Segera aku buka paket itu. Masya Allah...kerudung kaos dan baju. Kubuka plastiknya, kulihat besarnya. Pas sekali untuk anakku. Kuhitung jumlahnya, 1, 2, 3,...10 buah! 10 buah kerudung berbagai warna lengkap. Dan 3 buah gamis katun.
Dengan tangan gemetar kuambil gawaiku. Kukirim pesan padanya. Aku sangat berterima kasih. Allah memilihnya sebagai perantara rizki anakku.
"Iya...gak papa.. semoga kepake ya. Itu kemarin ada teman jual grosiran kerudung, aku ambil buat anakku dan sekalian buat anakmu. Gamisnya juga. Anakku suka pakai gamis dari toko itu. Semoga anakmu juga suka ya.."
Sambil mengusap air mata yang tak bisa berhenti, aku jawab pesannya.
"Anakku pasti suka.....Masya Allah... Aku sangat terharu. Hanya Allah yang bisa membalas kebaikanmu. Terima kasih ya..."
Anakku yang tiba-tiba berada di sampingku, sudah menggenggam kerudung-kerudung itu seolah tak sabar bertanya padaku, apa ia akan dapat kerudung itu? Iya Nak. Tentu. Ah, ia mengira kerudung itu adalah barang daganganku.
Ia bersorak gembira. Benar-benar bahagia. Tak henti aku bersyukur. Meski jualanku sedang sepi, ternyata Allah tak kehilangan cara memberi rizkiNya pada anakku.
Aku menangis dalam.
Terima kasih Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H