaatkan kereta api untuk bepergian ke Jakarta dan Bandung. Jika ke Jakarta saya pernah naik kereta Brantas, Singasari, Gajayana, Brawijaya, Majapahit dan Matarmaja, maka saat ke Bandung saya memanfaatkan kereta Parahyangan.Â
Sekali waktu saya mencoba naik kereta Brawijaya Priority yang fasilitasnya mewah. Di jakarta pula saya menyempatkan diri mencoba naik LRT (Light Rail Transit), orang bilang kereta hantu karena tidak ada masinisnya.Â
Bahkan saya sudah mencoba berbagai tempat duduk, dari ekonomi yang hadap-hadapan duduknya sampai eksekutif. Bersyukurnya saat ini Majapahit sudah New Generation.Â
Bahkan Singasari dan Brantas juga sudah New Generation, sehingga tidak ada lagi kursi yang berhadapan, meski posisi kursi ini bisa diputar sesuai keinginan penumpang. Kereta cepat Whoosh pun sudah pernah saya coba, meski belum sampai naik kereta feeder.Â