Hal unik yang perlu diketahui adalah untuk setiap kokonnya dapat menghasilkan filamen sutra rata-rata sepanjang 1.125 m.
Kelompok lainnya adalah non mulberry silkworm yang banyak ragamnya seperti : tasar silkworm, eri silkworm, muga silkworm, fagara silkworm, anaphe silkworm, coan silkworm, mussel silkworm, dan spider silkworm.  Keragaman ulat sutra jenis ini didasarkan pada sumber serat dan tipe seratnya.
Dari sekian banyak tipe sutra non murbei ini hanya beberapa yang sudah dikembangkan dengan baik di Indonesia maupun di dunia seperti misalnya Samia cyntia ricini (eri silkworm), Attacus atlas (fagara silkworm) dan Cricula trifenestrata (muga silkworm).
Ulat sutra Samia adalah ulat sutra non murbei yang telah didomestikasi (dibudidayakan) informasi lengkapnya dapat dilihat DI SINI., sedangkan jenis yang lainnya masih semi domestikasi yaitu pembibitan dapat dilakukan di kandang pemeliharaan namun perkembangan dewasa tetap di alam bebas.
Berdasarkan  hasil penelitian yang telah saya lakukan  serat Attacus mempunyai kekuatan tarik  740-1400 MPa yang lebih unggul jika dibandingkan dengan kekutatan tarik serat laba-laba yaitu  875-972 MPa.
Serat Attacus memiliki ketahanan terhadap panas hingga 180-200 oC,  sedangkan ketahanan panas  kokonnya bisa mencapai 280 oC. Dengan karakteristik seperti ini serat Attacus  ini merupakan kandidat biomaterial yang sangat menjanjikan.
Kokon Cricula mempunyai pola pintal serat yang berlubang-lubang dan warnanya emas yang sangat memukau. Keunikan serat dan kokon Cricula ini membuat jenis ulat sutra ini dikenal sebagai  sutra emas.
Dalam industri fashion tidak jarang serat sutra liar ini dipadukan dengan serat sutra murbei untuk menghasilkan kain sutra yang halus nan eksotik. Hal ini tentunya akan menambah nilai jual dan nilai seni dari kain sutra yang dihasilkan.