Hari masih pagi, cuaca mendung, Saya seperti biasa bangun pagi untuk menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga. Kebetulan anak kami libur sekolah 3 bulan dikarenakan summer break ( liburan musim panas ). Jadi anak kami yang bernama Samantha bangun agak siangan.
Setelah selesai membuat sarapan, tiba-tiba suara Samantha memanggil :
Samantha    : Mama....Mama
Mama        : Good Morning Samantha, Gosok gigi dulu, lalu sarapan pagi, karena Mama lagi buatin sarapan.
Kemudian Samantha gosok gigi, setelah itu duduk dikursi meja makan dan melakukan sarapan. Setelah itu,
Samantha    : Mama, Tolong kemari, lihat ke langit, Apa yang terjadi pada awan ketika hujan? Apakah awan menyusut? Apakah menjadi lebih tinggi karena lebih ringan? Apakah warnanya menjadi lebih terang?
Mama        : Awan adalah uap air, awan berubah jadi hujan, Hujan adalah serpihan awan yang jatuh dari langit. Awan adalah uap air, seperti uap yang keluar dari ketel.
Daddy.       : Secara teknis Mama tidak benar. Awan bukanlah uap air. Awan adalah tetesan air cair yang terkondensasi dari uap . Uap air merupakan gas yang tidak terlihat, sama seperti uap yang juga tidak terlihat.  Ketika tetesan-tetesan tersebut bertabrakan, mereka menjadi lebih besar.  Pada akhirnya, jumlah tersebut meningkat cukup besar sehingga mereka jatuh dari langit, alih-alih bereaksi terhadap arus udara. Terjadilah hujan.
Samantha   : Kok bisa begitu? Daddy sama Mama berbeda jawabannya mana yang benar?Â
Lalu Daddy menjelaskan dengan melakukan percobaan di dapur. Daddy merebus air sampai air mendidih , lalu menuangkan kedalam gelas, lalu menutup gelas dengan plastik putih dan menunjukan kepada kita.