“Bapak Indu, masuk koran..!
“Bapak Indu, masuk koran...!”
Sorak-sorai beberapa bocah bernyanyi, saat melewati rumah kecil di pinggiran Jakarta. Indu, bocah kecil berdarah Sumatera, kelahiran Ibukota itu hanya terduduk diam menyaksikan dari tepi jendela. Tiada balasnya menyahut, dibiarkan saja mereka meneriaki ke arah rumahnya, sudah seminggu yang lalu, setiap kali kumpulan sebayanya berlari-lari melewati rumah kecil mereka yang tak lama lagi akan digusur, selalu saja meneriaki nama ayahnya, meski baginya teriakan riuh itu lebih sejuk daripada ocehan Satpol PP dengan speaker toa yang sudah menyurati mereka beberapa hari yang lalu. Tapi rasanya sedikit mengganggunya ketika bapaknya selalu disoraki kawanannya itu.
Semua itu bermula sejak nama ayahnya menjadi headline di beberapa koran, menjadi trending topic di jejaring media sosial, menjadi top news di beberapa televisi, hanya di berita entertaiment-lah sepi nama ayahnya, mungkin karena ayahnya bukan artis atau karena memang disana lebih suka gosip yang kadang terkesan murahan.
Semua itu bermula sejak nama ayahnya menjadi headline di beberapa koran, menjadi trending topic di jejaring media sosial, menjadi top news di beberapa televisi, hanya di berita entertaiment-lah sepi nama ayahnya, mungkin karena ayahnya bukan artis atau karena memang disana lebih suka gosip yang kadang terkesan murahan.
“Bapakmu masuk koran ya, Ndu?” tanya Ibunya yang buta aksara suatu ketika, sembari mengemasi dagangan gorengannya untuk dijajakan anak lelaki satu-satunya itu di sekolah.
“Lha, bapak salah apa, sampai masuk koran ?”
“Itulah, Ndu. Katanya banyak berita tentang bapakmu itu.”
“Aduh, bapak kok cari masalah ya?”
“Katanya bapakmu dilaporkan ke KPK!”
“Hah! bagaimana bisa?”