Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Quo Vadis the Minions

16 Juni 2022   21:35 Diperbarui: 16 Juni 2022   21:44 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari https://www.kompas.com

Selama ini, Kevin selain bermain dengan metode super cepat, juga melalui psywar berupa ketengilannya, yaitu upaya mengerjai lawan. Dua pasangan luar negeri yang sering temperamen menghadapi tengilnya Kevin adalah Liu Yuchen/ Li Junhui dari Tiongkok, dan Tan Wee Kiong/ Goh Vee Shem dari Malaysia. Memang efektif, mampu mengaduk emosi lawan. Namun tidak cocok ketika dipraktikan ke Yura Watanabe (Jepang) yang terkesan cuek terhadap ketengilan lawan dan tetap bisa mengalahkan minion pada final All England dua tahun lalu.

Semestinya seiring dengan usia yang makin bertambah, Kevin musti mengurangi sifat tengil dan bermain dengan lebih dewasa. Hendra/ Ahsan bisa menjadi role model untuk hal ini.

Yang kedua adalah ganti pasangan. Langkah ini ditempuh bila pasangan minion dianggap sudah tidak bisa dipertahankan. Misalnya karena faktor cedera Marcus yang berkepanjangan, atau karena faktor usia Marcus Gideon, dan bisa juga faktor usia Kevin (26 tahun) sehingga coverage area permainanya tidak lagi sepenuh dulu. Kevin bisa jadi akan berniat main sampai usia 30 tahun, untuk itu perlu disupport pemain tipe penggebuk, yang usianya lebih muda. Sewaktu penyisihan Thomas Cup kemarin sempat dicoba pasangan Kevin/ Bagas dan juga Kevin/ Moh Ahsan. Padahal Bagas punya pasangan sendiri yaitu Fikri (Fikri/ Bagas adalah juara All England 2022) dan pasangan Ahsan adalah Hendra Setiawan. Hasilnya tidak mengecewakan. Namun sepertinya PBSI lebih memilih Kevin/ Ahsan sehingga dimainkan lebih banyak daripada Kevin/ Bagas.

Namun seandainya Kevin mendapat pasangan baru, bagaimana dengan Marcus Gideon? Pilihan yang agak sulit. Marcus -yang merupakan putra pemain bulutangkis nasional, Kurniahu- masuk pelatnas karena pernah menjuarai Perancis Terbuka 2013 bersama dengan Markis Kido (almarhum), mewakili klub Jaya Raya saat itu, yang memulai dari babak kualifikasi. Bisa jadi pasangan Marcus nanti adalah pemain yunior pelatnas, atau dari klub. Dan memulai laga dari awal -babak kualifikasi. Pelatnas Cipayung harus lebih bijak untuk memilih pasangan baru, seandainya memang langkah ini yang dipilih.

Ketiga adalah refreshing atau refreshment. Pilihan untuk sementara berganti pasangan -dengan kemungkinan untuk kembali lagi (apabila permainan dengan pasangan baru tidak berkembang). Beberapa ganda dunia pernah diujicoba dengan pilihan ini. Contoh di atas yaitu Sigit/ Candra bisa dikemukakan. Juara dunia 1997, kemudian Candra dipasangkan Tony (1999-2001), kemudian balik lagi Candra/ Sigit (2001-2003), kemudian sekira tahun 2005 Candra lagi-lagi berpasangan dengan Tony yang waktu itu pindah kewarganegaraan Amerika Serikat. Pasangan lain Cai Yun/ Fu Haifeng dari Tiongkok. Selepas gagal di final olimpiade 2008 -kalah melawan pasangan kita Hendra Setiawan/ Markis Kido- si Cai Yun dan Fu Haifeng dipisah. Namun mendekati olimpiade London 2021 dipasangkan kembali, dan mampu meraih emas Olympic.

Pasangan Hendra/ Ahsan juga pernah melewati masa itu. Selepas Hendra dengan almarhum Kido (terakhir olimpiade 2012) dan Ahsan dengan Bona Septano (adiknya Markis Kido) maka jadilah pasangan Hendra/ Ahsan. Namun kemudian karena prestasi tidak berkembang, Ahsan berpasangan dengan Rian Agung Saputro -yang sempat melaju ke final kejuaraan dunia tahun 2017. Lalu Hendra malah sempat bermain lintas negara berpasangan dengan Tan Boen Heong (Malaysia) dan pernah juga mencoba peruntungan main di ganda campuran dengan orang Rusia.

Contoh lain misalnya Tan Boen Heong/ Koo Kien Keat yang pernah dipisah namun akhirnya balik lagi. Demikian juga Goh Vee Shem/ Tan Wee Kiong yang pernah meraih perak olimpiade Rio 2016, namun setelah itu dipisah, dan akhirnya balik lagi. Kalau mengutip nyanyian Raffi Ahmad dkk, ini mirip lagu "Putus Nyambung" (2013), tapi makna lebih dalam di balik itu adalah adanya mekanisme penyegaran pasangan. Manakah yang akan dipilih? It's a choice.

Memang mengecewakan kekalahan minion kemarin. Namun melihat bagaimana mereka berjaya sejak 2017-2021 tidak terputus menduduki kursi ranking satu dunia, maka kita tetap harus berterimakasih kepada duo ini. Bahkan bisa sampai ke putaran semifinal dengan berbagai handicapped, tentunya itu sebuah prestasi juga.

Patut diapresiasi bahwa the minion selama ini seperti menciptakan madzhab atau aliran ganda baru -yang belakangan banyak dianut ganda muda di belahan dunia manapun. Kecepatan, atau speed tentu saja, kemudian sedikit seni (art) dan psywar ala-ala Kevin. Soal flick service Kevin bisa jadi masih yang terbaik di dunia saat ini. Kemudian seni atau art terkait pukulan aneh-aneh terutama ketika defends, dan cegatan bola smes dari lawan namun dipotong di depan net (artinya saat bola atau shuttlecock melaju paling kencang). Jadi mengingatkan gaya petenis era 90-an Jim Courier dari USA yang memukul bola saat ball on the rise, jadi bola pas keadaan kenceng. Komentator tenis Benny Mailili (almarhum) menyebutnya dengan "bola kepret". Oma Gilian Clark -penyiar televisi, mantan pemain ganda Inggris- sering memuji kecepatan minion ini, apalagi dengan tinggi badan Kevin plus Marcus yang tidak sampai 170 senti.

Memang akan banyak yang kehilangan kalau minion bubar. Selan karena sudah 5 (lima) tahunan, bahkan sampai bulan ini. the minion berperingkat nomor 1 (satu) dunia. Untuk sementara, kekakuan hubungan Marcus dengan Kevin -seandainya memang benar- dapat diatasi dengan metodenya Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Polii mendapat emas olimpiade juga pada usia yang tidak muda lagi -yaitu 33 tahun. Greysia pernah mengatakan bahwa dirinya mengidola Gao Ling (pemain putri ganda campuran asal Tiongkok yang mendapat emas olimpiade 2 (dua) kali) karena Gao Ling selalu tersenyum ketika bermain, entah mendapat poin atau tidak. Makna di balik senyuman ini adalah: pengertian. Atau "pangerten" in javanesse. 

Olimpiade Paris masih 2 (dua) tahun lagi, masih banyak pentas yang musti diikuti. Selamat mengambil choice yang akan dipilih demi masa depan. Selain demi masa depan mereka berdua, masa depan ganda Indonesia, bahkan juga madzhab atau aliran ganda bulutangkis terkemuka dunia. Semoga sukseesssss. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun