Nah salahsatu teks lagu atau yel yel adalah " ayo garuda buat malu Thailand" kurang lebih seperti itu. Kelimurologinya di sini. Apa memang pemain Thai itu tahu lagu tersebut. Jelas tidak kan -karena pakek Bahasa Indonesia. Tapi pas kata "Thailand" pasti pada tahu. Nah jangan jangan lagu ini malah dikira support pemain Thai, karena mengandung kata Thailand tersebut. Lalu selesai pertandingan tentunya malah kita yang malu. Tidak bisa ngalahin sepuluh pemain.
Then pas Witan Sulaeman tidak bisa ngegolin ke gawang yang kosong, coach STY juga bicara di wartawan bahwa itu seharusnya gol. Alasannya tinggal nyodok atau sepak saja ke gawang yang kosong. Atau mungkin digiring sebentar, karena jarak masih ada 20an meter, lalu ditendang ke arah gawang. Bukannya saya mendukung witan ya.Â
Memang sih tinggal tending atau giring sebentar. Tapi proses Witan mendapat bola tersebut kan juga kudu kita apresiasi. Itu berawal dari blunder kiper Thai yang terlalu maju (babak pertama awal kipper Thailand sering ke depan), kemudian Witan nekat mendekat dan dapat bola muntahan. Nah usaha awal Witan ini yang juga perlu diperhitungkan. Bahwa pergerakan Witan mendapat bola muntah itu tidak mudah.
Lalu ada spanduk besar yang menempel di tembok pembatas penonton bagian suporter itu. Â Tulisannya seingat saya "Terbanglah Garuda ke langit tinggi".Â
Dari kejauhan, antara kapital R dan B itu mirip, kemudian agak melorot ke bawah. Jadi seakan akan tertulis: TERRANGLAH Garuda dst. Ya memang tidak terlalu masalah. Cuman kalau diperhatikan lagi. Arti kata "terbanglah garuda", itu seandainya analog garuda dengan burung elang ....bukankah saat terbang itu dia belum menang. Masih nyari makanan.Â
Kemudian turun sayapnya menghunjam ke bumi. Lalu dipatuklah makanan di darat. Kemudian dimakannya si korban itu ...bisa di darat, bisa di pohon atau di sarang dia. Takutnya Ketika ada perintah terbanglah Garuda itu ....nyuruh garuda pergi. Atau malah lari dari kenyataan. Â
Hasil seri tetap perlu disyukuri, ketimbang kalah. Sepenglihatan saya, yang bermain bagus adalah para pemain naturalisasi. Terutama soal attitude, sejauh ini saya pandang kemarin mereka memberi contoh atau tauladan baik. Seperti ilija spaso saat siap-siap menerima kiriman bola dari pemain pribumi, ternyata tendangan si pribumi melenceng. Spaso juga tidak bisa mengejar. Namun ada bahasa tubuh Spaso yang kira-kira menyiratkan memaafkan, alias tidak apa apa. Kemudian saat Klok akan menendang penalty.Â
Wasit dan kiper Thailand cukup lama mempersiapkan diri (mungkin si kiper agak nyari kesempatan berdiri di depan garis). Tahu apa yang dikerjakan Klok semasa menunggu wasti meniup peluit untuk tendangan penalty? Klok tidak mengerjakan apa apa. Hanya diam menatap bola. Benar benar diam berdiri, matanya melotot ke arah bola. Konsentrasi, itu mungkin yang bisa ditiru.
Semoga hal-hal keliru di atas tidak kita temui lagi pada pertandingan berikutnya. Memang ada perasaan sesal sih. Ibarat punai sudah di tangan dilepaskan. Sudah unggul 1-0, lalu musuh tinggal 10 orang, pertandingan hampir selesai, artinya kemenangan sudah di depan mata.Â
Hanya sekali blunder sayap kanan kita, kemudian kipper terlalu ke depan, dan lawan bisa menceploskan bola ke gawang kita. Yaaa sebagai penghibur, jadi ingat sejarah. Tahun 1987 ketika seagames di Jakarta, kita mendapat gold -emas pertama kalinya. Waktu itu di penyisihan grup kita juga ditahan Thailand 0-0. Kemudian di final kita mengalahkan Malaysia 1-0.Â
Ya siapa tahu sejarah berulang ............. l'historie se repete.