Menangislah suporter Jepang ketika menit 90+4 gawang kiper Kawashima jebol. Dan memang kameramen World Cup 2018 sempat mengambil gambar tangisan dari salah seorang penonton Jepang di bangku stadion Rostov Arena, Russia. Finally, Jepang kalah 2-3 kontra Belgia. Padahal tim besutan coach Akira Nishino ini sudah unggul 2-0 terlebih dahulu.Â
Jepang tidak bisa menyamai prestasi Korea Utara di Piala Dunia 1966 dan Korea Selatan di Piala Dunia 2002 saat Korea-korea itu bisa lolos fase kedua, secara mereka mewakili Asia. Bagi Belgia, prestasi fabulous comeback ini menyamai Jerman Barat di piala dunia 1970 ketika sempat ketinggalan 0-2 tapi akhirnya menang 3-2 melawan Inggris.Â
Banyak analisis menyangkut kemenangan dramatis tim "golden generation" tersebut. Namun tulisan ini mencoba untuk lebih memandang kemenangan Belgia -dan apesnya Jepang- dalam konteks keindonesiaan kekinian. Semoga bisa menjadi bahan bacaan ringan di hari  Selasa Wage 03 Juli 2018 (19 Syawal  1439 H) yang pas dengan ultah anak keduaku yang ke-10 tahun. Ketepatan anakku suka juga beli kacang garuda, yang malemnya aku ikut memakannya karena Makin Nikmat Nonton Piala Dunia ditemani Kacang Garuda. https://www.garudafood.com/
Kembali ke partai Belgia melawan Jepang. Mungkin banyak warga Indonesia yang geram dengan pelatih Roberto Martinez di awal-awal sebelum piala dunia 2018 ini berlangsung. Ketika itu pada saat jumpa pers, Martinez mengatakan tidak akan memanggil Radja Nainggolan.Â
Salah satu alasannya adalah Radja meminta porsi (dan posisi) yang sama dominannya seperti di klub. Logis sih, karena bisa jadi Martinez mengutamakan tim dan barangkali sistem defends/ offends yang dia terapkan. Intinya, Martinez tidak memilih Radja untuk masuk skuadnya.
Namun satu hal Martinez tampaknya tidak menghiraukan adanya marwah dari para "Anggi, Ito, Akkang, Lae, Eda, Amang Tua, Inang Tua, Mama Tua, Mak Tua, Amanguda, Inanguda , Inangbaju, Namboru, Amang Boru, Tulang, Nantulang, Opung Doli, Opung Boru, Pahompu, Parumaen, Simatua" dan para pendukung PSMS Medan. Para marga Nainggolan yang punya prinsip "boleh kalah mengoleksi medali PON tapi emas sepakbola harus ke Sumut".Â
Sayang Martinez mengabaikan hal itu. Akan menjadi semakin populer tim Belgia ini bila memasang marga Nainggolan, mewakili keturunan dari suatu negara berpenduduk terbesar nomor 5 (lima) sedunia. Bayangkan kaos bertuliskan Nainggolan akan jadi jersey paling laku di Kualanamu, dana Toba, atau angkot Medan Lubukpakam sana.
Namun konteks keindonesiaan menyeruak kembali. Langkah Martinez selalu memasang Romelo Lukaku, mungkin mungkin saja sebagai penghibur. Bertolak dari sebuah novel Indonesia salah satu yang terlaris yang berjudul "Cantik itu Luka" tulisan Eka Kurniawan alumni Filsafat UGM. Cantik itu Luka..... ku. Barangkali demikian. Lukaku perlu ditauladani tidak hanya pemain sepakbola, tak hanya atlet bahkan, tapi juga generasi muda.Â
Lukaku simbol manusia yang tak pantang menyerah, dan tidak egois. Gol terakhir dari Nacher Chadli (beberapa detik sebelum pertandingan berakhir), sebenarnya bisa saja dilesakkan oleh Lukaku. Tapi mungkin Lukaku melihat Chadli lebih bebas --dibanding dirinya yang selalu dikawal oleh 1 (satu) pemain Jepang.
Romelo Lukaku mengajarkan banyak hal. Ia lebih dari mempertontonkan keterampilan, kesadaran posisional itu yang lebih penting. Pergerakan tanpa bola, itu, itu! Maaf pinjem gaya-gaya Mario Teguh atau malah Cak Lontong dengan "itu". Romelu Lukaku menciptakan gol untuk timnya tanpa menyentuh bola.Â
Semua setuju kalau Lukaku adalah salah satu striker terbaik di dunia karena ia memiliki kekuatan, kecepatan, dan kemampuan menyelesaikan gol yang komplit plit yang dikemas seorang pemain. Pemain Belgia paling cerdas di lapangan. Komitmennya untuk mempelajari permainan dan menguasai poin-poin penting dari jatidiri seorang striker merupakan komitmen yang paling eksis dalam drama Belgia-Jepang itu.
Begitu Kevin De Bruyne mulai berlari ke depan, Lukaku sadar bahwa ia memiliki teman pemain sayap yang turun ke sisi belakangnya. Dia segera menuju tengah lapangan, melintasi De Bruyne dan menarik perhatian bek lawan lalu ia meninggalkan seluruh sayap terbuka untuk De Bruyne melewatinya. Setelah lolos, Lukaku langsung menuju titik penalti untuk membuat dirinya menjadi target.
Lukaku bisa melihat bek terakhir Jepang mendekat ke dirinya, dan tahu bahwa Nacer Chadli akan bebas. Lalu bagian yang paling menakjubkan dari keseluruhan permainan: bola dieksekusi dengan tanpa eksekusi (sekedar liewati saja) sempurna oleh Lukaku yang memberi kesempatan Chadli menghadapi jaring gawang terbuka. Contohlah Lukaku, dia tak hanya Lukaku, tapi Lukamu, Luka kita semua. Karena hidup memang sebaiknya penuh luka (sengsara, atau sengsoro, atau sorrow). Life is full of sorrow.
Keindonesiaan atau pro Indonesia, dalam hal ini eksistensi Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia --dapat diambil hikmahnya dari langkah Martinez. Kembali dipertontonkan ketika Martinez memasukkan duo muslim: Marouane Fellaini dan Chadli.Â
Uniknya mereka berdua masing masing mampu mencetak gol kemenangan Belgia. Semua gol --baik Belgia maupun Jepang- terjadi di babak kedua. Hanya kemampuan fisik prima yang bisa menghasilkan gol pada menit atau bahkan detik terakhir. Jepang sebagai negara peserta Piala Dunia 2018 dengan rata-rata usia pemain tertua diantara 32 tim, takluk hanya beberapa detik sebelum peluit ditiup wasit. Tragis.
Martinez memasang Vincent Jean Mpoy Kompany secara penuh di pertandingan ini. Mungkin dia menyindir kita. Bahwa andaipun ada jiwa korsa Asia (karena Nippon tahun 1942 dulu terkenal dengan propaganda 3 (tiga) A yakni Nippon pelindung Asia, pemimpin Asia, dan cahaya Asia) namun mereka tetaplah Kompany atau kumpeni ala VOC zaman baheula. Jepang tetaplah seorang penjajah yang selama 3,5 tahun menguasai nusantara. Sampai sekarang pun nama Jepang terwakili oleh marga Honda (babak kedua Jepang memasukkan Keisuke Honda) "menjajah" jalanan Indonesia Raya, demikian pula Nissan, Yamaha, Suzuki, Mistubishi, sampai Kawasaki.
Walau bagaimanapun tetap kita berterimakasih kepada Jepang. Karena memperlihatkan semangat bushido, mushasi, thelast samurai atau apalah namanya yang menunjukkan bangsa matahari terbit sebagai manusia yang tidak kenal menyerah dan pekerja keras. Sudah unggul 2-0 pun, Jepang tetap menyerang, tidak mau bertahan.
Atau mungkin Jepang merasa bersalah. Karena saat pertandingan sebelumnya melawan Polandia, di 10 menit terakhir mereka bermain aman (bukan bermain bola) sembari menunggu kekalahan Senegal. Seperti tidak niat main bola, meski bola dikuasai sepenuhnya. Leon Osman mantan pemain tengah Everton di BBC Two menyatakan bahwa 10 menit terakhir Jepang (saat lawan Polandia) adalah kejadian memalukan, dan seperti sebuah lelucon dalam dunia sepakbola.
Lalu kekalahan Jepang atas Belgia ini apakah sebuah karma? Sebuah "karma" karena telah mengecewakan penggemar sepakbola di 10 menit terakhir melawan tim putih-merah Polandia? Entahlah. Namun hikmah bisa diambil di kejadian baik maupun buruk. Di tengah drama inipun, hikmah pasti berlangsung. Selamat atas kejayaanmu Belgia, kemenanganmu di atas Lukaku.Â
Selamat juga Jepang, karena jadi satu-satunya wakil Asia (dan Afrika) yang tersisa. Kalian bisa pulang dengan kepala tegak. We're proud of you.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H