Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Quo Vadis the Minions

16 Juni 2022   21:35 Diperbarui: 16 Juni 2022   21:44 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari https://www.kompas.com

LAGI -lagi Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon terhenti di tengah jalan. Kalau biasanya semifinal, sekarang malah 16 besar. Dalam turnamen Indonesia Open di Istora Senayan hari Kamis Pon (16/6/2022), Kevin/Marcus alias the minions dihentikan lajunya oleh pasangan Korea bernama Kang Min Hyuk/Seo Seung Jae.dua gim 14-21, 12-21. Unggulan pertama tumbang dalam waktu 34 menit. Quo Vadis Minions. Ke mana arah minions ke depan. Apakah sekarang masanya "Sandya Kalaning the Minnion". Jadi ingat sebuah karya sastra "Sandyakala Ning Madjapahit" yang merupakan drama sejarah ditulis Sanusi Pane pada tahun 1930-an. Drama itu bercerita tentang masa-masa menjelang keruntuhan kerajaan Majapahit.

Relevankah dengan Minion saat ini. Apakah memang sudah menjelang keruntuhan atau sandya kala-nya. Beberapa bulan ini the Minnion "mentok" di pertandingan semifinal -seperti di All England dan Indonesia Master seminggu yang lalu. Sempat juara di bulan Novemer 2021 di Bali dalam turnamen Indonesia Master. Lalu di Indonesia Master 2022, Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya kalah di semifinal melawan pemain Tiongkok ranking 424 dunia, Liang Wei Keng/Wang Chang. Ganda China yang memulai laga dari babak kualifikasi itu menyingkirkan Marcus/ Kevin dengan straight set atau dua gim langsung 21-17 dan 21-10.

Kalau diperhatikan saat semifinal Ina Master seminggu yang lalu, ada gelagat ketidak akuran. Pasti tidak hanya saya, banyak yang melihat waktu di set kedua (mendekati akhir pertandingan), minnions sudah ogah-ogahan bermain. Ketika coach Herri IP memberikan instruksi di sela istirahat interval pun, tampak momen Kevin yang memalingkan muka. Seperti menghindar eye contact dengan pelatih dan dengan sekondannya Marcus Gideon. Sebenarnya tidak hanya di Indonesia Master kali ini, dari olimpiade Tokyo tahun lalupun gelagat Kevin yang menunjukkan bahasa tubuh kurang nyaman dan malas melanjutkan permainan sudah mulai tampak. Minimal malas bersalaman atau adu tangan setiap saat. Seperti para pemain ganda pada umumnya.

Permainan ganda -terutama di bulutangkis- memang menyatukan antara dua pemain untuk melawan dua pemain lain. Sehingga musuh bisa jadi tidak hanya lawan, tapi kawan -agar selalu mengerti ke mana arah gerakan dan pukulan. 

Zaman dulu dunia bulutangkis sempat terkejut dan takjub karena Sigit Budiarto/ Candra Wijaya menjadi juara dunia 1997 di usia mendekati 22 tahun. Namun mendekati olimpiade 2000 Candra berganti pasangan baru -dengan Tony Gunawan. Hasilnya emas olimpiade. Di putaran final Thomas 2002, Candra dan Sigit dipasangkan kembali. Puncaknya Ketika Sudirman Cup dan Kejuaraan Dunia tahun 2003. Di kejuaraan beregu Candra/ Sigit kalah dari pasangan dadakan Tiongkok -Cai Yun/ Zhang Wei. Kemudian saat final kejuaraan dunia (waktu itu Sudirman Cup dan World Cup jadi satu) Sigit/ Candra kalah melawan pasangan Denmark. Namun ketika Olimpiade 2004, Candra berpasangan dengan Halim Haryanto, dan SIgit dengan Trikus Heryanto.

Legenda lain, pasangan Ricky/ Rexy juga pernah mengalami masa cold war atau diem-dieman. Rexy pernah menyeritakan soal itu di depan pers. Namun saat itu pelatih mereka -koh Christian Hadinata- pernah memberikan pujian bahwa bedanya Ricky/ Rexy saat berajaya dulu adalah, tidak ada momen ketika keduanya bermain jelek itu berbarengan. Saat Ricky main buruk, Rexy baik. Ketika Rexy yang buruk, Ricky bermain baik.

Mungkin pengalaman yang menempa Rexy selama bermain dulu sehingga ketika melatih pasangan dunia (dimulai dari Inggris mixed double Nathan Robertson/ Gill Emms, lalu Koo Kien Keat/ Tan Boen Heong dan Mohd Zakry/ Mohd Fairuzizuan keduanya dari Malaysia) coach Rexy memperkenalkan cara salam tempel setiap saat -entah mendapat poin atau tidak. Aksi ini ditiru oleh semua pemain ganda sekarang. Salam tempel antar teman dalam satu pasangan itu pertama kali dibiasakan oleh Rexy kepada anak didiknya. Tentunya banyak manfaat dari tindakan ini. Namun kemarin -saat semifinal Indonesia master- pasangan kita the minion ini kehilangan momen tersebut.

Titik puncak karier pemain bulutangkis adalah mendapat emas olimpiade. Minion yang menempati posisi ranking 1 (satu) dunia sejak Maret 2017, gagal ke semifinal waktu olimpiade Tokyo tahun lalu. Sayang memang adanya pandemi covid kemarin memundurkan Olimpiade yang semestinya tergelar tahun 2020 menjadi tahun 2021. Barangkali minion akan lebih berpeluang untuk meraih emas seandainya olimpiade tergelar tahun 2020.

Pilihan masa depannya ada 3 (tiga), pertama pertahankan, kedua ganti pasangan, ketiga ganti pasangan dengan kemungkinan untuk kembali lagi. Alternatif ketiga ini kita istilahkan dengan refreshing atau refreshment.

Untuk pilihan dipertahankannya minion, dengan positive thinking bahwa melaju ke semifinal merupakan sebuah prestasi juga. Ibaratnya masih mampu membabat ganda luar negeri yang masih muda -misalnya pasangan Malaysia yang awal tahun ini menjura Jerman Open, Goh Sze Fei/ Nur Izzudin- disingkirkan minion di partai perempat final. Untuk itu variasi bermain dari minion perlu dirubah dengan lebih sering menaruh Kevin di posisi belakang -atau sebagai penggebuk. Konsekuensinya Marcus harus siap lebih banyak main di depan net. Selain faktor usia Marcus yang sudah melampaui kepala 3 (tiga) juga cedera kaki yang menerpa belakangan ini sepertinya membuat Marcus belum fit 100 persen.

Kekakuan hubungan Marcus Kevin (seperti yang terlihat saat set kedua melawan TIongkok kemarin) dapat diatasi dengan metodenya Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Polii mendapat emas olimpiade juga pada usia yang tidak muda lagi -yaitu 33 tahun. Greysia pernah mengatakan bahwa dirinya mengidola Gao Ling (pemain putri ganda campuran asal Tiongkok yang mendapat emas olimpiade 2 (dua) kali) karena Gao Ling selalu tersenyum ketika bermain, entah mendapat poin atau tidak. Makna di balik senyuman ini adalah: pengertian. Pengertian diantara sesama pasangan -bahwa mereka bukan super player, kadang bisa kalah- yang akan membuat permainan enjoy. Kita lihat waktu final olimpiade Tokyo lalu, pasangan Greysia dan Apri selalu tersenyum sepanjang pertandingan. Santai dan nikmati pertandingan, kurang lebih demikian.

Selama ini, Kevin selain bermain dengan metode super cepat, juga melalui psywar berupa ketengilannya, yaitu upaya mengerjai lawan. Dua pasangan luar negeri yang sering temperamen menghadapi tengilnya Kevin adalah Liu Yuchen/ Li Junhui dari Tiongkok, dan Tan Wee Kiong/ Goh Vee Shem dari Malaysia. Memang efektif, mampu mengaduk emosi lawan. Namun tidak cocok ketika dipraktikan ke Yura Watanabe (Jepang) yang terkesan cuek terhadap ketengilan lawan dan tetap bisa mengalahkan minion pada final All England dua tahun lalu.

Semestinya seiring dengan usia yang makin bertambah, Kevin musti mengurangi sifat tengil dan bermain dengan lebih dewasa. Hendra/ Ahsan bisa menjadi role model untuk hal ini.

Yang kedua adalah ganti pasangan. Langkah ini ditempuh bila pasangan minion dianggap sudah tidak bisa dipertahankan. Misalnya karena faktor cedera Marcus yang berkepanjangan, atau karena faktor usia Marcus Gideon, dan bisa juga faktor usia Kevin (26 tahun) sehingga coverage area permainanya tidak lagi sepenuh dulu. Kevin bisa jadi akan berniat main sampai usia 30 tahun, untuk itu perlu disupport pemain tipe penggebuk, yang usianya lebih muda. Sewaktu penyisihan Thomas Cup kemarin sempat dicoba pasangan Kevin/ Bagas dan juga Kevin/ Moh Ahsan. Padahal Bagas punya pasangan sendiri yaitu Fikri (Fikri/ Bagas adalah juara All England 2022) dan pasangan Ahsan adalah Hendra Setiawan. Hasilnya tidak mengecewakan. Namun sepertinya PBSI lebih memilih Kevin/ Ahsan sehingga dimainkan lebih banyak daripada Kevin/ Bagas.

Namun seandainya Kevin mendapat pasangan baru, bagaimana dengan Marcus Gideon? Pilihan yang agak sulit. Marcus -yang merupakan putra pemain bulutangkis nasional, Kurniahu- masuk pelatnas karena pernah menjuarai Perancis Terbuka 2013 bersama dengan Markis Kido (almarhum), mewakili klub Jaya Raya saat itu, yang memulai dari babak kualifikasi. Bisa jadi pasangan Marcus nanti adalah pemain yunior pelatnas, atau dari klub. Dan memulai laga dari awal -babak kualifikasi. Pelatnas Cipayung harus lebih bijak untuk memilih pasangan baru, seandainya memang langkah ini yang dipilih.

Ketiga adalah refreshing atau refreshment. Pilihan untuk sementara berganti pasangan -dengan kemungkinan untuk kembali lagi (apabila permainan dengan pasangan baru tidak berkembang). Beberapa ganda dunia pernah diujicoba dengan pilihan ini. Contoh di atas yaitu Sigit/ Candra bisa dikemukakan. Juara dunia 1997, kemudian Candra dipasangkan Tony (1999-2001), kemudian balik lagi Candra/ Sigit (2001-2003), kemudian sekira tahun 2005 Candra lagi-lagi berpasangan dengan Tony yang waktu itu pindah kewarganegaraan Amerika Serikat. Pasangan lain Cai Yun/ Fu Haifeng dari Tiongkok. Selepas gagal di final olimpiade 2008 -kalah melawan pasangan kita Hendra Setiawan/ Markis Kido- si Cai Yun dan Fu Haifeng dipisah. Namun mendekati olimpiade London 2021 dipasangkan kembali, dan mampu meraih emas Olympic.

Pasangan Hendra/ Ahsan juga pernah melewati masa itu. Selepas Hendra dengan almarhum Kido (terakhir olimpiade 2012) dan Ahsan dengan Bona Septano (adiknya Markis Kido) maka jadilah pasangan Hendra/ Ahsan. Namun kemudian karena prestasi tidak berkembang, Ahsan berpasangan dengan Rian Agung Saputro -yang sempat melaju ke final kejuaraan dunia tahun 2017. Lalu Hendra malah sempat bermain lintas negara berpasangan dengan Tan Boen Heong (Malaysia) dan pernah juga mencoba peruntungan main di ganda campuran dengan orang Rusia.

Contoh lain misalnya Tan Boen Heong/ Koo Kien Keat yang pernah dipisah namun akhirnya balik lagi. Demikian juga Goh Vee Shem/ Tan Wee Kiong yang pernah meraih perak olimpiade Rio 2016, namun setelah itu dipisah, dan akhirnya balik lagi. Kalau mengutip nyanyian Raffi Ahmad dkk, ini mirip lagu "Putus Nyambung" (2013), tapi makna lebih dalam di balik itu adalah adanya mekanisme penyegaran pasangan. Manakah yang akan dipilih? It's a choice.

Memang mengecewakan kekalahan minion kemarin. Namun melihat bagaimana mereka berjaya sejak 2017-2021 tidak terputus menduduki kursi ranking satu dunia, maka kita tetap harus berterimakasih kepada duo ini. Bahkan bisa sampai ke putaran semifinal dengan berbagai handicapped, tentunya itu sebuah prestasi juga.

Patut diapresiasi bahwa the minion selama ini seperti menciptakan madzhab atau aliran ganda baru -yang belakangan banyak dianut ganda muda di belahan dunia manapun. Kecepatan, atau speed tentu saja, kemudian sedikit seni (art) dan psywar ala-ala Kevin. Soal flick service Kevin bisa jadi masih yang terbaik di dunia saat ini. Kemudian seni atau art terkait pukulan aneh-aneh terutama ketika defends, dan cegatan bola smes dari lawan namun dipotong di depan net (artinya saat bola atau shuttlecock melaju paling kencang). Jadi mengingatkan gaya petenis era 90-an Jim Courier dari USA yang memukul bola saat ball on the rise, jadi bola pas keadaan kenceng. Komentator tenis Benny Mailili (almarhum) menyebutnya dengan "bola kepret". Oma Gilian Clark -penyiar televisi, mantan pemain ganda Inggris- sering memuji kecepatan minion ini, apalagi dengan tinggi badan Kevin plus Marcus yang tidak sampai 170 senti.

Memang akan banyak yang kehilangan kalau minion bubar. Selan karena sudah 5 (lima) tahunan, bahkan sampai bulan ini. the minion berperingkat nomor 1 (satu) dunia. Untuk sementara, kekakuan hubungan Marcus dengan Kevin -seandainya memang benar- dapat diatasi dengan metodenya Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Polii mendapat emas olimpiade juga pada usia yang tidak muda lagi -yaitu 33 tahun. Greysia pernah mengatakan bahwa dirinya mengidola Gao Ling (pemain putri ganda campuran asal Tiongkok yang mendapat emas olimpiade 2 (dua) kali) karena Gao Ling selalu tersenyum ketika bermain, entah mendapat poin atau tidak. Makna di balik senyuman ini adalah: pengertian. Atau "pangerten" in javanesse. 

Olimpiade Paris masih 2 (dua) tahun lagi, masih banyak pentas yang musti diikuti. Selamat mengambil choice yang akan dipilih demi masa depan. Selain demi masa depan mereka berdua, masa depan ganda Indonesia, bahkan juga madzhab atau aliran ganda bulutangkis terkemuka dunia. Semoga sukseesssss. 

#indonesia Open #indonesiaOpen #indonesiaopen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun