"Eh, ada apa ya Ris kamu ngajak ketemu ?"
Belum lagi Fariz membuka mulut, dari arah belakang muncul Dovi dan Andika. Keduanya tersenyum  sambil menatap Fariz dan Fatia secara bergantian.
"Aku akan mengatakan sesuatu yang sangat penting."
Wajah Fatia berubah heran. Kenapa Fariz membiarkan kedua temannya ikut bersama mereka jika ada sesuatu yang penting yang akan dikatakan. Dia sungguh tidak tahu jalan pikiran Fariz.
"Kita berdua akan menjadi saksinya," Dovi menjelaskan.
Apa lagi ini? Fatia melihat ketiga cowok itu dengan keheranan yang tidak bisa disembunyikan. Fariz menunduk sejenak sebelum menegakkan tubuh dan minta persetujuan kedua temannya.
"Bisa dimulai sekarang !" kata Andika mengingatkan.
Dovi menepuk punggung Fariz. Begitu pula yang dilakukan Andika. Sebuah keberanian telah tumbuh. Matanya mulai tertuju ke depan. Melihat langsung ke wajah Fatia namun hanya sesaat. Selebihnya dia menundukkan pandangan agar bisa lebih menguasai perasaannya.
"Fatia, aku ingin kamu menjadi pacarku," ucapnya lirih.
Sepasang mata bulat di hadapannya itu sedikit menyempit diiringi dengan tarikan bibir membentuk senyuman. Dovi dan Andika  tak berani memandangnya tetapi Fariz memandang penuh harap. Menantikan jawaban dari Fatia.
"Aku harus menjawab sekarang?" Fatia bersuara juga akhirnya