Pengembangan ulat sutra Samia di Indonesia memang masih  mendapat kendala terutama terkait dengan teknik budidaya dan juga pasca panennya.
Upaya yang telah dilakukan penggiat ulat sutra untuk mengembangkan Samia telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan.
Sebagai contoh Bapak Yunianto, S.Hut yang akrab disapa dengan Pak Anto dengan Omah Jamtra nya telah membina banyak pencinta ulat sutra Samia agar dapat  maju dan berkembang di tengah keterbatasan yang ada.
Kiprah Pak Anto dalam membina penggiat ulat sutra ini memang tergolong luar biasa. Beliau telah melakukan pembinaan di Maliau Kalimantan Utara, Malang Jawa Timur hingga sekitar tempat tinggalnya di Kulon Progo dan areal Jawa Tengah.
Kegigihan Pak Anto ini telah membuahkan hasil dengan adanya budidaya dan pengolahan hasil sutra berbasis Samia di Kabupaten Kulon Progo dan berkembang di Provinsi DIY dan juga nasional.
Karakteristik produk sutra yang dihasilkan oleh ulat Samia memang sangat berbeda dengan Bombyx mori. Jenis sutra yang dihasilkan oleh  Bombyx mori memang lebih halus, namun sutra yang dihasilkan oleh ulat Samia lebih eksotis dan sangat cocok untuk produk fashion kekinian.
Produk sutra yang khas ini dengan dikombinasikan dengan cara pewarnaan yang menggunakan bahan alami  menghasilkan kain yang mewah, eksotis dan ramah lingkungan.
Oleh sebab itu  pengembangan ulat sutra jenis Samia di Indonesia  harus melibatkan banyak pihak termasuk perguruan tinggi untuk  pengembangan baik dari  sisi budidaya maupun pasca panennya.