Mohon tunggu...
Yuni Akbar
Yuni Akbar Mohon Tunggu... Guru - English Lecturer

Yuni Akbar adalah pemerhati dialektika bahasa dalam ranah logika sosial, psikologi dan pendidikan. Penggiat Gerakan Literasi. Dan sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bu Tari Kemana Kau Pergi?

16 Maret 2023   21:51 Diperbarui: 16 Maret 2023   22:00 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah berhari-hari kau tak menampakkan diri

dengan bonggolan task kain berisi lauk dan nasi

yang biasa kau bawa kesana kemari

senyummu tetap berseri 

meski sesandingmu telah pergi

aku tahu engkau terluka

sebab tak ada lagi teman bicara

atau bepergian dengan motor tua

Bu Tari penjual lauk nasi

umurnya sudah enampuluh lima

berjualan banyak sekali

meski sering tak laku semua

biasanya bila ia datang

kupeluk dan cium kedua pipinya

sekedar menguatkan perjuangannya

Suatu hari pernah aku berkata

jangan masak terlalu banyak

pilih yang paling banyak disuka

agar cepat habis tak tersisa

hingga uang ada ditangan

untuk belanja dihari berikutnya

ia menjawab sambil tertawa

banyak yang suka masakannya

meski tidak banyak yang membeli

ia tetap merasa dihargai

sungguh, aku bingung dengan ilmunya

bagaimana bisa

berjualan tanpa merencana

memasak apa adanya

bermacam-macam menunya

tanpa memikirkan berapa harganya

habis waktu dan tenaga

tinggal lelah menempel di raga

Ada kalanya kulihat air mata

dimatanya yang tak lagi jernih untuk memirsa

namun ia tak mau bercerita

bilakah sebab kesedihannya

akupun tak ingin mengorek apa-apa

takut dia tambah terluka

biarlah kuajak saja bercanda

barangkali bisa meringankan hatinya

atau kunyanyikan lagu-lagu lama

sambil berjoget didepannya

hingga ia terbahak-bahak dalam tawa

akupun senang melihatnya.

Saat ia hendak mengemasi dagangannya

yang biasa ia gelar di kantor tempatku bekerja

kubeli banyak-banyak makanannya

lalu kuselipkan uang di tangan keriputnya

tangan yang penuh pengabdian

menemani almarhum belahan jiwa

dan anak-anak yang sekarang telah dewasa

yang tak begitu memperdulikannya

hingga diusia senja

ia tetap berjualan

sekedar mempertahankan kehidupan.

Aku tak tahu dimana ia tinggal

ia tak pernah menyebutkan alamat jelasnya

handphone tak ada

mau mengubungi bagaimana caranya?

Pak ojek yang mengantarnya 

menunggu jauh di luar gerbang

nanti akan datang bila dia hendak pulang.

Bu Tari penjual lauk dan nasi 

sudah lama tak berkunjung lagi

entah dimana dia kini

aku hanya bisa berdoa

semoga ia selalu sehat adanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun