"Saya tidak akan mengulanginya lagi, Tante. Maafkan saya , Tante," suaranya mulai bercampur dengan tangis kecil.
"Sebaiknya kamu pulang sekarang, Rama. Jauhi Audrey mulai sekarang. Dia tidak membutuhkan kamu karena kamu hanya akan membuatnya sakit. Lupakan dia dan jangan lagi berhubungan dengan Audrey. Dia akan segera pergi dari sini. Kamu tidak bisa menghalanginya ," tutur Santi tegas untuk menyudahi permasalahan yang berlarut-larut.
"Tolong pikirkan lagi , Tante. Saya takut Audrey malah semakin parah kondisinya kalau jauh dari Tante !"
"Sudahlah Rama, kamu pulang sekarang!" Â suaranya berat dan tegas.
Diluar langit mulai gelap. Sosok Rama menghilang dari hadapannya namun Audrey tak juga menampakkan diri. Senja telah habis di pucuknya karena petang bersiap menyongsong malam. Kegelapan akan tiba diiringi kelip bintang-bintang sebagai penerang. Sepekat apapun malam-malam yang akan datang, selagi kelip bintang masih bertengger di atas sana., tetap ada sinar penerang bagi setiap makhluk di bumi.
Suara HP Audrey berbunyi pertanda ada telpon yang masuk. Â Nama Papanya tertulis di sana. Dibiarkan saja seolah tak pernah ada yang menelpon. Deringnya pun berhenti lalu berulang lagi hingga beberapa kali. Masih saja sama tanggapan Audrey. Tetap tak diangkat. Sekali lagi berbunyi lalu dimatikan. Dibukanya bagian belakang HP. Kartu yang terjepit di antara batterei dikeluarkan pelan-pelan. Dilemparkan ke tempat sampah di sudut kamar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H