Urgensi pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat dimaklumi, karena  banyak ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial.
Pendekatan sosiologi digunakan sebagai  pendekatan untuk memahami agama. Hal ini dapat dimengerti karena banyak bidang studi agama hanya dapat dipahami secara relatif dan tepat dengan bantuan  sosiologi.Â
Sosiologi adalah ilmu yang  mempelajari koeksistensi dalam masyarakat dan mempelajari hubungan antara orang-orang yang mengatur kehidupan mereka. Sosiologi bertujuan untuk memahami sifat dan tujuan koeksistensi, cara di mana asosiasi terbentuk, tumbuh dan berubah, dan kepercayaan, keyakinan yang  memberi karakter pada koeksistensi ini di semua komunitas kehidupan manusia.Â
Sosiologi adalah  ilmu yang menggambarkan  keadaan masyarakat  dengan struktur, lapisan, dan berbagai fenomena sosial lainnya yang saling terkait. sosiologi ilmiah dapat digunakan untuk menganalisis fenomena sosial menurut faktor yang berkontribusi pada munculnya hubungan manusia, mobilitas  sosial dan keyakinan yang mendasari  proses tersebut. Dengan pendekatan sosiologis, agama mudah dipahami  karena agama itu sendiri diturunkan untuk tujuan sosial.
Dalam al-Quran misalnya, kita jumpai ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan kesengsaraan. Semua itu jelas baru dapat dijelaskan apabila yang memahaminya mengetahui sejarah sosial pada saat ajaran agama itu diturunkan.
Contoh Islam dapat ditemukan dalam kasus Nabi Yusuf, yang pernah menjadi budak dan kemudian menjadi penguasa Mesir. Sebagai contoh, jawaban atas pertanyaan mengapa Musa harus membantu nabi Harun dalam pemenuhan tugasnya pada tahun . Maka pertanyaan ini hanya dapat dijawab dan sekaligus akan ditemukan kebijaksanaan dengan bantuan sosial. ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu-ilmu sosial, - peristiwa sulit dijelaskan dan sulit dipahami. Di sinilah letak sosiologi sebagai salah satu alat untuk memahami ajaran agama. Pentingnya pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat dipahami karena masalah sosial melibatkan banyak ajaran agama. Luasnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini terus mendorong umat beriman untuk memahami ilmu-ilmu sosial sebagai sarana untuk memahami agamanya.
Kemunculan agama merupakan awal dari sebuah kebutuhan sosial yang menginginkan batasan (regulasi) dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara tentang agama tidak lepas dari aspek sosialnya, yang erat kaitannya dengan konsep-konsep keagamaan. Sebagaimana telah kita ketahui, agama berarti nasehat, nasehat kepada individu, masyarakat dan negara. Pada dasarnya agama dan masyarakat tidak dapat dipisahkan.Â
Karena agama bukanlah proses sosial yang mendasar, melainkan hidup dalam interaksi sosial. Dengan demikian, ia menjawab semua masalah sosial melalui agama. Terlepas dari kebutuhan masyarakat, agama harus memiliki pedoman. Misalnya, kehidupan sosial di desa, tetapi berbeda keyakinan.Â
Dijelaskan dalam tuntunan agama bahwa kita harus saling menghormati, bertoleransi dan menghormati sesama.Kemunculan agama merupakan awal dari sebuah kebutuhan sosial yang menginginkan batasan (regulasi) dalam kehidupan sehari-hari. Berbicara tentang agama tidak lepas dari aspek sosialnya, yang erat kaitannya dengan konsep-konsep keagamaan.Â
Sebagaimana telah kita ketahui, agama berarti nasehat, nasehat kepada individu, masyarakat dan negara. Pada dasarnya agama dan masyarakat tidak dapat dipisahkan.Â
Karena agama bukanlah proses sosial yang mendasar, melainkan hidup dalam interaksi sosial. Dengan demikian, ia menjawab semua masalah sosial melalui agama. Terlepas dari kebutuhan masyarakat, agama harus memiliki pedoman. Misalnya, kehidupan sosial di desa, tetapi berbeda keyakinan. Dijelaskan dalam tuntunan agama bahwa kita harus saling menghormati, bertoleransi dan menghormati sesama.
Menurut Ibnu Khaldun, manusia diciptakan sebagai makhluk politik atau sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan orang lain untuk menopang kehidupannya, sehingga kehidupannya dalam masyarakat dan organisasi sosial sangat diperlukan. Menurut Auguste Comte, sosiologi adalah studi positif tentang hukum-hukum dasar dari berbagai fenomena sosial, yang dibagi menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis.Â
Hendropuspito mendefinisikan struktur sosial sebagai rencana untuk menempatkan nilai-nilai sosial budaya dan tubuh masyarakat pada posisi yang dianggap tepat untuk berfungsinya organisme masyarakat secara keseluruhan dan untuk kepentingan semua. Bagian dari nilai-nilai sosial adalah ajaran agama, ideologi, aturan, moral dan aturan tata krama yang dimiliki masyarakat. Pada saat yang sama, organ-organ masyarakat berupa kelompok-kelompok sosial, lembaga-lembaga atau lembaga-lembaga sosial yang berusaha mewujudkan nilai-nilai tertentu secara nyata dan menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan.
Pendekatan sosiologis dalam studi islam membuat pengertian bersosial yang utuh, bermasyarakat yang saling menghormati, bertoleransi, menghargai, dan memiliki kepiawaian saat menjalankan normal-normal sosial yang berlaku. Tidak cukup sampai disitu, studi islam juga menjelaskan bahwa setiap individu harusnya belajar untuk meningkatkan keahlian bersosialnya menjadi solidaritas kebersamaan dengan sifat kekeluargaan.
Sosiologi agama melibatkan analisis sistematis fenomena keagamaan dengan menggunakan konsep dan metode sosiologis. Demikianlah lembaga-lembaga keagamaan dipelajari dan dianalisis struktur dan prosesnya, serta hubungannya dengan lembaga lain, perkembangan, penyebaran dan keruntuhan agama karena prinsip-prinsip umum yang timbul darinya. Metode kontrol sosial melalui aktivitas keagamaan ditekankan, serta aspek sosial-psikologis perilaku kolektif dalam kaitannya dengan aktivitas keagamaan. Ajaran agama dianalisis dalam kaitannya dengan struktur sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H