Mohon tunggu...
Dr Yundri Akhyar
Dr Yundri Akhyar Mohon Tunggu... Dosen - menulis, menulis dan menulis

menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Didik dan Ajak Istri dalam Usaha Agama

26 Agustus 2021   13:27 Diperbarui: 26 Agustus 2021   13:35 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ISTRI MENDUKUNG USAHA AGAMA 

Kiyai Luthfi Al-Janbari mengatakan, banyak para pendakwah yang hanya berdakwah di depan jamaah di masjid, tetapi setelah sampai di rumah tidak mengambil peran untuk berdakwah kepada istri-istri dan anak-anaknya. Di rumah hanya sibuk mengurus aktivitas lainnya atau bisa jadi apa yang disampaikan di luar tidak sesuai dengan apa yang dilakukan di dalam rumah.

Kata Kiyai Luthfi Al-Janbari, dulu belum ada turun hukum-hukum dan perintah-perintah dari Allah SWT, hanya menjelaskan, menta'arufkan bahwa Rasulullah pulang dalam keadaan cemas, khawatir, dan macam-macam perasaan yang dirasakan Rasulullah. Pada saat Rasulullah pulang Khadijah melihatnya, dan Rasulullahpun berkata ''selimuti, selimuti, selimuti aku.'' Maka Khadijah pun menyelimuti Rasulullah, dan pada waktu itu juga Khadijah berkata yang sangat ajib sekali, beliau tenangkan Rasulullah, menghibur Rasulullah, dan beliau juga langsung membela Rasulullah.

Begitu indahnya sikap Siti Khadijah terhadap Rasulullah, maka dari itu jika istri-istri zaman sekarang melakukan hal sama seperti yang dilakukan oleh Khadijah kepada suami, maka usaha dakwah semakin kuat di dalam rumah kaum Muslimin. Jika dakwah ini ditegakkan terhadap istri-istri kita utamanya, nanti suasana agama akan terlihat jelas di keluarga kita. Sehingga jika kita berdakwah mendapatkan tantangan, hinaan, cemohoan di tengah-tengah masyarakat yang menimbulkan kekhwatiran. Maka, datang seorang istri yang akan menampakkan dirinya seperti Ibunda Khadijah, yang akan menenangkan, dan memberikan semangat untuk terus berjuang dan melanjutkan dakwah tersebut.

Sejarah kenabian telah membuktikan. Bahwa dimana para Nabi yang disertai dukungan dari istrinya, umatnya banyak, dan yang capek-capek karena berdakwah tanpa disertai dukungan dari istrinya,  umatnya sedikit. Kenapa! Karena hatinya laki-laki sangat dekat dengan wanita. Karena wanita yang pertama Allah ciptakan adalah hawa. Allah ciptakan dari tulang rusuk disebelah kanan Nabi Adam, jadi Allah ciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam yang sebelah kiri, yang dekat dengan hati. Maka tidak ada yang lebih mampu menarik hati laki-laki, dan betul-betul mampu menarik hati laki-laki kecuali wanita. Maka kekuatan wanita untuk menarik hati laki-laki sangat kuat sekali.

Kiyai Luthfi Al-Janbari mengatakan, usaha wanita-wanita sangat penting sekali, maka kalau fikir wanita telah terbentuk itu merupakan suatu kekayaan yang sangat besar dibandingkan laki-laki. Maka kenikmatan yang besar Allah berikan kepada laki-laki adalah wanita yang shalehah. Maka wanita merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang mulia. Wanita memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Islam sangat menjaga harkat, martabat seorang wanita. Wanita yang mulia dalam Islam adalah para muslimah yang salihah. Sabda Nabi Muhammad Saw.

Artinya: "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang shalihah." (HR Muslim dari Abdullah bin Amr).

Dalam sejarah islam, terukir ada empat wanita yang disebut-sebut sebagai wanita terbaik sejagat raya. Dalam Al Al-Bidayah wa Al-Nihayah, tercatat keempat wanita terbaik tersebut adalah Maryam (ibunda nabi Isa AS), Asiyah (istri Fir'aun), Sayidah Khadijah (istri nabi Muhammad SAW), serta Fatimah (putri Rasulullah SAW).

Orang yang pertama kali menyertai Rasulullah berdakwah adalah wanita bukan laki-laki, bahkan yang pertama mengorbankan harta untuk Rasulullah berdakwah adalah wanita bukan laki-laki, bahkan yang pertama mengorbankan nyawanya untuk mati syahid membela Rasulullah berdakwah adalah wanita bukan laki-laki. Maka dengan waktu yang singkat Rasulullah berdakwah cepat tersebar. Maka seorang laki-laki menuntut dirinya menjadi da'i sampai kemana-mana dipermukaan bumi tanpa hadir seorang wanita, tanpa usaha istri-istrinya menghidupkan suasana di rumahnya, ia akan sulit istiqomah karena tanpa dukungan dari istri-istrinya laki-laki merasa lemah. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Syeh Yusuf bahwa, kebatilan terbesar yang dilakukan oleh laki-laki melalui dua hal yaitu; melalui aurat wanita dan daulah (pemerintah atau kekuasaan).

Rasulullah ketika pulang dari Gua Hira sampai ke rumah  Khadijah r.a Beliau mengatakan kekhawatiran terhadap dirinya sendiri. Maka Khadijah  r.a dengan tegar mengatakan ''demi Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan kamu, bukankah kamu membantu fakir miskin, membantu orang-orang yang lemah, dengan sifat-sifat yang kamu miliki Allah tidak akan menghinakan kamu, bahkan Khadijah pun beriman kepada Rasulullah. Untuk membuktikan dukungannya kepada Rasulullah, Khadijah mengajak Rasulullah kepada sepupunya yang bernama Waraqah, Beliau adalah seorang yang sangat alim dari kalangan Arab yang bisa menerjemahkan kitab Injil dan kitab Taurat yang fusha.

Setelah sampainya di rumah Waraqah, Khadijah berkata ''Wahai suamiku ceritakan apa yang terjadi  di Gua Hira. Maka Waraqah setelah mendengarkan cerita Rasulullah beliau gembira dan sangat gembira sekali. Waraqah mengatakan beliau sangat gembira bahwa Nabi yang ditunggu-tunggu telah tiba, seperti yang diceritakan kitab-kitab terdahulu, bahkan ini yang ditunggu-tunggu umat Yahudi, mereka berharap bahwa Rasulullah akan datang dari kalangan mereka ternyata Nabi Allah turun di kalangan bangsa Arab, dan yang datang menemui Rasulullah di Gua Hira adalan Jibril As.

Dialah yang datang kepada para nabi-nabi sebelum kamu. Berarti  itu kamu dijadikan Nabi oleh Allah Swt. Waraqah berkata ' alangkah indahnya dan bahagianya disaat-saat nanti kamu akan diusir oleh kaum-kaumku,  maka aku akan membela kamu untuk menjadi pendukung kamu, maka Rasulullah heran dan berpikir, apakah mungkin orang Qurasy, orang Arab memuliakan beliau, yang memberi nama gelar Asssidiq, Al-Amin yang telah mempercayakan beliau untuk meletakkan kembali Hajar Asswad pada tempatnya bahkan macam-macam pujian dan amanah mereka berikan kepada Rasulullah, apakah mungkin itu masyarakatku akan mengusirku dari Mekkah. Maka Waraqah katakan begitulah wahai Muhammad setiap Nabi yang berdakwah di kaumnya diperlakukan tidak baik, diusir dari kampungnya dan kau dianggap dan ditempatkan demikian pula.

MENDIDIK SATU WANITA BAGAIKAN MENDIDIK SATU GENERASI

Mendidik satu wanita itu artinya mendidik satu generasi. Wanita nantinya akan menjadi ibu, madrasah utama dan pertama bagi anaknya. Kalau ibu rajin salat dan mengaji, maka perilaku ibu akan mudah ditiru oleh anak. Oleh karena itu, wanita mesti cerdas, otaknya perlu dikembangkan dengan jalan pendidikan. Wanita sekarang tidak bisa lagi tidak berpendidikan, semua mesti diberikan peluang agar berpendidikan tinggi terutama pendidikan agama agar mereka menguasai banyak cara untuk mendidik generasinya kea rah agama. Bung Hatta pernah berucap, "Siapa yang mendidik satu laki-laki berarti telah mendidik satu manusia, sedangkan siapa yang mendidik satu perempuan berarti sedang mendidik satu generasi." Wanita adalah ujung tombak lahirnya generasi hebat.

Karena wanita sebagai ujung tombak, maka mereka perlu diajarkan berbagai ilmu terutama ilmu agama seperti aqidah, akhlak, fiqih, al-Qur`an, hadis, bahasa Arab, tarikh, dan ilmu berkaitan dalam mendukung pendalam al-Qur`an, seperti nahwu shorof, balaghah, ilmu tafsir, dll., dan pendukung hadis seperti mushthalah hadis, dll. Juga termasuk diajakarkan kepada mereka ilmu-ilmu umum yang memudahkan untuk kehidupan. Karena dunia merupakan keperluan sedangkan akhirat sebagai tujuan, maka seluruh ilmu diusahakan untuk dipelajari.

Menjadi seorang istri dan ibu yang cerdas, tentu akan mengusahakan segala hal yang terbaik untuk suami dan anak-anaknya tentu sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya. Jika ia tidak pernah mempelajari ilmu, tentu ia akan sulit mengatasi masalah-masalah ia hadapi, ia juga tidak bisa membimbing anak-anak dalam berbagai hal termasuk dalam amal agama, sebab mau beramal mesti dimulai dengan ilmu.

KEWAJIBAN SUAMI PADA ISTRI DALAM ISLAM

Sejak terjadi akad pernikahan, maka terjadi peralihan tanggungjawab dari ayah seorang wanita kepada suaminya. Oleh karena itu, seorang lelaki mesti tahu bahwa ijab qabul dalam semua pernikahan bukan hanya sekedar ucapan lisan tetapi juga peralihan tanggungjawab. Hal yang mesti diketahuinya bahwa kewajibannya terhadap istri-istrinya tidak hanya menyoal uang atau nafkah kebutuhan primer seperti makan, pakaian dan tempat tinggal saja, melainkan banyak hal terutama nafkah agama. Nafkah batin yang sebenarnya bukanlah nafkah seksual, tetapi yang benar adalah nafkah agama, maksudnya istri mesti didik dengan ilmu-ilmu agama dan menghidupkan amalan agama dalam keluarga.

Betapa banyak para istri yang tidak bahagia padahal kebutuhan duniawinya sudah dicukupkan oleh suaminya, tinggal di rumah mewah, mobil berkilat, emas berlingkar dijari-jari, kebun luas, shoping setiap hari, menu makanan banyak, pembantu banyak, pakaian beberapa lemari tinggal pilih, berkumpul dengan kawan-kawan arisan sosialita setiap saat, pokoknya berbagai kemewahan dunia disediakan, namun ternyata istri tidak bahagia semakin banyak kemewahan itu semakin gelisah, kenapa? Karena ada nafkah yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh batin yang tidak diberikan yaitu nafkah agama. Dengan nafkah inilah sebenarnya membuat orang bahagia, bukan hanya sekedar nafkah duniawi yang melalaikan.

Selain memberikan nafkah agama, seorang suami mesti juga menjaga adab-adab kepada istrinya sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al -Imam Ghazali (Kaira, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah) menjelaskan tentang adab suami terhadap istri sebagai berikut:

"Adab suami terhadap Istri, yakni: berinteraksi dengan baik, bertutur kata yang lembut, menunjukkan cinta kasih, bersikap lapang ketika sendiri, tidak terlalu sering mempersoalkan kesalahan, memaafkan jika istri berbuat salah, menjaga harta istri, tidak banyak mendebat, mengeluarkan biaya untuk kebutuhan istri secara tidak bakhil, memuliakan keluarga istri, senantiasa memberi janji yang baik, dan selalu bersemangat terhadap istri."

Berikut ini 12 kewajiban suami pada istri dalam Islam yang diuraikan dari kutipan di atas. Pertama, bergaul dan bertutur kata yang lembut. Bergaul dengan baik di sini dimaksudkan suami hendaknya berinteraksi dengan istri secara baik dan santun. Berkomunikasi dengan lembut (qaulan laiyinan), santun dan penuh kasih sayang juga akan membuat hubungan suami istri lebih harmoni.

Kedua, menunjukkan kasih sayang. Salah satu kewajiban suami pada istri dalam Islam adalah selalu menunjukkan kasih sayang pada istri. Meski sedang merasa marah, seorang suami tetap dituntut untuk berlaku baik dan menunjukan kasih sayangnya. Rasulullah SAW pun melakukan hal yang sama pada istri-istrinya.

Wanita adalah pusat kebaikan dan makhluk yang sepenuhnya emosional. Keberadaannya bergantung pada kasih sayang dan kasih sayang.Oleh karena itu, pasti seseorang dapat mengklaim bahwa rahasia seorang suami yang sukses dalam kehidupan perkawinan yang bahagia adalah ungkapan cintanya kepada istrinya. Rahasia pernikahan yang bahagia adalah ekspresi kasih sayang suami kepada istri. Jika suami merampas kebaikan istri tidak sayang pada istrinya, maka dia akan kehilangan minat pada rumahnya, anak-anaknya, dan yang terpenting, pada suami. Rumah akan dalam kondisi berantakan, istri kurang semangat, kalaupun ia mengerjakan sesuatu tetapi seakan-akan terpaksa. Makan jalan satu-satunya, sayangi istri, bangun kehangatan cinta dengannya dan hidupkan amalan agama di rumah tangga, maka rumah dan seluruh isinya akan terasa bahagia.

Ketiga, bersikap lapang saat sendiri. Seorang suami sebaiknya memiliki kemandirian sehingga saat sang istri sedang tidak sedang bersamanya, ia dapat melayani dirinya sendiri dengan baik tanpa mengeluh. Suami mesti siap dalam kondisi apa saja, tidak boleh terlalu manja, karena tidak mungkin selamanya bersama istri, bisa jadi ada panggilan kerja di tempat jauh yang tidak memungkinkan mengajak istri dalam beberapa waktu, saat ini diperlukan kemandirian suami.

Keempat, memaafkan istri bila berbuat salah. Dalam agama Islam, memaafkan seseorang sangat dianjurkan. Karenanya, seorang suami hendaknya memaafkan kesalahan istri dan mencoba untuk berkomunikasi dengan baik saat menyelesaikan permasalahan. Terkadang ada seorang suami dengan sedikit saja kesalahan istrinya langsung marah-marah, tempramental, emosi meledak-ledak, dan kasar. Hal seperti ini tidak boleh disuburkan dalam diri, marah itu boleh tetapi pada hal yang wajar dan usahakan tetap dalam nuansa mendidik.

Kelima, tidak banyak berdebat. Berdebat tidak selalu berdampak baik. Bila sewaktu-waktu perdebatan dengan istri terjadi, sebaiknya seorang suami dapat menghargai pendapat istri sekalipun ia kurang setuju. Keenam, memberi janji yang baik, memberi janji yang baik, terutama untuk membiasakan hal baik, bisa membuat kasih sayang suami dan istri semakin bertambah. Hal ini pun bisa berdampak baik untuk keharmonisan rumah tangga. Ketujuh, menjaga harta istri. Harta istri, seperti mahar dari suami atau hasil bekerja sendiri merupakan milik istri. Menjaga harta istri di sini maksudnya bahwa suami hendaknya tidak mengklaim itu sebagai miliknya. Bila ia bermaksud untuk menggunakan sebagian atau seluruh hartanya, maka ia wajib meminta izin dari istrinya sampai istri mengizinkan.

Kedelapan, memuliakan keluarga istri. Seorang istri memiliki hubungan emosional yang kuat dengan keluarganya. Karena itu, suami hendaknya bersikap baik terhadap keluarga istri dan menghormatinya. Apabila sikap buruk yang dilakukan suami terhadap keluarga istri, bisa menyebabkan kemarahan dan mengakibatkan hubungan yang tidak menyenangkan dalam rumah tangga.

Kesembilan, suburkan semangat bersama istri. 

Semangat hidup berumah tangga mesti selalu dipelihara dengan baik. Sering-sering tersenyum dan ketawa, adakan suasana humor yang memupuk rasa senang dan gairah. Semangat terhadap istri di sini juga dimaksudkan pada semangat untuk memenuhi kebutuhan lahir, batin seorang istri termasuk yang paling penting di dalamnya membimbing dalam usaha agama untuk kejayaan akhirat keluarga.

Kesepuluh, tidak kikir dan pelit kepada istri. Kewajiban suami pada istri dalam Islam yang terakhir ialah memenuhi kebutuhan finansial istri secara tidak kikir (bakhil) maupun pelit (syuh). Maksudnya, suami dan istri tidak boleh kikir dan pelit satu sama lain, sebab hal ini dapat berdampak kurang baik terhadap sakinah keluarga. Suami juga hendaknya bersikap pemurah kepada istri-istri dan anak-anaknya.

Kesebelas, menjaga keluarganya. Laki-laki dan wanita adalah dua pilar dasar sebuah keluarga, tetapi karena laki-laki diberkahi dengan kualitas-kualitas khusus berdasarkan urutan penciptaan, dan karena kekuatan logika mereka lebih kuat daripada wanita, mereka dianggap sebagai penjaga keluarga mereka. Allah SWT memandang manusia sebagai pelindung keluarga mereka dan menyatakan dalam al-Qur'an bahwa:

Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar (QS. An-Nisa: 34).

Dari segi bahasa adalah bentuk jamak dari merupakan bentuk shighah mubalaghah dari yang artinya bagus dalam melaksanakan tugas dan bertanggung jawab. Dilihat dari segi bahasa, yang ditonjolkan adalah tanggung jawab bukan kepemimpinan. Sehingga ketika seseorang bertanggung jawab, maka ia bisa dijadikan pemimpin. al-Thabari menafsirkan qawwam sebagai pelaksana tugas (nafiz al-amr) dan pelindung, yang mengatur dan mengajari, dikarenakan kelebihan yang diberikan Allah kepada laki-laki .Seperti kewajiban memberikan mahar dan nafkah (At-Thabari, 1405M: 57). Ibnu katsir mengatakan qawwam bermakna bahwa laki-laki adalah kepala rumah tangga, penasehat sekaligus pendidik wanita jika ia salah (Ibn Katsir, 1401M: 492). Dalam tafsir al-Jalalain disebut maksud qawwamun adalah penguasa (musallithun) (Jalaluddin Mahalli dan Suyuti: 106).

Sedangkan al- Qurtubi mengatakan qawwam di sini adalah yang bertugas memberi nafkah, sehingga jika suami tidak sanggup menafkahi maka hilang sifat qawwam pada dirinya (Al-qurtubi: 168-169). Kita coba lihat pendapat kontemporer Syaikh Tantawi, dimana beliau berpendapat bahwa makna qawwam adalah yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan maslahah wanita, menjaga, memelihara, melindungi dan mendidik. Karena Allah telah melebihkan laki-laki atas wanita dalam dua hal yaitu dari segi kasbiy (memberi mahar dan nafkah) dan wahbiy (kekuatan fisik) (Muhammad Sayyid Tantawi, 1997: 136). Begitupula Sayyid Qutb dalam tafsirnya menulis bahwa yang dimaksudkan dengan qawwam bukan sematamata pemimpin melainkan orang yang dibebankan dengan pengurusan kehidupan dan penghidupan. Oleh karena itu, laki-laki memiliki tanggung jawab yang lebih besar dan lebih sulit dalam menghidupi keluarganya.

Suamilah yang dapat, melalui kebijaksanaannya, menghidupi keluarganya dan menyiapkan dasar untuk kebahagiaan mereka dan dialah yang dapat mengubah rumah menjadi surga dan istrinya untuk bertindak sebagai wanita yang shalehah. Maka seorang istri seharusnya merasa beruntung karena mereka mempunyai tempat bergantung dalam keluarga.

Keduabelas, menjaga istrinya. rahasia keharmonisan keluarga adalah dengan cara memperkuat Hubungan dengan Allah SWT, saling menjaga ibadah, saling mencurahkan perhatian satu sama lain, menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga, perbanyak bersyukur kepada Allah, menyuburkan sifat sabar satu sama lain, saling maafkan kesalahan pasangan, tidak mudah marah.

Menjaga, merawat dan menyayangi istrinya merupakan kewajiban suami. Oleh karena itu seorang suami harus terus belajar bagaimana memperlakukan istrinya sedemikian rupa sehingga dia selalu bahagia dan menjadi karakter ahli sorga sehingga tercapai keharmonisan keluarga. Jika ini tercapai maka di dalam keluarga tentu wujud amal agama.

AJAK ISTRI BERDAKWAH, YAKIN PERTOLONGAN DAN KEMULIAAN DARI ALLAH SWT

Maka jika kita siap menghadapi tantangan dalam berdakwah Allah akan menjayakan dan memuliakan kita, dan Allah pasti akan memberikan kemuliaan, Allah pasti tinggikan, dan Allah pasti memberikan cinta kasih, dan Allah pasti akan terima, karena ini adalah kerja yang pasti diterima. Intinya, jika kita terjun dalam dakwah, bersedia menghadapi  tantangan dari Allah, Dia akan jayakan dan akan muliakan kita, bahkan kerja ini akan membawah ummat dijauhkan dari api neraka, tetapi kata Kiyai Luthfi Al-Janbari hendaklah kita menjadikan dakwah ini sebagai kerja utama bukan sekedar mengambil keberkahannya saja, ataupun kerja keluar sekedar mendapatkan pahala maka kehidupan kita tidak akan berubah, kehidupan kita akan benar-benar berubah kalau dakwah ini kita jadikan kerja kita yang utama, kehidupan kita akan berubah jika kita korbankan jiwa dan harta untuk agama. Maka siapa saja yang terjun dalam medan  dakwah, datang tantangan dan rintangan-rintangan, dan dia terus korbankan dengan penuh istiqamah maka suatu saat nanti akan Allah hilangkan berbagai tantangan-rintangan darinya dan diberikan kemuliaan-kemuliaan kepadanya. Maka hendaklah kita yakin dengan kerja inilah kita akan dibentuk dan ditolong oleh Allah SWT. Allah menjelaskan dalam al-Quran:

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali-Imran:104).

Dengan kerja dakwah ini, Allah akan tinggikan derajat hamba-nya baik laki-laki maupun wanita. Maka suami dan istri yang memilih kerja dakwah dan dengan penuh yakin dan betul-betul dalam hati bahwa dengan kerja ini Allah swt akan tolong, muliakan, tinggikan dan cintai mereka, maka Allah akan wujudkan cita-cita mereka dan sampaikan kebaikkan-kebaikkan kepada mereka dan keluarga mereka. Tetapi pasangan itu tidak yakin, dan mereka hanya dakwah dan dakwah saja tanpa yakin dengan pertolongan Allah SWT maka mereka akan dipermainkan syaitan, bahkan mereka akan ditarik dan dilemparkan iblis laknatullah. Intinya berdakwah itu mesti yakin, jangan ragu terhadap pertolongan Allah SWT.

Jadi bukan hanya terjun dalam medan dakwah saja, tapi benar-benar yakin dan betul-betul dalam dakwah, dan istiqamah dalam dakwah, jika orang betul-betul dalam berdakwah maka akan datang sunnahtullah, bukan hanya berdakwah saja datang pertolongan Allah (nashrullah), tetapi istiqomah dalam setiap saat baru akan menghadirkan nashrullah, maka segala kesusahan, rintangan dalam dakwah ia sebenarnya untuk mentarbiyahkan, untuk meningkatkan kita ke tingkat berikutnya. Maka semua kesusahan yang kita keluarkan dijalan Allah saat berdakwah hendaklah dijadikan paham kepada kita bahwasanya rahmat Allah SWT akan datangkan untuk kita.

Maka kesusahan-kesusahan tadi adalah ujian dari Allah, dan ujian tadi untuk meningkatkan iman kita, maka tanpa ujian-ujian kita tidak akan naik kelas. Jika ujian tidak ada, orang tidak akan naik kelas, seperti yang ada di sekolah, Perguruan Tinggi senantiasa ada ujian (Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester). Lalu apa itu ujian dan untuk apa ujian itu? Yaitu tes untuk melihat kemampuan seseorang naik kelas, ke kelas yang lebih tinggi, untuk meningkatkan seseorang untuk memberikan kejayaan, berbagai macam-macam keadaan yang tidak dia sukai. Tetapi hendaklah dia melihat dari tujuan ujian atau rintangan itu.

Jadi, Allah SWT ingin tau diantara kita, siapa yang bertahan dan siapa yang gagal, siapa yang dusta, siapa yang jujur dalam dakwah, siapa yang istiqamah, siapa yang tidak istiqamah dalam berdakwah, itulah datangnya ujian-ujian. Maka orang yang sekedar dakwah untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan dunia saja dia akan gagal. Tetapi buat orang yang kerja dakwah untuk dilihat dirinya sendiri, untuk tarbiyah, untuk meningkatan dirinya, dan dia yakin Allah SWT angkatkan derajatnya, itulah orang yang istiqamah yang akan mendapatkan kejayaan di dunia dan akhirat.

Oleh karena itu sungguh indah pasangan suami istri yang istiqamah dalam berdakwah dan menghidupkan amalan agama di rumah tangga mereka, suasana rumah akan wangi, harum semerbak dan bersinar dengan cayaha al-Qur`an dan ta`lim-ta`lim ilmu agama Islam. Suasana itu mesti terus dan terus dilakukan dalam rumah tangga agar berimplikasi kepada anak-anak dan juga masyarakat. Juga pertolongan, kemuliaan dan keberkahan dari Allah akan didapatkan. Memang cobaan dan rintangannya sangat berat tetapi manis dan nikmatnya luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun