Saya selalu kagum dengan anak-anak muda yang terus bergerak dengan segala kemampuan yang dia miliki. Anak muda yang bisa bercerita dengan jujur tanpa prank atau setingan. Anak-anak muda yang meski dalam kegalauan tapi tetap berbuat sesuatu.
Perkenalan saya dengan Sofi terjadi dalam perjalanan dari Jakarta menuju Semarang di dalam travel yang berhenti lama di daerah Jati Waringin. Satu jam berlalu, kami para penumpang yang menunggu mulai gelisah. Mulailah kami protes pada sopir yang dijawab dengan santai, katanya masih kurang satu penumpang lagi sedang perjalanan dari Depok. Â Apa daya? Pasrahlah.
Satu anak muda keluar sambil mengomel kalau dia sudah pingin sampai rumah di Boyolali. Sudah capek pingin segera istirahat, katanya. Saya tanya, "Dari mana, Mbak?"Â
"Saya itu dari kemarin perjalanan belum istirahat sama sekali. Terbang dari Qatar transit di Jedah terus ke Jakarta. Saya pikir dari Cengkareng tadi langsung perjalanan ke Jawa, ternyata ngetemnya lama banget." gerutunya.Â
- "Lha, di Qatar ngapain?" tanya saya lagi.
"Jadi volunteer Fifa."
"Oh, luar biasa!" jawab saya kagum. Melihat perawakannya yang kecil, dia berani melakukan perjalanan sejauh 9500 km lebih sendirian.
"Bisa foto-foto sama Messi, dong." kata saya.
"Oh, tidak boleh. Kita dilarang foto-foto sama pemain."
"Kenapa?" tanya saya. Sayang banget dekat dengan orang-orang hebat tapi tidak punya kenangan.
"Ya, peraturannya begitu. Saya juga tidak tahu."
"Oh, ya. Ngomong-ngomong, tahu jadi volunteer dari mana?"