Setelah usaha buburnya tutup, Sobur tidak putus asa. Dia masih tetap berusaha mencari usaha baru yang bisa menopang hidupnya. Jiwa "enterpreneurnya" tidak membuatnya 'kapok' berjualan. "Rugi diusaha itu biasa, yang penting jangan putus asa." ungkapnya. Dari sisa tabungannya dia berjualan ice cream.  Satu setengah juta  dia gunakan  untuk modal investasi di perusahaan ice cream. Dari perusahaannya dia mendapat 1 unit  sepeda ontel, boks ice cream, dan ice creamnya. Setiap hari dia berkeliling dengan sepedanya menawarkan ice cream sejauh 15-25 km. Usahanya membuahkan hasil. Lama- kelamaan dia dipercaya oleh perusahaannya untuk mengembangkan usahanya. Pesanan datang dari mana saja. Terutama dari orang yang punya hajat seperti manten, sunatan, dll. Karena semakin banyak pesanan dan banyak yang mau bergabung berjualan Sobur kini banyak memiliki anak buah.
Kuliah di STAIMÂ
Kuliah di  Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Muklisin (STAIM) Ciseeng , Bogor adalah pilihannya untuk mewujudkan cita-citanya menjadi guru agama. Sobur memilih kuliah di STAIM karena waktu kuliahnya  di sore hari. "Saya pagi sampai siang berjualan, sorenya saya kuliah," paparnya. Dari hasil usahanya berjualan ice cream dia mampu membiayai hidupnya dan membayar biaya kuliahnya. Tidak lupa dia menyisihkan untuk orang tuanya di kampung.Â
Dijodohkan
Setiap berapa bulan sekali dia pulang kampung menengok orang tuanya yang sudah menua sambil mengajar murid-nya pencak silat yang sudah dibinanya. Karena kesibukannya di Bogor, dia tidak bisa mengajar  setiap bulan. Oleh sebab itu dia memakai asisten untuk menggantikannya mengajar silat.
Suatu ketika ibunya menyuruhnya pulang, sesudah sampai di rumahnya, dia terperanjat, dalam hatinya bertanya  "ada  acara apa, mengapa ada tenda di depan rumah orang tuanya?" pertanyaannya belum terjawab,  ibunya langsung menyodorkan setumpuk  berkas untuk di bawa ke  ke kelurahan dan KUA. Sobur masih bertanya-tanya, "maksudnya berkas ini untuk apa ya, Bu?" Tanyanya pada Ibunya.  "Ini  berkas kebutuhan pernikahanmu nanti!" jawab ibunya. "Pernikahanku? Dengan siapa?"  Aku masih mau menyelesaikan kuliahku dulu, Bu!" Mengapa ibu suruh aku menikah dengan gadis yang belum pernah aku kenal sebekumnya !" Sobur mencoba menjelaskan keinginannya ke ibunya kalau bisa perjodohannya ditunda. Namun, ibunya memaksanya.
 "Setelah menikah kamu masih bisa melanjutkan kuliahmu. Ibu juga sudah tua, ibu ingin cepat menimang cucu!" kata ibunya setengah memaksa. Sobur tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti kehendak ibunya. Sebagai anak bungsu dari 6 bersaudara yang sangat sayang  ke ibunya, dia tidak mau membuat ibunya sedih. Dia paham sekali sebagai anak yang pernah mondok di pesantren dia tahu artinya "birulwalidayni."  Bagaimana dahsyatnya efek dari seorang anak yang patuh kepada kehendak orang tua. Dia ingat ajaran ustad dan ustazahnya di pondok "rido Allah adalah ridho orang tua murkanya Allah adalah murkanya orang tua".  Sobur tidak mau mendapat murka ibunya yang akan berdampak pada murka-Nya.
Akhirnya  Sobur resmi menikah dengan gadis pilihan orang tuanya saat dia masih kuliah di  semester 3.  Istrinya yang bernama Agnitu Yauma Rahmah  ternyata juga masih kuliah di UIN Bandung.  Karena  niat ingin membahagiakan orang tuanya,  perkawinannya penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan.  Lengkap sudah kebahagiaan Sobur setelah tahun 2018  dikarunia seorang putra yang diberi nama Muhammad Naufal Zalim Ramadhan
Menjadi Guru Agama Â
Sambil kuliah selain berjualan es krim, ternyata  setelah menikah Sobur mendapat tawaran mengajar agama Islam di salah satu SMP dan SMA di daerah Bogor. Tawaran tersebut tidak disia-siakan oleh Sobur. Dia harus mencari rezeki yang lebih lagi karena dia sudah punya keluarga yang harus diberi nafkah. Sobur sangat bersyukur kepada Allah atas kemurahan-Nya,dia diberi kemudahan mendapat rezeki. Rezeki itu datang tak disangka-sangka, "Min haistula yahtasib."  Selama menjadi guru di SMP dan SMK dia sangat menikmatinya. Murid-muridnya sangat senang diajar olehnya. Jelas mereka senang diajar oleh Pak Guru  Sobur yang sabar dan murah senyum.
Munaqosah Skripsi