Sebagai seorang Ibu terkadang saya harus mencerna apa yang sedang dan akan dilakukan oleh putri sulungku yang biasa dipanggil dengan "Kakak" yang duduk di kelas 9.
Beberapa waktu lalu tidak ada angin tidak ada hujan Kakak tiba-tiba datang ke ruang kerja saya dengan membawa sederetan bahan yang harus dibeli, mulai dari kertas putih 160 gram, self healing auto cutting mat, dan paper cutting knife serta bahan-bahan pendukung lainnya.
Walaupun belum jelas akan diapakan bahan-bahan tersebut, namun akhirnya saya pesan dan belikan juga bahan bahan tersebut.
Berbekal bahan-bahan yang saya belikan Kakak berhari hari dengan tekun dan konsentrasi penuh mulai berkreasi mewujudkan imaginasinya ke dalam bentuk karya seni.
Walaupun dipenuhi oleh rasa penasaran yang tinggi, saya terus mengamati aktivitasnya yang terkadang menambah bingung saya.
Setiap hari Kakak tampak seperti membuat coretan sketsa yang membentuk sebuah alur cerita. Kemudian dia goreskan dengan penuh kehati-hatian menggunakan paper cutting knife yang tajam untuk menuangkan sketsa yang dibuatnya tersebut ke dalam potongan-potongan kertas bak merangkai dan menyusun sebuah mosaik.
Di lain waktu Kakak kembali mengusik kerja saya dengan meminta dibelikan stik es krim dalam jumlah yang cukup banyak.
Kali ini saya memang menanyakan untuk apa stik es tersebut akan digunakan. Kakak dengan santainya mengatakan ingin membuat frame.
Permintaan Kakak ternyata tidak hanya sampai disitu saja, tapi berlanjut dengan mengumpulkan kemasan makanan dan kue yang terbuat plastik serta paper bag bekas hantaran teman teman.
Dengan tekun bekas kemasan makanan ini dibersihkan satu per satu. Demikian juga dengan paper bag nya disimpan dengan rapi.
Sebagai seorang ibu saya berusaha untuk mencari tau apa yang sebenarnya akan dibuat oleh Kakak, namun rasa penasaran saya ternyata tidak hilang karena Kakak hanya menjawab : "nanti mama akan tahu kalau semua sudah ready".
Tampaknya memang anak generasi milenial sangat pandai membuat orang tua penasaran termasuk saya tentunya.
Setelah semua selesai baru saya mengerti dan menyadari bahwa selama ini Kakak membuat Shadow Box manual.
Karya Kakak dimainkan secara manual dengan pencahayaan juga dilakukan secara manual dengan alur cerita yang sangat enak untuk dinikmati yang menceritakan tentang arti sebuah persahabatan.
Tugas sekolah yang mengharuskan siswa membuat karya seni sebagai bagian dari ujian praktek kelas 9 ini menyadarkan saya bahwa pemahaman terhadap karya terkadang tidak serta merta dapat dimengerti secara cepat.
Sebagai seorang Ibu, saya masih merasa Kakak sebagai seorang bayi kecil yang baru lahir yang sering saya timang-timang dan ganti popoknya.
Kini Kakak ternyata sudah menjelma menjadi seorang remaja yang mampu mengolah imaginasi dan kreativitas nya dalam bentuk karya seni yang menembus cakrawala.
Kakak telah menjelma menjadi sosok remaja yang penuh percaya diri menuangkan idenya dalam goresan pisau dan kertas dengan penuh keyakinan yang menghasilkan karya nya yang sangat mengagumkan.
Teruslah berkarya anakku ......
Kembangkan sayapmu dan terbanglah lebih tinggi lagi menggapai cita citamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H