Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

BJ Habibie sebagai The Last Man Standing

15 September 2019   13:56 Diperbarui: 16 September 2019   10:49 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian ada jawaban "Kalau bicara matanya seperti penari Bali", karena memang gesture pak Habibie kalau berbicara sangat bersemangat sehingga mata beliau melotot seperti mau keluar. Kartunis GM Sudarta (kompas) pernah juga menyindir ketika pak Habibie bilang utamakan pendidikan di dalam negeri, lalu komentar Oom Pasikom, "Bapak aja lulusan Jerman". Cak Nun/ Emha Ainun Nadjib pernah berkomentar saat pak Habibie memberi pidato pertama kali ketika diangkat menjadi ketua ICMI, tulis Emha di koran Suara Merdeka, "Orang madura bisa kasih komentar. Organisasi islam cap opo iki. Mosok ketuanya organisasi islam mengucapkan salam ndak teteh," hehehe kurang lebih begitu (keterangan: kata "teteh" dalam bahasa jawa berarti tartil atau lancer, atau fasih). Pak Habibie memang sering kagok kalau mengucapkan Assalamu alaikum Wr Wb. Lalu nama beliau diplesetkan anak Abg zaman old kala itu dengan teka teki, "Presiden kita yang paling seksi siapa?", dijawab: Paha bibie.

Beliau jelas tidak marah. Lihatlah ketika cak Lontong di acara Mata Najwa yang berlokasi syuting di kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, pada tahun 2015. Cak Lontong ngerjain pak Habibie yang --sepertinya berada di luar negeri- ditayangkan wajahnya melalui tele conference saat itu. Cak Lontong mengatakan, "Waktu kecil kalau ditanya cita cita, saya katakan keinginan saya menjadi Habibie. Tapi lama kelamaan saya merasa cita-cita itu salah. Karena ketika SMP tinggi badan saya sudah melebihi pak Habibie.... " Pak habibie tampak tertawa terkekeh kekeh. Dia tidak marah pun tidak menunjukkan wajah yang masam babar blas.

Suatu saat televisi nasional menayangkan wawancara dengan HBL Mantiri. Seingat saya di TVRi, dan Mantiri ini seorang jenderal yang pernah ditolak Australia saat diajukan pemerintah menjadi Dubes RI untuk mereka. Mantiri dengan lantang mengatakan bahwa kerusuhan yang terjadi di tanah air akibat kebijakan presiden Habibie yang melepaskan para tapol. Bayangkan, ada teve nasional menayangkan kritikan ke presidennya. Kemudian pernah juga PM Singapore Lew Kuan Yew yang mencibir kemampuan Habibie dalam memimpin Indonesia mengatasi krisis. Namun Habibie membuktikan bahwa dirinya mampu. Dari pertumbuhan minus, kemudian dari kurs yang sampai Rp 17 ribu (per dolar), semua dinormalkan olehnya. Kuncinya: kerja keras. Habibie pernah bercerita bagaimana dia bekerja keras adalah dengan memulai hari dengan berenang, mengisi dengan puasa nabi Daud, dan membaca buku (kata pak Rudi: Bu Ainun tidak perlu repot repot mencari saya, saya pasti ada di ruang perpustakaan).

Konsep "Start from the end and finish at the beginning".

Sekitar satu setengah tahun yang lalu saya bantu-bantu tim PDA Tempo menyusun buku 40 Tahun BPPT. Komandan tim dari Pusat Data Analisis Tempo waktu itu adalah Agus Supriyanto (adik angkatan di FEB UGM). Saat diwawancara, semua mantan kepala BPPT dan para deputinya menyebut 1 (satu) nama yang menginspirasi mereka. Ya, dia adalah Bacharuddin Jusuf Habibie. Salah satu konsepnya mengenai "Start from the end and finish at the beginning" atau artinya: Bermula di akhir, berakhir di awal. Berhubung sudah agak lama wawancaranya, saya jadi lupa makna kalimat tersebut.

Ketika saya upload hal ini di FB, komentar Agam Fatchurahman (kakak angkatan di FEB Universitas Gadjah Mada) menyatakan konsep itu semacam ATM atau Amati Tiru Modifikasi, lanjutnya "(konsep ini) sekarang ini yang dilakukan oleh brand besar. Mulai dari konsep yang mau dijual apa. Membangun organisasi, riset, pemasaran, keuangan, untuk produksi bisa outsource. Nah, Habibie seperti itu, tapi dengan sourcing dari dalam negeri. Ia menjual pesawat di hilir, dengan applied research, sourcing sana sini, agar menguasai keterampilan assembling, pemasaran, baru ke Hulu".

Kalau logika saya, kita jangan lagi melakukan research and development (RND), tapi karena Negara lain atau pihak lain sudah melakukan -maka kita tinggal menyomot RND mereka. Mungkin mirip mirip Malaysia yang memiliki mobnas Proton yang memakai teknologi Mitsubishi dari Jepang.

Kalau kata wikipedia,  "In developing Indonesia's aviation industry, BJ.Habibie adopted an approach called "Begin at the End and End at the Beginning". In this method, elements such as basic research became the last things upon which to focus, whilst actual manufacturing of the planes was placed as the first objective." Sedangkan sumber lain menyebutkan, "One of his (BJ Habibie) bold approaches involved introducing a progressive manufacturing plan to develop strategic industry. Technological development often follows a basic plan that starts with basic research and ends with advanced technologies. For his progressive manufacturing plan, Habibie changed the order so it began with mastering advanced technologies -- by technology transfer through licensed production -- and ended with basic research. His argument was that Indonesia didn't have the knowledge and resources to develop industry if this started from basic research. This approach is proven to be working for IPTN. A majority of IPTN's aircraft were developed from other models, whose licences had been bought. These include NBO 105 light multipurpose helicopters, a model derived from Germany's Blkow Bo 105 helicopter, and NC 212 medium transport aircraft from Spain's CASA C-212 Aviocar." dikutip dari sini .

Siapa musuh pak Habibie? Di puncak karier pak Habibie pasti ada teman, pasti ada musuh. Beberapa teman kuliah pak Habibie, yang notabene anak teknik, atau IPA, disuruh mengurusi politik. Misalnya temen kosnya di Jerman dulu adalah Prof Wardiman (adik kelas lebih tepatnya), ahli kapal yang dijadikan Menteri pendidikan dan kebudayaan. Atau JA Katili yang ahli geologi, menjadi Wakil Ketua DPR/ MPR tahun 1992-1997. Kemudian juga Rahardi Ramelan yang menjadi Kepala Bulog. Mungkin hubungan beliau dengan pak Rahardi yang putus sambung (atau sambung putus). Dari seseorang yang sangat dipercaya ketika Rudi Habibie menjadi presiden (Rahardi Ramelan menteri yang merangkap di beberapa kementerian), dan kemudian terkena kasus yang membuat Rahardi masuk hotel prodeo. Sayangnya sang presidennya pun --atau mantan presiden- tidak mampu menolong sohibnya tersebut. Kemungkinan lain, Habibie memang berusaha menegakkan hukum -tanpa intervensi dirinya.

Jokes Lainnya

Bagi saya -di era mahasiswa dulu- BJ Habibie juga menjadi sumber tulisan mengomentari tingkah polahnya. Dulu tahun 1999/ 2000, BEM Fakultas Ekonomi UGM menyediakan honor bagi tulisan yang dimuat di majalah dinding. Lumayan saat itu dapat Rp 25 ribu per tulisan (dibandingkan dengan makan harian mahasiswa Yogya yang cukup Rp 2.000,00 dengan daging ayam dan segelas es teh. Belum lagi kalau makannya di bunderan UGM tempat ibu-ibu Kagama menggelar edisi nasi krismon yang cukup Rp 500, 00 dapat telur dan kerupuk). Ada satu tulisan saya saat itu yang dimuat membahas tentang Presiden RI dari Presiden pertama sampai keempat. Judulnya "Siapa Sekarang Common Enemy Kita".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun