Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Cantik Itu Lukaku, Sebuah Refleksi Kemenangan Belgia

3 Juli 2018   06:34 Diperbarui: 3 Juli 2018   08:34 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Begitu Kevin De Bruyne mulai berlari ke depan, Lukaku sadar bahwa ia memiliki teman pemain sayap yang turun ke sisi belakangnya. Dia segera menuju tengah lapangan, melintasi De Bruyne dan menarik perhatian bek lawan lalu ia meninggalkan seluruh sayap terbuka untuk De Bruyne melewatinya. Setelah lolos, Lukaku langsung menuju titik penalti untuk membuat dirinya menjadi target.

Lukaku bisa melihat bek terakhir Jepang mendekat ke dirinya, dan tahu bahwa Nacer Chadli akan bebas. Lalu bagian yang paling menakjubkan dari keseluruhan permainan: bola dieksekusi dengan tanpa eksekusi (sekedar liewati saja) sempurna oleh Lukaku yang memberi kesempatan Chadli menghadapi jaring gawang terbuka. Contohlah Lukaku, dia tak hanya Lukaku, tapi Lukamu, Luka kita semua. Karena hidup memang sebaiknya penuh luka (sengsara, atau sengsoro, atau sorrow). Life is full of sorrow.

Keindonesiaan atau pro Indonesia, dalam hal ini eksistensi Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia --dapat diambil hikmahnya dari langkah Martinez. Kembali dipertontonkan ketika Martinez memasukkan duo muslim: Marouane Fellaini dan Chadli. 

Uniknya mereka berdua masing masing mampu mencetak gol kemenangan Belgia. Semua gol --baik Belgia maupun Jepang- terjadi di babak kedua. Hanya kemampuan fisik prima yang bisa menghasilkan gol pada menit atau bahkan detik terakhir. Jepang sebagai negara peserta Piala Dunia 2018 dengan rata-rata usia pemain tertua diantara 32 tim, takluk hanya beberapa detik sebelum peluit ditiup wasit. Tragis.

Martinez memasang Vincent Jean Mpoy Kompany secara penuh di pertandingan ini. Mungkin dia menyindir kita. Bahwa andaipun ada jiwa korsa Asia (karena Nippon tahun 1942 dulu terkenal dengan propaganda 3 (tiga) A yakni Nippon pelindung Asia, pemimpin Asia, dan cahaya Asia) namun mereka tetaplah Kompany atau kumpeni ala VOC zaman baheula. Jepang tetaplah seorang penjajah yang selama 3,5 tahun menguasai nusantara. Sampai sekarang pun nama Jepang terwakili oleh marga Honda (babak kedua Jepang memasukkan Keisuke Honda) "menjajah" jalanan Indonesia Raya, demikian pula Nissan, Yamaha, Suzuki, Mistubishi, sampai Kawasaki.

Walau bagaimanapun tetap kita berterimakasih kepada Jepang. Karena memperlihatkan semangat bushido, mushasi, thelast samurai atau apalah namanya yang menunjukkan bangsa matahari terbit sebagai manusia yang tidak kenal menyerah dan pekerja keras. Sudah unggul 2-0 pun, Jepang tetap menyerang, tidak mau bertahan.

Atau mungkin Jepang merasa bersalah. Karena saat pertandingan sebelumnya melawan Polandia, di 10 menit terakhir mereka bermain aman (bukan bermain bola) sembari menunggu kekalahan Senegal. Seperti tidak niat main bola, meski bola dikuasai sepenuhnya. Leon Osman mantan pemain tengah Everton di BBC Two menyatakan bahwa 10 menit terakhir Jepang (saat lawan Polandia) adalah kejadian memalukan, dan seperti sebuah lelucon dalam dunia sepakbola.

Lalu kekalahan Jepang atas Belgia ini apakah sebuah karma? Sebuah "karma" karena telah mengecewakan penggemar sepakbola di 10 menit terakhir melawan tim putih-merah Polandia? Entahlah. Namun hikmah bisa diambil di kejadian baik maupun buruk. Di tengah drama inipun, hikmah pasti berlangsung. Selamat atas kejayaanmu Belgia, kemenanganmu di atas Lukaku. 

Selamat juga Jepang, karena jadi satu-satunya wakil Asia (dan Afrika) yang tersisa. Kalian bisa pulang dengan kepala tegak. We're proud of you.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun