Mohon tunggu...
Dr Yundri Akhyar
Dr Yundri Akhyar Mohon Tunggu... Dosen - menulis, menulis dan menulis

menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kunci Sukses, Mujahadah di Jalan Allah SWT

10 Januari 2022   06:38 Diperbarui: 10 Januari 2022   06:39 4797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KUNCI SUKSES, BERMUJAHADAH DI JALAN ALLAH

 

A. Pengertian Mujahadah

Praktik Mujahadah mungkin sudah banyak yang tidak asing dengan istilah ini, baik yang sering didengar atau baca di al-Quran ataupun Hadis, lafal ini banyak sekali bentuknya dan tentunya memiliki makna yang beragam. Seperti yang kita baca di banyak literatur, lafal mujahadah ini sendiri banyak diartikan sebagai usaha atau berusaha dengan keras, mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk hal-hal kebaikan dan tentunya dengan tujuan mencari ridha Allah. Selain demikian juga banyak yang memaknainya dengan bersungguh-sungguh baik di jalan Allah atau dalam berperang. Sehingga pada dasarnya, makna dari mujahadah itu sendiri mengandung makna utama yaitu sebuah usaha seseorang tanpa putus asa untuk melakukan kebaikannya supaya mendapat ridha dan dapat mendekatkan diri kepada Allah (Muhtador, 2014).

Sebagai istilah umum, mujahadah berasal dari bahasa arab jahada yang berarti bersama-sama berjuang sekuat kemampuan sementara kalangan sufi istilah ini mengacu pada disiplin asketis dan perjuangan spiritual di jalan sufi (Bambang Pranowo, 2011: 141). Mujahadah merupakan Isim berbentuk masdar dari fiil madhi jahada, dan fiil mudhori yujahidu sedangkan mashdarnya adalah mujahadah dan jihadan kalimat tersebut mempunyai banyak arti, baik secara bahasa maupun secara istilah, antara lain: (a) perang fisik, seperti firman Allah: " Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir" (QS. At-Taubat: 24). (b). mujahadah berarti memaksa, seperti dalam firman Allah: "Dan jika kedua orang tuamu memaksa kamu menyekutukan Aku dengan sesesuatu yang kamu tidak mengetahuinya maka janganlah engkau ikuti" ( QS. Al-Ankabut: 8). (c). bersungguh-sungguh mencurahkan segala kemampuan dalam belajarnya (d) mujahadah berarti perang melawan nafsu, seperti dinyatakan al-Ghazali: Al-Mujahadah miftah al-hidayah la miftaha laha siwaha (mujahadah adalah kunci hidayah, tiada kunci bagi hidayah selain mujahadah).

Itulah beberapa makna etimologi dari kata mujahadah. Adapun secara terminologis, ada beberapa pengertian dari kata mujahadah dalam kitab jami` al-usul, misalnya, dinyatakan: menurut istilah ahli hakikat (mujahadah) adalah memerangi nafsu amarah bis-su` dan memberi baban kepadanya untuk melakukan sesuatu yang berat baginya yang sesuai dengan aturan syara`. Di bagian lain dari kitab tersebut juga dinyatakan bahwa mujahadah adalah membebani nafsu untuk melakukan hal-hal yang berat secara jasmani dan menghindari kesenangannya dan segala bidang. Sementara itu, di dalam sebuah hadis dinyatakan " seseorang mujahid iyalah orang yang memerangi nafsunya untuk sadar kepada Allah " (HR. Thirmidzi dan Ibnu Hibban dari Fadlalah bin Ubaid).

Dalam al-Mufrodat fi Gharib al- Quran, Raghib al-Asfani mengatakan, jihad dan mujahadah berarti mencurahkan segala kemampuan untuk melawan musuh. Jihad terbagi ke dalam tiga macam, yakni berjuang melawan musuh yang tampak, berjuang melawan setan, dan berjuang melawan hawa nafsu. Ketiga macam jihad ini tercakup dalam, "dan berjihatlah kalian di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya"(QS. Al-Hajj: 78) juga dalam, "dan berjihadlah kalian dengan harta dan diri kalian di jalan Allah." (QS. At-Taubah:41). Sedangkan yang dimaksud dengan berjuang melawan hawa nafsu adalah menyapihnya, membawa keluar dari keinginan-keinginan yang tercela dan mengharuskannya untuk melaksanakan syari`at Allah, baik perintah maupun larangan (Syaikh Abdul Qadir Isa, 2011: 72).

Maka dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan mujahadah adalah suatu bentuk usaha yang sungguh-sungguh dalam melawan hawa nafsu yang diupayakan secara optimal secara lahir dan batin melalui tindakan nyata dalam menjalankan syariat Islam berdasarkan al-Qur`an dan sunnah. Dengan beribadah, manusia menjadikan dirinya `abdun (hamba) yang dituntut untuk berbakti dalam mengabdi kepada Ma`bud (Allah Maha Menjadikan) sebagai konsekuensi manusia sebagai hamba wajib berbakti (beribadah). Mujahadah adalah sarana menunjukan ketaatan seseorang hamba kepada Allah, sebagai wujud keimanan dan ketawaan kepada-Nya. Sedangkan menurut Said Hawwa, mujahadah adalah sebuah proses perjalanan ruhani manusia menuju Allah. Sebagai sebuah proses, mujahadah memiliki beberapa pilar sebagai tempat berdiri dan tegaknya proses perjalanan tersebut.

Sedangkan pilar-pilar mujahadah diawali dengan mengimani Allah, keesaan-Nya, dan pengakuan bahwa Nabi Muhammad benar-benar Rasul utusan-Nya. Fase kedua adalah menegakkan dan melaksanakan kewajiaban-kewajiaban dan tuntutan-tuntutan waktu. Seperti shalat ketika waktunya telah tiba, puasa apabila bulan Ramadhan telah tiba, menunaikan zakat apabila telah mencapai satu tahun dan cukup kadar nisabnya, meninaikan ibadah haji jika mampu dan telah tiba saatnya. Aspek ketiga adalah program rohani yang harus dilakukan secara teratur dan terencana oleh seseorang. Seperti ibadah- ibadah sunah, shalat, zakat, puasa, i`ktikaf, haji, doa, dzikir, membaca al-Qur`an (Umi Latifah Abdulghoni, 2019: 37-38). Di dalam mujahadah terdapat bacaan zikir, tahlil, doa dan wirid yang di dalamnya memuat ayat-ayat yang memberikan suasana hati yang tentram membuat prilaku dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari akan menjadi lebih baik (K. Zainuri Ihsan, dan M. Fathurhman, tt: 26-27).

B. Pentingnya Tazkiyah dengan Mujahadah

Bersungguh-sungguh begitu penting dalam nafas kehidupan manusia. Kesungguhan dalam kebaikan merupakan sikap yang dianjurkan dalam Islam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bersungguh-sungguh diartikan sebagai sebuah usaha dengan sekuat-kuatnya (segenap hati, sepenuh minat, tidak main-main, tekun, benar-benar) untuk mengejar sesuatu yang diinginkan. Dengan demikian, dalam keseharian orang sungguh-sungguh terlihat serius, tidak asal-asalan, tidak sembrono, tekun, setia, perhatian dan fokus.

Banyak orang yang menginginkan sesuatu, tetapi tidak dibarengi dengan kebulatan tekad kuat dan kesungguhan yang tinggi dalam meraihnya, akhirnya keinginan itu hanya sekedar angan-angan yang tidak terwujud (Yundri Akhyar, Kompasiana, 2020). Tentang hal ini pernah diungkapkan dalam syair Arab:

#  

#

Ingin ketinggian, tanpa usaha keras, sia-sialah umur,  dalam menuntut tempat yang diinginkan

Dalam redaksi lain penulis membahasakan: Ingin kesuksesan, tanpa kesungguhan.  Itu sama dengan pungguk merindukan bulan.

Syair di atas tentu sangat cocok untuk memberikan semangat (jazbah) bagi semua orang yang berjuang untuk meraih cita-citanya, tidak terkecuali bagi orang yang ingin memahami agama Islam. Karena tanpa bermujahadah di jalan Allah SWT, maka seseorang akan susah untuk memahami agama. Suatu  kelemahan lembaga pendidikan Islam di zaman sekarang adalah meninggalkan pembersihan jiwa (tazkiyah) dengan kesungguhan (mujahadah) dalam memahami agama. Banyak pengajian di sekolah, madrasah atau pesantren hanya di ajarkan al-Qur'an dan hadis tetapi tidak disertai dengan pembersihan jiwa dan mujahadah, maka bisa banyak hafalan al-Qur'an dan hadis tersebut tetapi agama tidak dihayati dengan baik. Berapa banyak orang yang belajar al-Qur`an dan hadis, ia tahu bahwa hukum shalat itu wajib dan meninggalkannya adalah dosa namun kenyataan sebagian besar orang yang tahu itu wajib tetapi ia tidak mengerjakannya. Hal itu terjadi karena mata hatinya tidak terbuka.

Orang-orang Islam yang melakukan hal yang diharamkan bukan tidak tahu itu haram, itu dilarang oleh Allah, tetapi karena mata hati tidak terbuka sehingga ia tidak punya kekuatan untuk mengamalkan agama.  Jadi ini perkara penting, tidak cukup kita hanya belajar al-Qur'an dan hadis saja namun mesti disertai dengan pembersihan jiwa (tazkiyah) dengan bermujahadah.  Orang-orang kafir yang tidak beriman mengira mereka akan memahami agama Islam cukup hanya dipelajari di Universitas yang ada di Eropa yang ada jurusan islamologinya yang mana di sana diajarkan al-Qur'an dan hadis. Di antara mereka ada yang hafal beberapa ayat al-Qur`an dan beberapa hadis tetapi mereka tidak masuk Islam karena hatinya tidak terbuka. Abu Jahal dan Abu Lahab, mereka mendengar al-Qur'an dan paham karena itu bahasa mereka tetapi tidak Islam karena tidak mau berkorban tidak mau bermujahadah di jalan Allah SWT.

C. Agama Ringan bagi yang Mujahadah 

Banyak keluhan orang didengar bahwa Islam susah diamalkan dan berat dilakukan. Pernyataan ini adalah bagi orang yang mata hatinya tertutup sedangkan bagi orang yang mata hatinya terbuka dan dia belajar al-Qur'an dan hadis serta mengkaji ilmu agama dengan mujahadah, maka mudah dan ringan baginya mengamalkan agama ini.

Cerita Kiyai dari Jamaah Tabligh, ada sepasang suami istri di Amerika baru masuk Islam, keduanya mualaf setelah masuk Islam mereka  pergi ke India keluar masturat (keluar membawa pasangan, suami istri) untuk empat puluh hari sampai di India, masturot 40 hari si istri yang mualaf ini langsung menutup wajahnya dengan cadar tidak kelihatan auratnya. Setelah selesai 40 hari ada wawancara di Aligarh India, setelah bercerita tentang penting dan manfaat agama, ada salah seorang dosen perempuan di Aligarh Muslim University mengatakan "saya setuju Islam ini cara hidup yang paling bagus, agama yang sempurna tetapi di zaman modern seperti ini berat untuk diamalkan" katanya. Kemudian seorang Amerika yang baru masuk Islam mengatakan "pendapat saya Islam itu tidak berat diamalkan asal cara belajarnya ikuti cara Rasulullah SAW buktinya saya orang kafir baru masuk Islam akan tetapi saya belajar agama seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, bermujahadah berkorban dengan diri dan harta keluar di jalan Allah SWT, Alhamdulillah saya bisa menutup aurat, banyak perempuan belajar agama Islam dari lahir karena terlahir dalam Islam tetapi belajarnya tidak mengikut cara yang dicontohkan oleh Rasulullah bertahun-tahun, puluhan tahun sampai sekarang tidak mampu menutup aurat". Maka hadirinpun terdiam, menunduk malu dari jawaban perempuan Amarika yang baru masuk Islam tersebut.

Jadi, untuk memahami agama ini belajar mesti ikut cara Nabi Muhammad Saw dengan sungguh-sungguh (mujahadah). Adapun yang menjauhkan umat Islam dari agama hari ini adalah  karena cara belajar agama tidak mengikuti cara yang diajarkan Nabi Muhammad Saw. Banyak orang menyamakan cara belajar agama dengan belajar matematika, ilmu hukum, ilmu ekonomi dan ilmu lainnya. Ini jelas hal yang tidak bisa, karena belajar matematika dan lain-lain itu bisa dicerna dengan otak tetapi agama harus dicerna dengan hati dan tidak bisa dengan otak saja. Jika agama bisa dicerna dengan otak tentu orang Amerika, Jerman dan Inggris lebih paham agama dan mereka dulua masuk Islam dan amal agama, namun kenapa tidak terjadi, karena hatinya gelap dan tidak terbuka mata hatinya. Ini buktinya bahwa belajar agama itu dengan hati bukan hanya dengan otak seperti belajar ilmu bersifat sains.

Belajar agama seperti cara Rasulullah mengajarkan agama kepada para sahabat ra. Beliau ajak semua sahabat untuk bersungguh-sungguh (mujahadah) seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman, Ali bin Abi Thalib, mereka bukan madrasah atau pesantren, mereka belajar agama kepada Rasulullah dengan bermujahadah maka Allah mengasih para sahabat pemahaman agama, apapun perintah agama mereka kerjakan dan semua larangan mereka tinggalkan. Waktu larangan meminum khamar semua para sahabat meninggalkannya karena mata hati mereka terbuka. Dengan demikian,  bermujahadah dalam belajar agama ini, mengamalkan dan mendakwahkannya maka hasilnya dapat disaksikan banyaknya ummat yang ikut dalam agama ini serta banyak memperoleh manfaat dengannya untuk kemashalatan hidup dunia dan akhirat.

D. Mujahadah dalam Berdzikir

Seseorang yang sudah terinternalisasi sifat sungguh-sungguh (mujahadah) dalam dirinya akan menghasilkan sikap teguh pendirian, tidak mudah goyah dalam kebaikan yang dilakukan, dan ia akan menjadi seorang mukmin yang dicintai oleh Allah SWT.  Kesungguhan seorang mukmin merupakan puncak keilmuannya. Dalam hadits qudsi, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, diriwayatkan dari Allah Ta'ala:

"Sesungguhnya Allah mencatat berbagai kejelekan dan kebaikan lalu Dia menjelaskannya. Barangsiapa yang bertekad untuk melakukan kebaikan lantas tidak bisa terlaksana, maka Allah catat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia bertekad lantas bisa ia penuhi dengan melakukannya, maka Allah mencatat baginya 10 kebaikan hingga 700 kali lipatnya sampai lipatan yang banyak." (HR. Bukhari no. 6491 dan Muslim no. 130)

Hadis ini menganjurkan hendaklah seorang muslim  bersemangat dalam kebaikan, bahkan bertekad kuat untuk melakukan banyak amalan sholih. Ibnu Rajab Al Hambali berkata, "Yang dimaksud 'hamm' (bertekad) dalam hadits di atas adalah bertekad kuat yaitu bersemangat ingin melakukan amalan tersebut. Jadi niatan tersebut bukan hanya angan-angan yang jadi pudar tanpa ada tekad dan semangat (Jaami'ul Ulum wal Hikam, 2: 319).

Banyak sekali macamnya mujahadah yang menjadi amalan orang-orang muslim. Ada yang bermujahadah hanya dengan kalimat-kalimat thayyibah, dengan membaca shalawat seperti mebaca Shalawat Nariyah, Shalawat Jibril dan lain-lain, ada juga yang menggunakan ayat --ayat tertentu dalam al-Qur'an, surat-surat tertentu dalam al-Qur'an yang dinamakan mujahadah dengan Surat Munjiyat. Mujahadah dengan surat-surat pilihan dalam al-Qur'an ini merupakan salah satu amalan rutin diamalkan oleh kaum muslimin.

Dengan mujahadah ini diharapkan para pencari ridha Allah dapat mencapai apa yang telah menjadi hajat masing-masing. Seperti halnya ayat al-Qur'an yang menerangkan tentang anjuran untuk bermujahadah. Allah berfirman:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (QS. Al-Maidah: 35).

Berdasarkan ayat di atas, orang-orang yang beriman diperintah untuk bersungguh-sungguh dalam menempuh jalan Allah maka Allah akan menunjukan jalan keberhasilan. Jadi seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu, ia tidak hanya melakukan hal lahiriah saja tetapi juga juga dibarengi dengan hal yang bersifat bathiniyah yaitu dengan melakukan amala-amalan seperti zikir yang dilakukan secara mujahadah. Membaca al-Qur`an termasuk dzikir yang dengannya dapat menenangkan hati sehingga yang berzikir itu bisa konsentrasi dan dapat kenyamanan sehingga mendapatkan apa yang dicita-citrakan

E. Mujahadah termasuk Kunci Sukses

Apapun profesi kita jika dijalani dengan sungguh-sungguh tentu akan meraih hasil maksimal, kita akan sukses. Misalnya kita sebagai dosen atau guru, serius dalam mengajar, melakukan penelitian dan pengabdian, kemudian bersungguh-sungguh dalam menulis, membulatkan tekad tiada satu haripun tanpa menulis minimal menulis satu pragraf, lakukan demikian secara kontinu dan sungguh-sungguh tentu akan menjadi dosen atau guru yang hebat dan sukses. Begitu juga halnya profesi lain, seperti pengusaha, petani, penjahit, karyawan, dan lain-lain.

Jika manusia ingat sumpah dan janji Allah SWT, maka manusia mesti menjalani hidup dengan bersungguh-sungguh. Manusia muslim pantang untuk merendahkan martabatnya dengan bermalas-malas, mengemis, membuang kesempatan dan waktu, mengambil keuntungan di atas kerugian orang lain dan sebagainya. Sebaliknya manusia muslim selalu diharapkan oleh Allah untuk hidup produktif, kreatif, inovatif dan adaptif, sehingga menimbulkan kenyamanan hidup, kemakmuran dan keadilan untuk semua masyarakat. Allah berfirman:

   

Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (QS Al-Asr 1-3).

Dalam ayat-ayat di atas Allah bersumpah atas nama waktu, dan menegaskan pastinya kerugian atas orang -orang yang mengabaikannya. Yang sanggup membebaskan diri dari kerugian hanyalah orang-orang yang komitmen dalam keimanan, kemudian mengimplementasikan keimananannya dengan karya nyata yang bermanfaat, gemar saling berbagi kebaikan dan kebenaran dan saling memberi motivasi dengan kesabaran.

Dijadikannya waktu sebagai media sumpah oleh Allah dalam surat al-'Ashr dan banyak surat yang lain mengindikasikan besarnya perhatian Allah akan risiko bencana menyia-nyiakan kesempatan. Kenyataannya memang banyak manusia yang sibuk dengan kemaksiatan dan kesia-siaan, dan mengabaikan potensi kebaikan yang banyak. Rasulullah SAW juga banyak menjelaskan peringatan Allah SWT dengan banyak hadist . Diantaranya dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda:

"Termasuk tanda baiknya Islam seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya." (HR. Tirmidzi dan lainnya)

Bahkan Rasulullah merinci lebih jelas lagi dalam hadis dari Ibnu 'Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

:

"Gunakan peluang yang lima itu sebelum datang bencana yang lima : masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, kecukupanmu sebelum datang kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu dan hidupmu sebelum datang kematianmu". (Imam Al-Hakim)

Perhatian yang sangat besar terhadap waktu merupakan indikasi kuat kesungguh-sungguhan yang diharapkan pada setiap muslim dari ajaran Islam. Unsur-unsur lain yang merupakan indikator mujahadah, diantaranya:

  • Perintah sedikit tertawa dan banyak menangis. (QS At-Taubah:82).
  • Nasib suatu kaum tidak akan berubah hingga mereka mengubah keadaannnya sendiri." (QS Ar-Rad:11).
  • Orang yang suka meminta akan menghadap Allah dengan muka tanpa daging (HR Bukhari dan Muslim).
  • Malam adalah waktu untuk beristirahat dan siang adalah waktu untuk mencari nafkah (QS An-Naba:10-11)
  • Perintah untuk menyebar di muka bumi dan mencari karunia Allah (bekerja) setelah beribadah (QS Al-Jum'ah:10)
  • Yang letih bekerja keras di siang hari, malamnya diampuni (HR Ahmad)
  • Setiap orang yang bekerja harus kompeten, amanah dan professional. Bila urusan diberikan kepada sembarang orang akan hancur (HR Bukhari)

Mujahadah atau bersungguh-sungguh juga termasuk syarat membangun hari esok yang lebih baik dan cerah. Hal ini disampaikan oleh Syeikh Abdullah Nasih 'Ulwan dalam bukunya 'Ruhniyatut Da'iyah' mengintroduksi lima 'M', yakni mu'ahadah (komitmen keTuhanan), mujahadah (bekerja keras dan serius), muraqabah (supervisi keTuhanan), muhasabah (evaluasi) dan mu'aqabah (sanksi diri). Allah berfirman :

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Hasr: 18)

Kelima konsep di atas terungkap dalam ayat tersebut. Ketaatan kepada perintah, khususnya perintah taqwa, mencerminkan kesanggupan seorang muslim untuk berkomitmen dan bersungguh-sungguh dalam menyiapkan diri menuju hari abadi. Keberanian untuk mengevaluasi kinerja setiap diri di masa lalu menjadi kata kunci merancang hari esok yang lebih baik. Agar kinerja harian selalu berakhir baik diperlukan kesadaran yang kokoh adanya pengawasan Allah sebagaimana termuat dalam kata "khabir" yang bermakna cermat, teliti dan akurat. Pada akhirnya manusia juga harus realistis bahwa menuju kebaikan tidak mudah, sehingga setiap kesalahan diri harus diperbaiki, sehingga memaafkan diri apalagi dengan melupakan Allah akan berakibat buruk bagi diri mereka sendiri.

Kelima konsep tersebut sangat aktual dan up-to-date dalam segala realita kehidupan dalam profesi apapun, termasuk melayani orang lain, misalkan masyarakat di kantor birokrasi, wali murid di sekolah, mahasiswa di perguruan tinggi, customer dalam bisnis dan lain-lain, perlu menerapkan konsep 5M di atas agar sukses dan berjaya.

Pekanbaru 10 Januari 2022

Pimpinan Pesantren Al-Kifayah Riau

Dr. Yundri Akhyar, MA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun